Zevan tampak ketakutan dan menggertakkan giginya sambil berkata, "Kak Arjun, aku nggak pernah menyinggungmu. Kamu tiba-tiba menyerangku seperti ini, bukankah sangat keterlaluan?"Arjun berkata dengan nada dingin, "Kalau kamu menyinggungku, memandang dari wajah Waldi, kita masih bisa berkompromi.""Tapi kamu benar-benar bodoh dan malah menyentuh Tuan Nathan. Maaf, aku nggak akan membiarkan hal seperti itu terjadi."Begitu kata-kata itu dilontarkan!Arjun kembali meluncurkan sebuah tendangan tepat mengenai dada Zevan. Diikuti dengan bunyi keras, darah langsung bermuncratan keluar."Enyah!" teriak Arjun dengan dingin. Tatapan matanya seolah-olah ingin membunuh orang.Sekujur tubuh Zevan menggigil. Dia tidak mengerti apa yang telah terjadi pada Arjun. Pria yang biasanya begitu kejam malah datang untuk membela seorang gigolo.Namun, masalah sudah menjadi seperti ini. Tampaknya sulit baginya untuk terus berhadapan dengan gigolo ini."Pergi!"Mendengar perintah itu, Zevan langsung memimpin an
Arjun buru-buru menjelaskan.Nathan mengangkat alisnya. "Dihasut oleh orang? Siapa?""Edward, putra sulung Keluarga Halim," jawab Arjun.Regina menggertakkan giginya dan berkata dengan nada dingin, "Waktu itu aku sempat bingung, mengapa Daren, putra konglomerat, itu bisa tiba-tiba datang untuk mempersulit Nathan?""Ternyata Edward-lah dalang di balik semua ini."Arjun langsung mendengus dingin. "Tuan Nathan, aku mungkin nggak bisa menyentuh Keluarga Halim, tapi asal kamu memberi perintah, aku pasti akan memberi pelajaran pada Edward!"Nathan berkata dengan nada datar, "Lupakan saja. Lagi pula, dia juga nggak berhasil.""Kamu juga termasuk membantuku hari ini. Aku nggak suka berutang budi pada orang lain, jadi ulurkan tanganmu."Arjun tertegun. Meski tidak mengerti apa maksud Nathan, dia tetap mengulurkan tangannya dengan patuh.Gerakan Nathan secepat kilat. Dia meraih lengannya, lalu dengan cepat menekan titik akupunktur utamanya dengan tangan kanannya.Titik akupunktur yang terletak d
Arjun tertegun, lalu tertawa dan berkata, "Nona Tiara, kamu salah. Aku menghormati Tuan Nathan memang ada sedikit hubungannya dengan Tuan Bima, tapi juga bukan sepenuhnya."Tiara tidak begitu memercayainya. "Bukankah kamu melakukan ini karena memandang dari muka Tuan Bima?"Arjun mendengus dingin. "Meski aku menghormati Tuan Bima, aku juga nggak sembarangan menjilat tokoh kecil yang nggak berkepentingan, apalagi berlutut padanya.""Aku beri tahu Nona Tiara saja, sejujurnya, bukan hanya aku saja yang menghormati Tuan Nathan, tapi bahkan orang terkaya kita pun sangat menghormati Tuan Nathan.""Aku hanya bisa jelaskan sampai di sini. Yang aku tahu nggak banyak. Aku juga nggak berani sembarangan bicara. Pokoknya, sebaiknya kamu nggak bertanya terlalu banyak tentang masalah Tuan Nathan."Melihat ekspresi penuh waspada Kak Arjun, Tiara makin kebingungan.Bahkan Tuan Bima juga sangat menghormati Nathan?Orang terkaya di Beluno termasuk tokoh yang paling berkuasa di Beluno. Apa dia akan mengho
