Tetesan air hujan yang tidak terlalu deras membasahi negeri Qing dan keajaiban pun terjadi. Luka yang berada di tubuh rakyat tiba-tiba luntur bersama air hujan yang mengalir membasahi tubuh mereka.
Mendengar rakyat sudah sembuh, para penghuni istana pun juga ikut keluar dan menikmati rintikan hujan tersebut.Sementara pria yang berdiri di tengah aula kerajaan itu terhuyung menahan rasa sakit di dadanya. Jantungnya seolah di remukkan saat ini, seiring dengan tubuhnya yang terasa menerima beribu cambukan.Pria tersebut memejamkan mata dan berusaha menahan kesakitan ini. Sedangkan di sebrang, tempat di kursi besar. Seorang wanita menatapnya lekat.Perlahan Wanita tersebut turun dari singgasana dan melangkah mendekati pria yang berdiri di tengah aula. Wanita dengan mahkota yang terpasang di kepalanya itu tak peduli dengan rintik hujan yang membasahi tubuhnya.Dia bisa merasakan betapa segarnya air hujan ini, tapi ada yang aneh dengan dirinya. Serpihan ingatan mulai terlintas di kepalanya. Sayangnya dia tidak tau apa itu. Dia hanya melihat pedang yang tertusuk pada seorang pria.Naga yang melayang di awan hitam menghilang, diikuti oleh awan gelap yang menyelimuti negara Qing. Terdengar sayup-sayup kegembiraan rakyat dari luar benteng kerajaan."Selamat, kau memenangkan sayembara ini. Kau bisa beristirahat dan mempersiapkan diri untuk pernikahan besok," ucap Ling saat langkah kakinya berhenti tepat di hadapan pria bertopeng tersebut.Tidak ada pilihan lain, dia harus menepati janji pada kesatria ini. Walaupun hatinya tidak terima dengan pernikahan yang telah di sepakati sebelumnya.Meskipun begitu dia cukup bersyukur karena kemalangan telah berlalu, tidak masalah bila harus mengorbankan dirinya untuk keberhasilan besar."Nona, Baginda raja ..." ucap pelayan yang mengurus Ayahnya menampakkan wajah cemas.Melihat pelayanan sang Raja berekspresi tidak enak, Ling segera berlarian menuju kediaman sang Ayah dan meninggalkan pria bertopeng sendirian.Pria itu merosot dan menekuk kedua lututnya untuk menyangga tubuhnya yang kian lemah. Rasa sakit begitu menyiksanya, padahal sebelum hujan turun Dia bisa merasakan kekuatan yang begitu besar, entah kemana perginya kekuatan tersebut.Melihat wajah Ling yang begitu cemas, pria itu berusaha bangkit dan mengayunkan langkahnya mengikuti langkah kaki Ling."Maaf Tuan, Saya akan mengantar anda ke tempat istirahat," ucap salah satu pengawal menghadang pria bertopeng."Saya ingin bertemu Raja," sahut Pria tersebut."Maaf, seperti yang Anda lihat. Kondisi Raja sedang tidak baik-baik saja. Raja adalah orang yang adil, dia tidak mungkin mengingkari janjinya." Pengawal itu membungkukkan tubuhnya.Tidak mau akan timbul percekcokan, Pria tersebut menurut. Dia mengangguk dan mengikuti arahan pengawal untuk segera beristirahat. Mungkin ini lebih baik melihat kondisinya yang juga tidak baik-baik saja.Pria itu melangkah mengikuti langkah Pengawal yang menuju kamar istirahat. Tapi langkah mereka berhenti ketika pengawal yang lainnya memanggil mereka dari arah berbeda."Tuan, Putri Ling dan Raja menunggu Anda di kediaman Raja," ucap Pengawal itu memasang wajah cemas dengan napas yang tersengal.Mendengar perintah, Pria dan para pengawal segera memutar langkah menuju kediaman sang Raja. Ada banyak sekali pengawal dan pelayan berdiri dan berbaris di depan kediaman Sang