Share

Bangkitnya Jiwa Iblis

Tetesan air hujan yang tidak terlalu deras membasahi negeri Qing dan keajaiban pun terjadi. Luka yang berada di tubuh rakyat tiba-tiba luntur bersama air hujan yang mengalir membasahi tubuh mereka.

Mendengar rakyat sudah sembuh, para penghuni istana pun juga ikut keluar dan menikmati rintikan hujan tersebut.

Sementara pria yang berdiri di tengah aula kerajaan itu terhuyung menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya seolah di remukkan saat ini, seiring dengan tubuhnya yang terasa menerima beribu cambukan.

Pria tersebut memejamkan mata dan berusaha menahan kesakitan ini. Sedangkan di sebrang, tempat di kursi besar. Seorang wanita menatapnya lekat.

Perlahan Wanita tersebut turun dari singgasana dan melangkah mendekati pria yang berdiri di tengah aula. Wanita dengan mahkota yang terpasang di kepalanya itu tak peduli dengan rintik hujan yang membasahi tubuhnya.

Dia bisa merasakan betapa segarnya air hujan ini, tapi ada yang aneh dengan dirinya. Serpihan ingatan mulai terlintas di kepalanya. Sayangnya dia tidak tau apa itu. Dia hanya melihat pedang yang tertusuk pada seorang pria.

Naga yang melayang di awan hitam menghilang, diikuti oleh awan gelap yang menyelimuti negara Qing. Terdengar sayup-sayup kegembiraan rakyat dari luar benteng kerajaan.

"Selamat, kau memenangkan sayembara ini. Kau bisa beristirahat dan mempersiapkan diri untuk pernikahan besok," ucap Ling saat langkah kakinya berhenti tepat di hadapan pria bertopeng tersebut.

Tidak ada pilihan lain, dia harus menepati janji pada kesatria ini. Walaupun hatinya tidak terima dengan pernikahan yang telah di sepakati sebelumnya.

Meskipun begitu dia cukup bersyukur karena kemalangan telah berlalu, tidak masalah bila harus mengorbankan dirinya untuk keberhasilan besar.

"Nona, Baginda raja ..." ucap pelayan yang mengurus Ayahnya menampakkan wajah cemas.

Melihat pelayanan sang Raja berekspresi tidak enak, Ling segera berlarian menuju kediaman sang Ayah dan meninggalkan pria bertopeng sendirian.

Pria itu merosot dan menekuk kedua lututnya untuk menyangga tubuhnya yang kian lemah. Rasa sakit begitu menyiksanya, padahal sebelum hujan turun Dia bisa merasakan kekuatan yang begitu besar, entah kemana perginya kekuatan tersebut.

Melihat wajah Ling yang begitu cemas, pria itu berusaha bangkit dan mengayunkan langkahnya mengikuti langkah kaki Ling.

"Maaf Tuan, Saya akan mengantar anda ke tempat istirahat," ucap salah satu pengawal menghadang pria bertopeng.

"Saya ingin bertemu Raja," sahut Pria tersebut.

"Maaf, seperti yang Anda lihat. Kondisi Raja sedang tidak baik-baik saja. Raja adalah orang yang adil, dia tidak mungkin mengingkari janjinya." Pengawal itu membungkukkan tubuhnya.

Tidak mau akan timbul percekcokan, Pria tersebut menurut. Dia mengangguk dan mengikuti arahan pengawal untuk segera beristirahat. Mungkin ini lebih baik melihat kondisinya yang juga tidak baik-baik saja.

Pria itu melangkah mengikuti langkah Pengawal yang menuju kamar istirahat. Tapi langkah mereka berhenti ketika pengawal yang lainnya memanggil mereka dari arah berbeda.

"Tuan, Putri Ling dan Raja menunggu Anda di kediaman Raja," ucap Pengawal itu memasang wajah cemas dengan napas yang tersengal.

Mendengar perintah, Pria dan para pengawal segera memutar langkah menuju kediaman sang Raja. Ada banyak sekali pengawal dan pelayan berdiri dan berbaris di depan kediaman Sang Raja. Sepertinya kondisi Raja memang sangat mengkhawatirkan.

Pria bertopeng di persilahkan masuk, di dalam Ling sedang duduk di tepi ranjang dan menangis sesenggukan. Di sampingnya ada sang raja yang terbaring lemah.

Mata sang Raja mengatup rapat, bahkan hembusan napasnya begitu tenang seolah tidak peduli wanita di sampingnya sedang bersedih.