Sikap acuh tak acuh Nathan malah membuat Tiara merasa pria ini menyimpan banyak misteri di balik identitasnya yang sesungguhnya....Di sisi lain, Keluarga Sebastian."Emilia, aku berjanji padamu dan Bibi akan menggelar pesta pernikahan yang megah. Aku ingin kamu menjadi pengantin paling berbahagia di Beluno ini!"Edward mengungkapkan rasa cintanya kepada Emilia dengan penuh kasih sayang.Tamara dan Ken yang juga ada di sana pun bersorak dan bertepuk tangan."Kak Edward hebat sekali. Dia dan kakakku adalah pasangan yang sangat cocok."Tamara tersenyum lebar hingga kedua matanya sudah hampir menyatu. "Edward, kami semua tahu bagaimana perasaanmu terhadap Emilia.""Tapi Tuan Edward, aku dengar kamu ingin menggunakan Raja Berlian untuk melamar Emilia, ya? Apa hal itu ...."Emilia langsung menegurnya. "Ibu, mengapa mengungkit hal seperti itu?"Tamara tersenyum canggung dan berkata, "Apa salahnya? Aku dengar Edward mengatakan hal itu sebelumnya, jadi aku tanya saja. Lagi pula, hanya Raja Be
"Kamu putranya Thomas Halim, 'kan? Katakan saja apa yang ingin kamu bicarakan," ucap Bima dengan datar.Nada bicara Tuan Bima terkesan dingin. Jantung Edward berdebar kencang, tetapi dia tidak terlalu memikirkannya. Dia tersenyum dan berkata, "Begini, Tuan Bima. Saya ingin membeli Raja Berlian yang ada di tangan Anda. Tuan Bima bisa langsung sebutkan harganya.""Raja Berlian? Raja Berlian apa?"Edward tercengang. "Cincin berlian yang paling terkenal di Beluno kita. Sejauh yang saya tahu, Raja Berlian seharusnya berada di tangan bawahan Anda, Nathan.""Sebenarnya, masalah kecil seperti ini nggak perlu merepotkan Tuan Bima. Tapi bawahan Anda, Nathan, ngotot nggak mau menjual cincin itu pada saya.""Tuan Bima, saya juga nggak marah padanya. Saya rasa lebih baik Anda yang memberi pelajaran pada bawahan Anda sendiri.""Tapi saya ingin mengingatkan Tuan Bima, bawahan Anda, Nathan, mungkin berencana untuk merebut berlian berharga ini. Tuan Bima harus lebih waspada!"Setelah menyelesaikan kata
Anak buah kepercayaannya tiba-tiba menyerahkan ponsel padanya. "Tuan Waldi, ini ponsel Anda!"Waldi mengambil ponsel itu. Setelah ragu-ragu sejenak, dia pun menelepon sebuah nomor."Ada masalah apa hingga Tuan Waldi bisa meneleponku di malam selarut ini?"Terdengar suara Arjun dari ujung telepon sana.Wajah Waldi berubah gelap. "Arjun, aku butuh penjelasan.""Nggak ada yang perlu aku jelaskan," ucap Arjun dengan datar.Waldi berusaha menahan emosinya dan berkata, "Kalau sikapmu seperti ini, aku juga nggak takut berhadapan dengan Gluton kalian.""Arjun, aku tahu kamu bukan orang yang gegabah, tapi kamu bukan hanya mengabaikan putraku yang dipukuli, kamu juga membawa anak buahmu untuk mengepung Zevan dan lainnya. Apa kamu nggak merasa kelakuanmu sudah kelewat batas?"Arjun tersenyum dan berkata, "Tuan Waldi, jujur saja, aku nggak merasa itu kelewat batas."Emosi yang sedari tadi ditahan oleh Waldi akhirnya meledak juga. "Baiklah. Karena kamu begitu ngotot, Hessen kami pasti akan melawanm
Beluno, Keluarga Wijaya.Nathan mengikuti Tiara pergi ke kediaman Wijaya."Mengapa nggak melakukan pengobatan di rumah sakit saja?"Wajah Tiara tersipu malu. "Ada banyak orang di rumah sakit. Kamu juga tahu penyakitku. Pokoknya, aku nggak ingin orang lain mengetahuinya."Melihat Tiara yang tampak canggung, Nathan hanya mengangguk dan tidak mengatakan apa-apa lagi.Hari ini dia datang ke kediaman Wijaya untuk menyembuhkan atresia rahim yang dideritanya sejak lahir.Tiara telah berusia 28 tahun. Dia sudah memasuki usia matang dan jenjang pernikahan.Namun karena penyakit yang dideritanya, semua hal itu berada di luar jangkauannya.Meski Tiara berbakat dan juga arogan, jauh di dalam hatinya dia masih menyimpan rasa rendah diri.Itu semua karena penyakit aneh yang dideritanya!Sebagai dokter terkenal di Beluno, kakeknya juga tidak berdaya menghadapi penyakit anehnya dan tidak mempunyai solusi untuk saat ini."Tiara, siapa dia?"Brian, murid pertamanya Dokter Bayu, mengerutkan kening dan be
