Mendadak keheningan melanda keduanya.Setelah hening beberapa lama, Emilia tak kuasa menahan diri untuk bertanya, "Nathan, apa kamu masih benci sama aku sampai sekarang?"Nathan tertawa dan berkata, "Bu Emilia, kamu sudah terlalu banyak berpikir. Mengapa aku harus benci padamu? Aku senang kamu bisa menikah dengan putra keluarga kaya."Emilia tampak bingung dan bergumam, "Tapi entah apa yang terjadi pada diriku. Edward sudah kembali dan dia juga melamarku, tapi aku sama sekali nggak merasa senang."Emilia berkata dengan cuek, "Itu masalah Bu Emilia sendiri dan nggak ada hubungannya denganku.""Apa kamu sekarang bahkan nggak bisa dengar aku bicara?" kata Emilia dengan kesal.Nathan menatap Emilia dengan dingin hingga wanita itu menghindari tatapannya karena takut. Kemudian, Nathan pun berkata dengan nada datar, "Emilia, aku yang dulu sudah terlalu banyak mendengarkanmu, baik di saat kamu senang ataupun nggak senang. Aku selalu menemanimu dalam diam.""Tapi pada akhirnya kamu lebih memili
Lantaran sudah punya mobil sendiri, Nathan juga tidak akan merepotkan Emilia lagi.Setelah masuk ke dalam mobil, Nathan menginjak pedal gas dan langsung menuju ke Departemen Proyek Gluton.Emilia menatap mobil Porsche yang dengan cepat menghilang dari pandangannya. Saking kesalnya, dia sampai menghentakkan kaki.Setelah mereka putus, Nathan makin tidak peduli dengannya.Nathan kini mengendarai mobil mewah. Pria itu juga dipromosikan sebagai wakil kepala Rumah Sakit Perdana. Bima Nugroho, orang paling kaya di Beluno, juga menyukainya. Dia mempercayakan tugas-tugas penting dan memberikan posisi pimpinan departemen Grup Nugroho pada Nathan ....Jika status-status itu digabung semuanya, Nathan sepertinya juga tidak jauh berbeda dengan Emilia, CEO Grup Sebastian."Apa aku sungguh sudah salah menilai Nathan?"Suasana hati Emilia terasa rumit. Dia bergumam pada dirinya sendiri.Namun tak lama kemudian, dia merasa dirinya sudah berpikir terlalu jauh.Segala yang dimiliki Nathan sekarang dipero
Nathan berkata dengan nada datar, "Aku hanya nggak ingin orang-orang nggak berguna ikut campur dalam kerja sama kita. Bu Emilia, jangan lupa bahwa setengah dari kekuatan pengambilan keputusan proyek ini masih ada di tanganku."Tamara dan Ken sangat kesal, tetapi mereka tidak berani mengatakan apa-apa. Keduanya hanya bisa memendam amarah dalam hati.Tamara dan Ken tentu ingin mengandalkan Emilia yang cakap untuk menghasilkan uang dari proyek tersebut.Namun jika Nathan tidak setuju, mereka terpaksa harus meninggalkan tempat itu dengan patuh.Emilia berkata dengan serius, "Jangan khawatir, Pak Nathan. Ibu dan adikku nggak akan menyalahgunakan proyek Gluton. Aku pasti akan memisahkan masalah kerjaan dengan masalah pribadi!""Tapi pemikiran dan sikap Pak Nathan sungguh mengagumkan."Selesai berbicara, Emilia pun berjalan memasuki kantor proyek sambil memasang ekspresi dingin.Tamara tersenyum bangga dan berkata, "Nathan, Emilia adalah putriku kesayanganku dan dia juga kakak kandungnya Ken.
