Share

Bab 2

Author: Skyy
last update Last Updated: 2025-09-22 19:31:53

"Bangunlah, cucuku..."

Suara itu tidak datang dari luar. Tidak ada getaran di udara, tidak ada bisikan yang menyentuh telinga Harris. Suara itu menggema langsung di pusat kesadarannya, sebuah suara dari masa lalu yang penuh dengan wibawa dan kehangatan yang telah lama ia lupakan. Itu adalah suara kakeknya, Devin Gunawan.

"Warisan keluarga Gunawan tidak boleh mati dalam kehinaan."

Kegelapan yang memeluknya perlahan surut, bukan digantikan oleh cahaya, melainkan oleh ketiadaan. Harris merasa dirinya melayang di sebuah ruang hampa yang tak berujung, tanpa bobot, tanpa tubuh.

Di hadapannya, satu per satu, titik-titik cahaya mulai menyala, kemudian memanjang dan membentuk gulungan-gulungan perkamen yang melayang anggun di kehampaan, memancarkan pendar keemasan yang menenangkan.

Rasa ingin tahu mengalahkan kebingungannya. Ia mengulurkan tangan—sebuah tangan transparan yang terbentuk dari kesadarannya—dan menyentuh salah satu gulungan terdekat.

Seketika, sebuah tsunami informasi menghantam benaknya.

Informasi itu tidak dibaca, melainkan diserap, menjadi bagian dari dirinya dalam sekejap. Judulnya terukir di dalam jiwanya—Sutra Kaisar Medis. Ratusan ribu karakter kuno mengalir masuk, membawa serta pemahaman mendalam tentang aliran energi vital (Qi) dalam tubuh, keseimbangan Yin dan Yang, serta rahasia kehidupan dan kematian itu sendiri. Pikirannya yang dulu terbatas kini seolah terhubung dengan kebijaksanaan alam semesta.

Sebelum ia sempat pulih dari guncangan itu, ia menyentuh gulungan lainnya.

Teknik Jarum Sembilan Naga.

Jemarinya yang tak berbentuk tiba-tiba bisa merasakan bobot dan dinginnya jarum perak. Otaknya dipenuhi dengan diagram tiga dimensi tubuh manusia yang rumit, menunjukkan 361 titik akupunktur utama dan lebih dari seribu titik sekunder. Ia tahu persis bagaimana cara menusuk, memutar, dan menyalurkan energi melalui jarum untuk menyembuhkan, melumpuhkan, atau bahkan membunuh.

Gulungan demi gulungan ia sentuh. Ribuan resep herbal kuno, metode diagnosis hanya dengan melihat aura seseorang, teknik membedah tanpa pisau dengan memanipulasi energi. Semua pengetahuan yang mustahil, yang akan membuat komunitas medis modern tertawa tak percaya, kini terpatri di dalam memorinya seolah ia telah mempelajarinya selama ribuan tahun.

Di tengah lautan pengetahuan itu, sebuah visualisasi terbentuk. Sosok kakeknya berdiri dengan punggung tegap. Harris melihatnya melakukan keajaiban, dengan beberapa jarum perak, kakeknya membangkitkan jantung yang telah berhenti berdetak dengan ramuan sederhana. Ia menumbuhkan kembali jaringan kulit yang terbakar hangus dengan satu sentuhan di dahi, ia menenangkan jiwa yang tersiksa. Ini bukan sekadar pengobatan, ini adalah seni yang mendekati keilahian.

Sementara badai pengetahuan mengamuk di alam pikirannya, di dunia nyata, sesuatu yang sama ajaibnya sedang terjadi.

Di dalam kamar mewah yang remang-remang, di atas ranjang berseprai sutra Mesir yang terasa sejuk di kulitnya, tubuh Harris yang hancur mulai beregenerasi. Cahaya keemasan samar mulai memancar dari liontin giok yang menyatu di antara alisnya, menyebar ke seluruh tubuhnya seperti jaring laba-laba yang lembut.

Luka sobek di kepalanya merajut kembali dirinya sendiri tanpa meninggalkan bekas. Memar-memar di wajah dan tubuhnya memudar perlahan, seperti cat air yang disiram air bersih, hingga kulitnya kembali mulus.

Fokus utama dari energi penyembuhan itu adalah tenggorokannya. Sensasi panas dan robek yang ditinggalkan oleh kawat pijar di penjara, yang selama ini menjadi sumber penderitaan bisunya, kini digantikan oleh aliran energi yang sejuk dan menenangkan. Pita suaranya yang rusak diperbaiki, sel-selnya ditenangkan, dan kekuatannya dipulihkan lapis demi lapis.

Di alam pikirannya, suara sang kakek kembali terdengar, kali ini penuh dengan kesedihan dan harapan. "Gunakan kekuatan ini dengan bijak, Harris. Sembuhkan mereka yang pantas disembuhkan... dan hancurkan mereka yang pantas dihancurkan."