Dokter Bayu benar-benar marah kali ini.Dia sendiri dikenal sebagai dokter genius, tetapi cucunya tidak mencarinya untuk berobat, melainkan mencari orang luar. Bukankah ini secara tidak langsung menyebut kakeknya tidak berguna?Tiara berkata dengan marah, "Baiklah. Kalau begitu, biarlah Kakek yang mengobatiku. Aku nggak mau jadi wanita yang punya kelainan rahim lagi. Kakek, tolong obati aku sekarang juga."Dokter Bayu tertegun dan tertawa canggung, "Tiara, Kakek masih meneliti bagaimana cara mengobati penyakit anehmu.""Jangan cemas, ya? Beri Kakek beberapa tahun lagi. Kakek pasti bisa menyembuhkanmu."Tiara berkata dengan sedih, "Kakek, kamu mengatakan hal yang sama tiga tahun lalu. Setelah tiga tahun berlalu, kamu bilang tiga tahun lagi. Apa masa muda cucumu bisa bertahan selama itu?""Usiaku sudah 28 tahun. Kalau terus begini, aku pasti akan menjadi perawan tua. Apa Kakek ingin melihat cucumu seperti ini selamanya?"Sembari berbicara, Tiara tampak sedikit emosional. Matanya juga mem
Wajah Tuan Edgar berubah pucat. Dia mencibir. "Nak, aku hampir termakan omonganmu!""Haha. Kata-katamu barusan terdengar nyata sekali. Apa kamu kira aku begitu mudah ditipu?"Nathan merentangkan tangannya dan berkata, "Tuan Edgar, percaya nggak, kamu akan tahu jawabannya dalam tiga hari."Jantung Tuan Edgar berdebar kencang. Dia sudah hampir gila dibuat Nathan.Penyakit datang tak pandang bulu. Meski dia sangat berkuasa, dia juga tidak bisa menghindari yang namanya penyakit.Kalau benar seperti yang dikatakan bocah ini, dirinya menderita penyakit serius dan tidak berusia panjang, maka itu akan menyusahkan!Lebih baik memercayai bahwa sesuatu itu ada daripada memercayai bahwa sesuatu itu tidak ada. Berpegang pada prinsip itu, Tuan Edgar buru-buru berpamitan pada Nayana dan meninggalkan Analin bersama anak buahnya.Nayana menutup mulutnya dan tertawa, "Dasar bodoh! Bisa-bisanya dia percaya semua ini.""Dilihat dari kondisinya barusan, dia mungkin akan pergi ke rumah sakit untuk melakukan
Nathan berkata dengan nada dingin, "Edgar, sepertinya kamu belum sadar kalau kamu sudah sakit parah!""Kalau kamu nggak mendapatkan pengobatan yang tepat dalam tiga hari, nyawamu pasti akan terancam!"Tuan Edgar mencibir, "Lantaran kamu nggak bisa melawanku, jadi sekarang kamu mencoba menipuku, 'kan?""Kamu mungkin nggak tahu, tapi keluargaku punya sejarah panjang dalam seni bela diri sejak aku masih kecil. Tubuhku ini bahkan lebih keras dari besi. Kamu bilang aku sakit parah? Apa kamu kira aku mudah dibodohi?"Nathan berkata dengan nada tenang, "Terserah kamu percaya atau nggak. Pokoknya dalam tiga hari, kamu pasti akan tersiksa dan penuh penderitaan, kemudian berakhir mati."Nayana terkejut. Dia pun berkata, "Tuan Edgar, Anda mungkin masih belum tahu. Tuan Nathan ini seorang dokter. Dia bilang ada yang salah dengan tubuh Anda, itu berarti benar.""Menurutku, sebaiknya kamu bicarakan baik-baik dengan Tuan Nathan. Lagi pula, kamu nggak akan rugi."Wajah Tuan Edgar tampak ragu dan bingu