Pak Henry yang duduk bersandar di sofa tersenyum sinis. "Memandang kamu itu adiknya Bu Emilia, aku nggak akan perhitungan denganmu.""Tapi anak muda, aku ingin menasihatimu. Jangan menilai orang dari penampilannya. Kamu kira dari mana datangnya kepercayaan diriku untuk bersikap sombong seperti ini?"Tamara membela putranya. "Bukankah hanya seorang CEO kaya baru? Apa hebatnya?"Pak Henry mendengus dingin. "Wanita tua, kamu juga suka memandang rendah orang lain, 'kan? Haha. Kamu bisa tanyakan kehebatanku pada Bu Emilia.""Tanpa aku, proyek Gluton kalian nggak mungkin bisa berhasil."Tamara dan Ken dipenuhi dengan kebencian. Mereka sangat tidak puas.Sebelum menunggu keduanya berbicara, Emilia sudah menegurnya. "Bu, kalian sungguh ingin mengacaukan masalah?""Untuk proyek Gluton, hanya Grup Makarim yang punya material berkualitas terjamin. Atau apa kalian bisa mencari pemasok material baru untukku?"Tamara dan putranya tidak berani berbicara lagi. Mereka hanya berdiri di samping dengan ke
"Pak Henry, apa kamu nggak merasa permintaanmu terlalu banyak?"Emilia mengucapkan kata-kata itu sambil menggertakkan giginya.Henry ini benar-benar menguji batas kesabarannya.Pak Henry tersenyum dan berkata dengan tenang, "Bu Emilia, jangan marah dulu. Dengarkan aku. Wanita cantik sepertimu akan segera menjadi wanita Tuan Edward. Jujur saja, aku merasa nggak enak.""Apa di antara kalian ada yang bisa membayangkan bagaimana rasanya merindukan sesuatu, tapi nggak bisa mendapatkannya? Hanya bisa memandangnya, tapi nggak bisa menikmati rasanya?"Ken berkata dengan nada tidak sabar, "Pak Henry, langsung katakan saja apa yang kamu inginkan. Jangan omong kosong. Kecuali Tuan Edward, nggak ada pria lain yang pantas untuk kakakku.""Aku juga berpikir demikian. Bu Emilia dan Tuan Edward itu pasangan serasi!" ucap Pak Henry sambil tertawa."Jadi, aku nggak berani minta yang lain lagi. Aku hanya punya satu permintaan kecil. Aku ingin Bu Emilia menyilangkan tangan untuk bertukar gelas dan minum a
Emilia hanya merasakan perasaan tidak berdaya dalam hatinya.Saat menghadapi gangster seperti itu, identitasnya sebagai CEO Grup Sebastian juga tidak akan berguna.Namun, jika meminta Emilia langsung menelepon Edward, dia juga tidak mau.Emilia tidak ingin membuat dirinya tampak tidak berguna dan terus-terusan meminta bantuan Tuan Edward dalam segala hal.Namun, ibu dan adiknya dipukul di hadapannya. Apalagi, kerja sama mereka juga tidak berhasil.Bisa dikatakan, Grup Sebastian sudah kehilangan segalanya, tetapi tidak mendapatkan hal yang baik.Tepat di saat Pak Henry sampai di depan pintu.Nathan yang dari tadi tidak berbicara pun menghentikannya."Pak Henry memukul orang dan pergi begitu saja, bukankah ini keterlaluan?"Pak Henry mendongak dan berkata dengan bibir mengerucut, "Dari mana asal bajingan ini? Kalau nggak mau mati, aku sarankan sebaiknya kamu keluar saja dari sini."Nathan berkata dengan nada datar, "Aku orang yang bertanggung jawab dalam proyek ini. Kamu boleh nggak beke