Raja. Sepertinya kondisi Raja memang sangat mengkhawatirkan.Pria bertopeng di persilahkan masuk, di dalam Ling sedang duduk di tepi ranjang dan menangis sesenggukan. Di sampingnya ada sang raja yang terbaring lemah.Mata sang Raja mengatup rapat, bahkan hembusan napasnya begitu tenang seolah tidak peduli wanita di sampingnya sedang bersedih."Hamba memberi salam pada Baginda raja," ucap pria bertopeng memberi hormat.Perlahan Raja membuka mata, dengan sisa kekuatannya dia bangun dari tidurnya dan menyapa pria tersebut."Terima kasih atas semua bantuanmu," ucap Raja dengan suara lemah."Semua sudah tugas Hamba, Baginda tidak perlu sungkan," jawab pria tersebut."Terlepas dari asal-usul mu, aku hanya ingin memberimu tugas. Aku yakin, kau bisa menjalankan amanah ini," ucap Raja mencengkram tangan Ling."Hamba bersedia atas tugas yang diberikan," jawab Pria itu mantap."Aku sudah lama menjaga negeri ini, sudah pantas bila aku ingin istirahat dan menikmati masa tuaku," ucap sang Raja menatap Ling.Ling menggelengkan kepalanya pelan. Mendengar ucapan sang Ayah membuat perasaannya campur aduk."Aku ingin memberikan tanggung jawab besar ini padamu," ucap Raja."Maaf Baginda, Hamba tidak pantas untuk menerima tugas ini. Masih banyak yang pantas menerima tugas tersebut," ucap pria itu sujud di depan Raja.Raja memejamkan mata, rasa sakit di dadanya sudah tidak bisa dia tahan. Tiba-tiba aliran darah segar keluar dari mulutnya. Melihat ini semua pelayan termasuk Ling sang Putri panik, dia berteriak histeris."Ayah, sadarlah Ayah. Cepat panggil Tabib!" ucap Ling dengan suara lantang.Percikan cairan merah kental itu mengenai tangan Pria bertopeng tersebut. Sang pria membantu Raja untuk kembali berbaring. Raja menggenggam erat tangan pria bertopeng itu. Sementara Ling masih menangis dan memeluk sang Ayah."Aku mohon jaga kerajaan ini beserta permataku yang paling berharga, aku yakin kau adalah orang yang tepat," ucap Raja sebelum memejamkan matanya."Baik, aku akan menerima semua tugas ini Baginda," ucap Pria itu, tanpa sadar pria tersebut meneteskan buliran air mata bening."Terima kasih, Ling Sayang. Kau tidak boleh manja lagi, kau harus lebih dewasa dan tidak merepotkan dia," ucap Raja kembali membuka mata dan membelai wajah putrinya."Ayah, aku mohon jangan seperti ini, kau pasti sembuh. Dia akan menolong mu Ayah." Ling melempar pandangan pada pria bertopeng itu.Tangan renta Sang Raja mulai membelai lembut pipi basah akibat air mata yang mengalir deras."Biarkan Ayah istirahat Sayang, Qing sudah menemukan Raja yang baru," ucap Raja lirih."Jaga dirimu baik-baik," lanjut Raja sebelum menutup mata, seketika tangan yang membelai pipi Ling tergeletak tak berdaya."Ayah !!!"...Setelah upacara pemakaman, selang beberapa hari upacara penobatan raja baru digelar. Banyak sekali perdana menteri yang penasaran tentang siapa status raja baru sebenarnya.Hingga muncul beberapa rumor tidak sedap di kalangan perdana menteri, banyak sekali pro kontra di dalam istana. Tapi itu semua bisa di atasi dengan baik.Saat ini upacara pernikahan di gelar, Ling dan Pria misterius ini sudah sah menjadi pasangan suami-isteri. Meski tidak ada cinta dia antara mereka, Ling tetap berusaha menjadi istri yang baik.Wanita itu duduk di ranjang dan menunggu kedatangan suaminya. Nuansa merah yang begitu mewah membuat kamar pengantin ini begitu