Sosok itu perlahan memudar. Gulungan-gulungan cahaya kembali meredup menjadi titik-titik kecil, dan kegelapan yang akrab kembali menyelimutinya. Namun, kali ini bukan kegelapan keputusasaan, melainkan kegelapan yang tenang dan penuh dengan kekuatan yang terpendam.

Dengan sebuah sentakan hebat yang terasa seperti sambaran petir, Harris membuka matanya.

Langit-langit berukir yang mewah dan lampu kristal redup menyambutnya. Aroma samar lavender dan udara sisa hujan memenuhi ruangan. Rasa sakit yang tadinya merobek setiap jengkal tubuhnya telah lenyap tanpa jejak, digantikan oleh perasaan vitalitas yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya.

Ia mengangkat tangannya, melihat kulitnya yang bersih tanpa satu pun bekas luka. Ini nyata.

Dengan gerakan lambat dan penuh keraguan, ia menyentuh lehernya. Tidak ada lagi rasa sakit, tidak ada lagi sensasi terbakar. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan udara mengisi paru-parunya dengan cara yang baru dan menyegarkan. Kemudian, ia membuka mulutnya, membiarkan udara bergetar melewati pita suaranya untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun penyiksaan.

Satu nama, satu tujuan, satu sumber dari segala kebenciannya, keluar dari bibirnya. Suaranya serak karena lama tak digunakan, namun jelas dan penuh dengan gema kebencian yang membeku.

"...Sera."

Klik.

Tepat saat nama itu selesai diucapkannya, keheningan dipecahkan oleh suara pelan, diikuti oleh derit pintu kamar yang terbuka.

Sebuah siluet anggun berdiri di ambang pintu, bentuk tubuhnya terpahat sempurna oleh cahaya redup dari koridor. Wanita itu menatapnya, tatapannya dingin, tajam, dan penuh selidik.

"Sepertinya rumor tentang ketahanan seekor kecoak memang benar adanya," ucap Queen Hendrawan, suaranya datar tanpa emosi. "Kau sudah bangun."

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 115

    Ruangan itu seharusnya sudah steril. Lampu stabil, medan tenang, tidak ada lonjakan Qi.Itulah sebabnya Harris langsung berhenti berjalan. “Ada yang salah,” katanya pendek.Liora mengangkat kepala dari panel. “Sensor normal, tidak ada intrusi.”“Justru itu,” jawab Harris.Udara di tengah ruangan menjadi hampa. Seperti satu lapisan realitas ditarik mundur setengah langkah. Cahaya di layar berkedip.Liora mundur setengah langkah. “Ini bukan gangguan medan.”Bayangan itu terbentuk perlahan, seperti siluet seorang pria yang berdiri dengan santai, tangan di saku dan kepala sedikit miring.Lalu suaranya terdengar. “Harris Gunawan…”Nada suara itu tenang dan terdengar familier.Harris tidak bereaksi. “Kau tidak punya akses ke sistem ini.”“Benar,” jawab Simon ringan. “Makanya aku tidak masuk lewat sistem.”Senyum tipis muncul di wajah bayangan itu, namun hanya separuh ekspresi yang diizinkan hadir.Liora mengepalkan tangan. “Ini proyeksi.”“Resonansi,” koreksi Simon lembut. “Kau membuka cela

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 114

    Liora melangkah lebih dekat, hampir berhadapan. “Kau sedang mengorbankan prinsip.”Harris menatap Liora dengan tajam. “Aku hanya sedang memilih urutan.”“Apa maksud kata-katamu itu?”Harris menatapnya lebih tajam, suaranya rendah dan mantap. “Kalau aku tidak salah sekarang, kita mati nanti.”“Kau terlambat.” Tiba-tiba sebuah suara terdengar datar, hampir malas, ketika pintu baja ruangan itu bergeser terbuka, cukup untuk membiarkan udara dingin dan satu sosok asing masuk.Pria itu tidak mengenakan jas lab. Tidak juga jubah ritual. Pakaian hitam tak bertanda, ringan, dibuat untuk bergerak cepat. Wajahnya biasa saja, nyaris mudah dilupakan. Tapi cara ia berdiri, berat tubuh bertumpu sempurna.“Dokter Agung,” ucapnya, nada sopan tapi kosong. “Kami datang untuk mengamankan aset yang tidak stabil.”Liora yang berdiri di belakang Harris langsung menegang. “Jangan—”“Diam,” potong Harris.Matanya tidak pernah lepas dari pria itu. “D’Varuna?” tanyanya.Pria itu tersenyum tipis. “Cabang operasi