Mulut dan hidung Pak Henry langsung menyemburkan darah. Kepalanya terasa berdengung dan pusing. Tamparan Nathan barusan sudah hampir mengambil separuh nyawanya.Diikuti bunyi keras, Nathan menendangnya lagi dan membuat tubuh Pak Henry, yang beratnya lebih dari 100 kg terjatuh ke bawah.Nathan menginjak dada Pak Henry, lalu menatapnya dan berkata, "Pak Henry nggak suka bicara baik-baik, 'kan? Kalau begitu, mari ubah cara kita berbicara.""Sekarang, Pak Henry, apa kamu mau minta maaf dan bayar biaya pengobatan?"Pak Henry menatap Nathan dengan ngeri. Serangkaian pukulan barusan langsung menghilangkan kesombongan dan perilaku mendominasinya."Ja, jangan ... jangan pukul aku lagi. Aku akan minta maaf dan beri kompensasi padamu. Aku akan menuruti perkataanmu!"Pak Henry sudah hampir menangis saat ini.Dia telah berpura-pura hebat selama bertahun-tahun ini dan juga pernah bertemu dengan lawan tangguh.Namun, hanya segelintir yang seperti Nathan, yang mampu mengalahkannya dan membuatnya kemba
Wajah Tamara berubah gelap. Dia pun berkata dengan marah, "Siapa yang memintamu menegakkan keadilan untuk kami? Jangan kira dirimu sangat hebat. Kalau Tuan Edward yang ada di sini, dia masih bisa melakukannya."Ken berkata dengan sok tahu, "Benar sekali. Kalau saja, kakak iparku ada di sini, Pak Henry ini pasti nggak berani macam-macam."Tamara dan Ken sangat tidak senang. Orang yang menginjak mereka malah ditangani oleh Nathan.Bukankah ini membuat mereka tampak sangat tidak berguna?Emilia tidak tahan lagi dan berkata dengan marah, "Bu, bisakah Ibu diam?""Nathan-lah yang membantu kita menegakkan keadilan dalam masalah ini. Jadi, jangan disangkal lagi.""Selain itu, ini semua berkat Nathan, masalah pasokan material Grup Makarim baru bisa terselesaikan dengan sempurna."Berbicara sampai di sini, Emilia menatap Nathan dengan ekspresi rumit. "Nathan, aku nggak peduli kamu menerimanya atau nggak, tapi aku tetap ingin mengucapkan terima kasih padamu.""Kalau bukan bantuanmu tadi, ibuku da
"Tuan Nathan sendiri bisa menemukan akik berharga dari tumpukan batu bobrok itu. Dia sudah memperlihatkan pada semua orang apa itu judi batu yang sesungguhnya."Begitu Monika melontarkan kata-kata itu, suasana menjadi gempar dan tidak terkendali."Tuan Nathan!""Tuan Nathan!""Tuan Nathan!"Nathan langsung dipuji oleh ribuan orang dan reputasinya diakui semua orang.Dalam sekejap, Nathan dibanjiri dengan tatapan kagum dan antusiasme yang tidak terhitung jumlahnya.Yang membuat banyak orang sulit untuk menerima kenyataan itu adalah Tuan Nathan terlihat seperti seorang pemuda biasa.Di usianya yang begitu muda itu, dia sudah menciptakan reputasi besar bagi dirinya sendiri dalam bidang barang antik dan judi batu.Apa sungguh ada keberuntungan dari Langit seperti ini?"Aku kalah. Aku kalah lagi. Haha. Aku nggak terima. Aku nggak rela ...."Wajah Alice berubah pucat. Dia mulai mentertawakan dirinya sendiri.Padahal, dia barusan begitu percaya diri dan yakin kemenangan akan berpihak pada dir
Akik Teratai Merah!Batu ini pernah menjadi harta karun tertinggi yang menyebabkan sensasi di seluruh dunia barang antik dan batu giok.Ditemukan di Gurun Siwa di Isernia utara. Karena warnanya yang cerah dan fakta berisi ikan merah kecil dengan empedu darah di dalamnya, ia diberi nama Akik Teratai Merah!Di antara empat batu aneh besar di Isernia, Akik Teratai Merah menempati urutan pertama dan dikoleksi oleh seorang konglomerat misterius di Halgerd.Sekarang, potongan batu akik merah yang dibuka Nathan juga memiliki jangkrik kecil di dalamnya.Bisa dikatakan, muncul satu lagi batu akik darah empedu lainnya di dunia ini.Hanya saja, batu akik milik Nathan ini lebih tepat disebut sebagai Akik Jangkrik Darah Empedu!Kegemparan di lokasi batu judi berhasil diredakan juga.Bahkan Roland, CEO Grup Valentino, merasa khawatir dan mendatangi lokasi kejadian.Para pakar dan juga para petinggi Asosiasi Barang Antik Beluno, tidak bisa duduk diam lagi. Semuanya berebut untuk menilai harta karun l