Edgar benar-benar salut dengan keberanian Nathan. Dari mana asal bocah ini? Beraninya berulang kali menentangnya?Ada kilatan dingin yang melintas di mata Nathan. Dia pun berkata dengan nada datar, "Bagaimana kalau aku bilang aku nggak percaya?"Saking kesalnya, emosi Tuan Edgar sudah hampir meledak. Dia langsung berkata pada Nayana. "Nayana, apa kamu nggak bisa menangani berengsek kecil ini?""Kalau kamu nggak bisa menanganinya, aku akan panggil orang untuk membunuhnya di jalan."Nayana memutar bola matanya ke arah Nathan. Bocah ini cukup keras kepala.Beraninya Nathan bersikap lancang pada Tuan Edgar. Bahkan, menyebutnya sebagai lelaki tua yang nggak tahu malu. Bukankah kelakuannya ini sudah kelewat batas? Apa dia tidak takut membuat Tuan Edgar tersinggung?Lantaran Nathan begitu menginginkan ramuan milik Edgar, bukankah seharusnya dia lebih bersabar?"Jangan marah, Tuan Edgar. Tuan Nathan masih muda dan gampang terbawa emosi. Aku mewakilinya minta maaf padamu."Nayana buru-buru mint
Nayana dipenuhi dengan rasa malu dan marah, tetapi dia masih bisa menyembunyikannya dengan baik. Wanita itu pun berkata sambil tersenyum, "Tuan Edgar bisa tertarik dengan janda tua seperti saya merupakan suatu kehormatan bagi saya.""Tapi masalah kita nggak boleh dicampuradukkan dengan masalah Tuan Nathan. Sebaiknya kita bicarakan dulu tentang ramuan legendaris yang ada di tanganmu."Tuan Edgar tidak tertarik sama sekali. Dia menyipitkan matanya dan memandang Nathan. "Sudah kubilang, bocah ini bukanlah apa-apa. Berbisnis dengan orang kelas bawah sepertinya hanya akan membuat statusku ikut menjadi rendah.""Lantaran kalian begitu menginginkan ramuan di tanganku, jadi kalian kini hanya punya pilihan kedua. Nayana, asalkan kamu setuju untuk mengikutiku, aku bisa memberimu ramuan itu kapan saja dan nggak meminta bayaran sepeser pun."Wajah cantik Nayana berubah merah padam.Namun, bukan karena malu, melainkan marah.Mengingat kepribadiannya, jika mendengar perkataan seperti itu, Nayana pas
Melihat Nathan tidak senang, Nayana segera berkata, "Sayangku, jangan marah. Aku sudah berusaha semampuku.""Tapi orang yang memiliki ramuan itu adalah Tuan Edgar Santoso dari ibu kota provinsi.""Lelaki tua ini ngotot mengatakan dia nggak akan menyerahkan barang sebelum dia tahu siapa yang membutuhkan ramuan itu.""Sebenarnya, aku juga tahu makna di baliknya. Dia adalah komoditas langka dan berpikir bahwa orang yang membutuhkan ramuan itu pastilah orang penting di Beluno, jadi dia ingin menggunakan kesempatan ini untuk menjalin hubungan!"Raut wajah Nathan perlahan kembali normal. Dia pun bertanya, "Dari mana asal Tuan Edgar Santoso ini?"Arjun berkata dengan nada tegas, "Tuan Nathan, aku tahu si lelaki tua ini. Dia adalah putra ketiga dari Keluarga Santoso di ibu kota provinsi.""Mengandalkan reputasi Keluarga Santoso, Edgar sukses besar di wilayah Bimala. Dia juga berhubungan baik dengan orang-orang dari dunia bela diri dan komunitas bisnis.""Lantaran orang ini punya banyak kenalan
Nayana bertanya dengan ragu-ragu, "Sayang, apa ini pil ... ajaib?""Benar! Obat ini bisa merangsang semangat dalam waktu singkat dan membuat kekuatan meledak melampaui level," jawab Nathan dengan nada datar.Arjun berkata dengan gembira, "Tuan Nathan, bukankah barang bagus seperti itu hanya bisa diperoleh sekte seni bela diri dan keluarga bangsawan kuno?""Nggak juga. Meskipun pil ajaib sulit dimurnikan, metode rahasia pembuatannya masih berada dikuasai oleh orang-orang yang punya kekuatan besar," ujar Nathan dengan santai."Tapi di Isernia yang luas ini, bukan hanya sekte, tapi juga keluarga bangsawan kuno, serta orang-orang dari semua lapisan masyarakat yang berkuasa."Nayana meraih botol kecil itu dan enggan melepaskannya. Dia pun berkata, "Pil ini merupakan obat yang nggak bisa dijangkau oleh orang biasa. Aku pernah melihatnya di sebuah pelelangan.""Pil biasa saja harganya sudah hampir beberapa miliar, apalagi nggak ada pasar sama sekali. Sekalipun orang biasa punya uang, juga ngg