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 113

    “Kalau ini gagal,” kata Liora lirih sambil mengenakan sarung tangan steril, “Kita tidak bisa menutupinya.”“Operasi ini memang tidak akan dicatat,” jawab Harris.Ia berdiri di sisi ranjang, membuka kotak jarum naga. Hanya delapan yang tersisa.“Ini penyeimbangan skala kecil, bukan penyembuhan. Kita hanya mencoba mencegah pemisahan.”Pasien itu mengerang, matanya terbuka setengah. “Dok…” suaranya pecah. “Aku… dingin—”“Jangan melawan,” kata Harris tenang. “Tarik napas pendek, dengarkan suaraku.” Ia menusukkan jarum pertama ke titik jangkar di bawah tulang dada. Jarum kedua menyusul, lalu ketiga untuk membentuk segitiga penahan Qi.Awalnya berhasil dan aliran Qi pria itu melambat, monitor menunjukkan stabilisasi halus. Liora menghela napas kecil.Lalu tiba-tiba tekanan datang.Qi di ruangan itu bergetar, seolah ada sesuatu yang mengenali prosedur ini. Alur yang sebelumnya pasif mulai bergerak, mengikuti jalur yang Harris buat.Suara Liora menegang. “Resonansi berbalik.”“Aku tahu,” jawa

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 112

    “Ini bukan laporan tunggal.”Suara itu keluar dari sistem konferensi terenkripsi Heaven’s Pulse, teredam lapisan keamanan berlapis yang hanya dipakai untuk komunikasi lintas-zona. Layar kristal di dinding menyala, menampilkan wajah-wajah serius dari berbagai fasilitas, tidak ada satu pun logo publik, tidak ada nama rumah sakit umum.Semua yang hadir berada di balik dunia resmi.“Kami menerima pola mimpi sinkron di beberapa fasilitas berbeda,” lanjut suara itu. “Node Selatan, Wilayah Delta, dan satu pusat medis lintas-laut di luar yurisdiksi Konsorsium lokal.”Liora menegang. “Jaraknya terlalu jauh.”“Dan terlalu cepat,” tambah Harris dari sisi ruangan. Ia berdiri dengan tangan terlipat, suaranya tenang tapi memotong. “Onset tidak mengikuti pola penularan medis atau psikologis.”Seorang pria berkacamata di layar lain mengangguk. “Pasien kami melaporkan simbol yang sama. Pintu. Detak. Cahaya merah. Tidak ada koneksi sosial di antara mereka.”“Berarti medan resonansi,” gumam Liora. “Ia t

  • Bangkitnya Dokter Agung   Bab 111

    “Matikan seluruh sirkulasi medan!”Perintah Harris, suaranya terdengar parau tapi tegas.Lampu-lampu steril padam satu per satu. Garis Qi biru di lantai meredup, beberapa di antaranya retak permanen, meninggalkan bekas hitam seperti luka bakar pada kristal.Heaven’s Pulse masih berdiri, namun tidak lagi utuh.“Zona C dan D kolaps total,” lapor Raka dengan suara kaku. “Medan penyeimbang tidak bisa dipulihkan penuh. Kita… kita kehilangan tiga simpul inti.”Liora berdiri di tengah ruangan, matanya menyapu pasien-pasien yang tersisa. Beberapa tertidur paksa. Beberapa menangis dalam diam. Dan satu ranjang kosong, tertutup kain putih.Ia berhenti di sana.“Nadi berhenti sepuluh menit setelah medan runtuh,” katanya lirih. “Jiwanya sudah lebih dulu pergi.”Harris tidak mendekat, ia hanya menutup mata sesaat. Satu kematian adalah harga yang telah dibayar.Getaran susulan terasa halus, hampir tak disadari, tapi Harris merasakannya sampai ke tulang. “Ini bukan lokal,” gumamnya.Liora menoleh cep

  • Bangkitnya Dokter Agung    Bab 110

    “Lihat makhluk itu, dia berubah!” Suara Liora terdengar tegang, nyaris tenggelam oleh dengungan medan yang kembali hidup. Cahaya biru berkedip tak stabil, seperti denyut nadi yang dipaksa bekerja di luar batas.Harris berdiri di tengah ruang rawat, matanya tajam. “Apakah dia sedang berusaha meniru?”Qi merah yang tersisa dari manifestasi sebelumnya tidak lagi menggumpal liar. Ia memanjang, menipis, lalu menyusun pola alur yang terlalu familier. Garis-garisnya membentuk lintasan yang Harris kenali tanpa perlu berpikir.“Pola Nafas Surga,” gumam Liora. “Tidak mungkin—”“Mungkin,” potong Harris. “Karena dia belajar dari jangkar.”Qi itu melesat ke arah meridian seorang pasien, ia menjerit ketika tekanan tak kasatmata menekan saraf Qi di pergelangan tangannya. Tubuhnya kaku, mata membelalak, napas tersedak.“Zona C, tutup!” teriak Raka.Harris sudah bergerak, ia berlari menyilang ruangan, jarum naga berkilat di tangannya. Tusukan pertama memutus lintasan Qi di udara. Tusukan kedua mengali

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status