Sekarang, dia juga tidak berdaya lagi."Sayang sekali, Tuan Nathan sudah menyia-nyiakan ronde ini.""Benar. Mengapa dia memilih batu besar dan mencolok seperti itu? Padahal, masih ada banyak batu mentah lain yang lebih bagus!""Yang dia dapatkan juga bukanlah sampah. Setidaknya, dia masih memperoleh sepotong batu nefrit berkualitas tinggi. Kalah juga nggak apa-apa. Lagian, bukan kerugian besar."Beberapa senior tua dari Asosiasi Barang Antik menggelengkan kepala dan turut simpati terhadap Nathan.Mereka tentunya berharap Nathan bisa meraih kemenangan besar dan memberi pukulan telak pada Alice, gadis berbakat dari Naroa itu.Namun, Alice sekarang telah memperlihatkan bakatnya dalam judi batu. Jadi, mustahil mereka tidak menerima kenyataan itu.Nathan sendiri bahkan tidak melihat sedikit pun batu giok ungu yang didapatkan Alice.Pria itu tampak sangat berhati-hati dalam memberi petunjuk pada pengrajin untuk memotong batu miliknya.Ketika lapisan batu-batu itu terkikis, samar-samar terlih
Nathan mengerutkan bibirnya dan berkata, "Bodoh. Aku hanya suruh kamu tunggu sebentar, bukannya mau mengaku kalah. Kamu sudah nggak sabar ingin perhitungan sekarang? Kenapa? Sudah kehabisan uang?"Wajah Alice memerah. Dia pun berkata dengan marah, "Baiklah. Aku mau lihat trik macam apa yang ingin kamu mainkan."Dia memang tidak punya uang lagi. Terlebih, batu yang dipotong Nathan juga tidak punya barang berharga sama sekali.Meskipun dia menang, batu sampah yang dipotong Nathan akan menjadi miliknya, yang mana dia hanya mendapatkan setumpuk sampah sebagai balasannya."Tuan Nathan, apa kamu punya instruksi lain?" tanya si pengrajin.Yang lainnya juga penasaran. Sekarang situasi sudah menjadi seperti ini, apa masih ada yang bisa dilakukan Nathan?Nathan tersenyum, lalu menunjuk batu berbintik-bintik itu sambil berkata, "Batu mentah milikku ini masih bisa dipotong, bagaimana menurutmu, Pak?"Pengrajin tampak tercengang. "Tuan Nathan, kita sudah potong sampai lapisan material. Percuma saja
Sekarang dia mulai menyesali perbuatannya.Tak disangka, Tuan Nathan ini begitu hebat. Dia bahkan bisa mengalahkan Alice.Kalau aku tahu hasilnya begini, dia pasti tidak berani bertindak seperti barusan itu.Melihat si pengrajin ragu, Alice makin marah dan langsung berteriak, "Kenapa kamu diam saja? Apa kamu nggak percaya padaku?"Pengrajin langsung gemetar. Dia kemudian buru-buru berkata, "Aku akan segera memotong batu ini untuk Nona Alice. Kali ini, Nona Alice pasti akan menang."Nathan tersenyum dan berkata, "Alice, hatimu sudah kacau.""Keluarga Sebastian di Naroa juga nggak punya kekayaan sebanyak itu, 'kan? Kalau terus dihambur-hamburkan seperti ini, bukankah namanya pemborosan?"Sembari berbicara, Nathan menunjuk ke bagian tengah, potongan batu mentah paling besar.Melihat itu, Alice mencibir dan berkata, "Nathan, apa kamu nggak tahu ukuran batu mentah nggak ada hubungannya dengan barang yang ada di dalamnya?""Apa kamu kira asalkan memilih batu mentah yang ukurannya besar, maka
