"Bangunlah, cucuku..."Suara itu tidak datang dari luar. Tidak ada getaran di udara, tidak ada bisikan yang menyentuh telinga Harris. Suara itu menggema langsung di pusat kesadarannya, sebuah suara dari masa lalu yang penuh dengan wibawa dan kehangatan yang telah lama ia lupakan. Itu adalah suara kakeknya, Devin Gunawan."Warisan keluarga Gunawan tidak boleh mati dalam kehinaan."Kegelapan yang memeluknya perlahan surut, bukan digantikan oleh cahaya, melainkan oleh ketiadaan. Harris merasa dirinya melayang di sebuah ruang hampa yang tak berujung, tanpa bobot, tanpa tubuh.Di hadapannya, satu per satu, titik-titik cahaya mulai menyala, kemudian memanjang dan membentuk gulungan-gulungan perkamen yang melayang anggun di kehampaan, memancarkan pendar keemasan yang menenangkan.Rasa ingin tahu mengalahkan kebingungannya. Ia mengulurkan tangan—sebuah tangan transparan yang terbentuk dari kesadarannya—dan menyentuh salah satu gulungan terdekat.Seketika, sebuah tsunami informasi menghantam b
Last Updated : 2025-09-22 Read more