"Hamba memberi salam pada Baginda raja," ucap pria bertopeng memberi hormat.

Perlahan Raja membuka mata, dengan sisa kekuatannya dia bangun dari tidurnya dan menyapa pria tersebut.

"Terima kasih atas semua bantuanmu," ucap Raja dengan suara lemah.

"Semua sudah tugas Hamba, Baginda tidak perlu sungkan," jawab pria tersebut.

"Terlepas dari asal-usul mu, aku hanya ingin memberimu tugas. Aku yakin, kau bisa menjalankan amanah ini," ucap Raja mencengkram tangan Ling.

"Hamba bersedia atas tugas yang diberikan," jawab Pria itu mantap.

"Aku sudah lama menjaga negeri ini, sudah pantas bila aku ingin istirahat dan menikmati masa tuaku," ucap sang Raja menatap Ling.

Ling menggelengkan kepalanya pelan. Mendengar ucapan sang Ayah membuat perasaannya campur aduk.

"Aku ingin memberikan tanggung jawab besar ini padamu," ucap Raja.

"Maaf Baginda, Hamba tidak pantas untuk menerima tugas ini. Masih banyak yang pantas menerima tugas tersebut," ucap pria itu sujud di depan Raja.

Raja memejamkan mata, rasa sakit di dadanya sudah tidak bisa dia tahan. Tiba-tiba aliran darah segar keluar dari mulutnya. Melihat ini semua pelayan termasuk Ling sang Putri panik, dia berteriak histeris.

"Ayah, sadarlah Ayah. Cepat panggil Tabib!" ucap Ling dengan suara lantang.

Percikan cairan merah kental itu mengenai tangan Pria bertopeng tersebut. Sang pria membantu Raja untuk kembali berbaring. Raja menggenggam erat tangan pria bertopeng itu. Sementara Ling masih menangis dan memeluk sang Ayah.

"Aku mohon jaga kerajaan ini beserta permataku yang paling berharga, aku yakin kau adalah orang yang tepat," ucap Raja sebelum memejamkan matanya.

"Baik, aku akan menerima semua tugas ini Baginda," ucap Pria itu, tanpa sadar pria tersebut meneteskan buliran air mata bening.

"Terima kasih, Ling Sayang. Kau tidak boleh manja lagi, kau harus lebih dewasa dan tidak merepotkan dia," ucap Raja kembali membuka mata dan membelai wajah putrinya.

"Ayah, aku mohon jangan seperti ini, kau pasti sembuh. Dia akan menolong mu Ayah." Ling melempar pandangan pada pria bertopeng itu.

Tangan renta Sang Raja mulai membelai lembut pipi basah akibat air mata yang mengalir deras.

"Biarkan Ayah istirahat Sayang, Qing sudah menemukan Raja yang baru," ucap Raja lirih.

"Jaga dirimu baik-baik," lanjut Raja sebelum menutup mata, seketika tangan yang membelai pipi Ling tergeletak tak berdaya.

"Ayah !!!"

.

.

.

Setelah upacara pemakaman, selang beberapa hari upacara penobatan raja baru digelar. Banyak sekali perdana menteri yang penasaran tentang siapa status raja baru sebenarnya.

Hingga muncul beberapa rumor tidak sedap di kalangan perdana menteri, banyak sekali pro kontra di dalam istana. Tapi itu semua bisa di atasi dengan baik.

Saat ini upacara pernikahan di gelar, Ling dan Pria misterius ini sudah sah menjadi pasangan suami-isteri. Meski tidak ada cinta dia antara mereka, Ling tetap berusaha menjadi istri yang baik.

Wanita itu duduk di ranjang dan menunggu kedatangan suaminya. Nuansa merah yang begitu mewah membuat kamar pengantin ini begitu elegan.

Terdengar suara pintu terbuka, di saat yang sama jantung Ling berdebar hebat. Ingin sekali dia lari dari kamar ini, tapi dia tidak cukup berani melawan amanah terakhir sang Ayah.

Pria bertopeng masuk, dan duduk di tepi ranjang. Dia membuat penutup kepala Ling. Wajah cantik yang berada di hadapannya menghipnotisnya.

Degup jantung yang di pompa begitu cepat, perlahan Ling membuka tali bajunya. Tapi Pria itu menahan tangan lembut wanita tersebut.

"Tidak sekarang Nona, Aku akan menanti sampai kau benar-benar menerimaku," ucap pria bertopeng itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status