Alice merasa pipinya seakan-akan ditampar keras.Emilia juga tercengang. Bagaimana ini bisa terjadi?Bukankah Kak Alice sudah mendapatkan barang bagus? Bagaimana dia bisa kalah?"Baiklah. Untuk ronde pertama ini, aku mengakui kekalahanku."Alice tidak tahan dengan tatapan orang-orang di sekitarnya, jadi dia pun berkata dengan nada dingin, "Nathan, apa kamu berani membuka satu potong batu mentah lagi?"Nathan melambaikan tangannya dan berkata, "Jangan buru-buru. Tunggu aku selesai menyimpan barang-barang ini dulu."Di hadapan Alice dan juga yang lainnya.Tanpa segan-segan, Nathan langsung mengambil giok hijau milik Alice dan giok merah miliknya sendiri, kemudian menyerahkannya pada Tiara.Tiara tersipu malu dan berkata, "Nathan, aku nggak bisa mengangkatnya.""Nggak apa-apa. Toh ini milik kita juga, jadi awasi saja dan jangan sampai dicuri."Tiara hanya ber 'oh' saja, tetapi dalam hatinya, dia sudah kegirangan setengah mati.Dua potong batu giok kualitas terbaik. Meski dia tidak tahu ba
Nathan juga tidak bertele-tele lagi. Dia langsung menunjuk ke sebuah batu kasar berukuran sedang sambil berkata, "Pak, tolong potong batu itu untukku."Alice tak kuasa menahan diri untuk berkata, "Nathan, sebaiknya periksa bagus-bagus dulu. Kalau kamu sempat kalah dari awal, kamu akan ditertawakan semua orang."Nathan tidak menghiraukannya dan hanya menoleh ke arah Tiara sambil berkata, "Siap-siap kaya saja kita."Tiara tertegun sejenak, lalu berkata, "Ka ... kamu begitu yakin?""Bukankah hasil akan segera keluar?" kata Nathan sambil tersenyum.Alice diam-diam menggertakkan giginya. Bajingan ini sombong sekali.Tidak ada satu pun hadirin yang bersuara karena mereka tidak berani.Taruhan judi batu dua orang begitu besar. Siapa yang berani berbicara di saat ini hanya akan memengaruhi penilaian orang lain dan dianggap bersalah.Batu mentah milik Alice dipotong lebih dulu."Batu giok hijau yang begitu besar. Kualitasnya juga luar biasa. Sayangnya, ini bukan giok hijau zamrud."Dalam sekeja
Nathan berkata dengan nada datar, "Memang nggak ada salahnya wanita bersikap sombong.""Karena asalkan wanita itu punya kemampuan, itu sudah cukup.""Hanya saja, kalau wanita itu bukan hanya sombong, tapi juga bodoh, percayalah dia pasti akan mendapatkan pelajaran menyakitkan."Alice mencibir. "Emilia, kamu dengar apa yang dia katakan barusan? Haha. Dia ingin memberiku pelajaran yang menyakitkan.""Untunglah, kamu sudah mencampakkan mantanmu ini. Kalau nggak, sebagai kakak sepupumu, aku pasti akan membantumu mencampakkannya."Raut wajah Emilia berubah jelek. Dari mana Nathan mendapatkan nyali untuk berjudi batu dengan Kak Alice?Sepertinya pria itu ngotot tidak akan mengakui kekalahannya sampai akhir?"Semuanya, harap tenang. Taruhan antara Tuan Nathan dan Nona Alice akan dimulai sekarang," seru Monika dengan suara lantang. Dia kemudian menatap Nathan dan Alice secara bersamaan. "Apa masih ada yang ingin kalian berdua tambahkan di sini?"Alice tersenyum penuh percaya diri dan berkata,
Alice mencibir dan berkata, "Sepertinya Nona Monika punya perlakuan khusus terhadap Tuan Nathan.""Dari awal, kamu terus membantu Tuan Nathan mempertimbangkan berbagai aspek. Apa kamu mau kami, para pecinta barang antik ini, kecewa dengan perlakuanmu?""Aku nggak mengerti apa yang dikatakan Nona Alice," ucap Monika dengan singkat."Tuan Nathan adalah tamu terhormat kami. Aku datang ke sini untuk melayaninya. Apa ada masalah?"Alice mendengus dingin dan berkata dengan nada menghina, "Yang bisa membuat Nona Monika melayani seperti ini pastilah seorang ahli hebat.""Jadi, Tuan Nathan, apa kamu berani bermain denganku? Bukankah kamu begitu hebat barusan? Jangan bilang kamu jadi pengecut sekarang."Semua penonton mengalihkan pandangan mereka pada Nathan.Penampilan Nathan sebelumnya memang membuat orang kagum. Dia bahkan bisa membuat Tetua Surya berlutut di hadapannya.Namun, tidak semua orang bisa disebut ahli.Semua orang sudah terlalu melebih-lebihkan kemampuan Nathan. Apalagi, Nathan ju