"Aku dengar Penguasa Analin ini, karena sudah lama menjadi janda, dia suka mengincar pria muda yang tampan."Nathan tersenyum dan berkata, "Baiklah, aku sudah mengerti.""Dia suka pria muda yang tampan, tapi aku bukan."Tiara menghentakkan kakinya dan berkata, "Percayalah, yang aku katakan itu nyata.""Reputasi Nayana nggak pernah bagus selama ini. Aku hanya takut kamu akan terpikat olehnya.""Tiara, kamu cantik dan punya tubuh yang bagus. Bukankah yang seharusnya bisa memikat pria itu kamu dan bukannya Nayana?" kata Nathan dengan nada bercanda.Wajah Tiara memerah. Dia berkata dengan nada canggung, "Nathan, kamu sekarang pintar ya. Kamu sudah bisa menggoda gadis dan menggombal.""Aku nggak peduli sama kamu lagi. Aku pergi!"Dia memegangi dadanya yang berdebar kencang dan berlari menjauh.Dia diam-diam mengumpat dalam hatinya, 'Tiara, apa kamu sudah gila? Meski Nathan baik, dia itu lelaki-nya sahabatmu. Kamu nggak boleh menyentuhnya. Kalau nggak, kamu akan dicap jalang!'Arjun dan Naya
Rafel mengangguk berulang kali. "Benar. Kalau bukan karena Alice memfitnah Tuan Nathan, saya nggak mungkin berani menangkap Anda."Nathan melambaikan tangannya. "Ya sudahlah. Aku harap Pak Rafael tahu apa yang harus dia lakukan terhadap Alice."Wajah Rafel berubah muram. "Jangan khawatir, Tuan Nathan. Perempuan jalang ini hampir membuatku melakukan kesalahan besar. Aku pasti nggak akan melepaskannya dengan mudah."Nathan berkata sambil tersenyum, "Tapi aku dengar dari Pak Samuel, kamu masih ingin tidur dengan Alice."Rafel langsung berseru, "Tuan Nathan, itu hanya karena aku khilaf sesaat.""Sekarang aku sudah buang jauh-jauh pemikiran itu. Aku hanya ingin menampar perempuan jalang itu dan menarik batas dengannya."Nathan mengangguk. "Jangan sampai dikendalikan oleh nafsu. Pak Rafel, kamu harus waspada."Rafel pun pergi dengan takut-takut. Setelah itu, Regina tersenyum dan berkata, "Dokter Nathan, aku lega melihatmu baik-baik saja.""Kalau begitu, pulanglah bersama Tiara dan lainnya. A
Rafel tertawa datar dan berkata, "Saya nggak berbudi luhur dan mulia seperti Anda, Pak Samuel.""Seperti kata pepatah, bunga liar lebih harum daripada bunga dalam rumah. Bunga di rumah nggak seindah bunga di luar.""Alice adalah wanita cantik dan berbakat dari Keluarga Sebastian di Naroa. Wajar saja aku tertarik dengannya.""Lagi pula ...."Melihat Rafel tampak ragu untuk berbicara, Samuel pun bertanya, "Lagi pula apa? Ceritakan secara rinci agar aku bisa membantumu berbicara."Rafel berkata dengan canggung, "Lagi pula, bisa meniduri wanita berstatus tinggi seperti Alice bukan hanya membuatku gembira, tetapi juga memberiku kepuasan tersendiri.""Selain itu, aku juga akan merekam video tanpa sepengetahuannya. Jadi, kelak aku bisa menontonnya lagi.""Pak Rafel, pikirkanlah, wanita seperti Alice bukanlah wanita yang bisa sembarangan diajak kencan. Asalkan berhasil sekali dan meninggalkan rekaman, aku bisa menggunakan rekaman ini untuk meminta Alice melayaniku lagi ...."Samuel menarik nap