elegan.Terdengar suara pintu terbuka, di saat yang sama jantung Ling berdebar hebat. Ingin sekali dia lari dari kamar ini, tapi dia tidak cukup berani melawan amanah terakhir sang Ayah.Pria bertopeng masuk, dan duduk di tepi ranjang. Dia membuat penutup kepala Ling. Wajah cantik yang berada di hadapannya menghipnotisnya.Degup jantung yang di pompa begitu cepat, perlahan Ling membuka tali bajunya. Tapi Pria itu menahan tangan lembut wanita tersebut."Tidak sekarang Nona, Aku akan menanti sampai kau benar-benar menerimaku," ucap pria bertopeng itu.Seorang pria dengan tubuh tegap melangkah mendekati danau yang tak jauh dari istana. Pantulan sinar rembulan di air danau terlihat begitu indah. Pria itu duduk di bebatuan dan menatap pantulan itu.Dulu dirinya sering melihat pemandangan indah ini dengan seorang Wanita yang amat dia cintai. Tapi semua hanya tinggal kenangan pahit.Sekelebat bayangan hitam melayang dan berhenti tepat di belakang sang pria bertopeng. Dengan tenang pria tersebut berdiri dan berdiri tegak."Bukankah harusnya kau bersama istrimu?" ucap siluman rubah, Mingyu."Katakan apa yang kau tau tentangku! Aku pastikan sembilan ekormu itu lenyap seketika saat kau berbohong," ucap Longwei sambil menarik pedang dan berhenti di leher sang siluman.Siluman itu menarik ujung bibirnya ke atas. Dia tidak percaya dengan apa yang dia dengar. Teman karibnya melupakan semua hal yang pernah mereka lakukan dulu.Bahkan, dia lupa akan dirinya sendiri. Mungkinkah ini semua pengaruh dari kulitivasi yang meningkat terlalu tinggi?"Apa
"Kau tidak keberatan kalau aku berada disini?" tanya Mingyu duduk di kursi.Siluman itu sudah membaik, sekarang dirinya bisa merubah wujudnya kembali ke wujud manusianya."Tidak ada tempat lain, aku tidak tau pria itu akan menyerang lagi atau tidak," ucap Longwei duduk di tepi ranjang dan menatap Mingyu.Mingyu menatap dalam Longwei dan Ling secara bergantian. Dia merasa Longwei tidak bercanda dengan kondisinya saat ini. dia benar-benar bukan Taeching.Melihat Siluman rubah yang menatapnya dalam membuat Longwei penasaran. Dia bangkit dan melangkah mendekat."Apa yang kau pikirkan?" Longwei menatap tajam."Aku akan terima bila kau melupakanku, tapi Nona Ling, apakah kau juga melupakannya?" tanya Mingyu menautkan alisnya."Sudah aku bilang, aku bukan Taeching." Longwei melempar pandangan."Lalu siapa kau sebenarnya," sahut Mingyu penasaran.Longwei menatap Mingyu, bibirnya mulai terbuka tapi mengatup kembali. Tidak mungkin bila dia menceritakan siapa dirinya sebenarnya. Ini terlalu musta
Longwei masuk ke aula istana, hari ini adalah hari pertamanya menjabat sebagai seorang raja di Kerajaan Qing. Ling melangkah di belakang Longwei dengan anggun.Keduanya memakai pakaian yang serasi. Banyak pasang mata takjub melihat kecantikan Ling. Maklum saja, Wanita ini tinggal di pengasingan begitu lama.Rumor mengatakan bahwa keterampilan Ling dalam memainkan pedang sangat bagus, dia juga cukup pintar dalam mengatur strategi perang. Itu yang membuat Raja sebelumnya tidak begitu mengkhawatirkan keadaan Wanita itu saat di pengasingan.Sayangnya, dia harus menikah dengan pria yang bahkan tidak jelas asal-usulnya. Rakyat sebenarnya juga ragu dengan Raja yang baru. Hanya saja mereka tidak bisa tutup mata dengan kehebatan orang tersebut.Satu persatu mentri melaporkan keadaan seluruh wilayah negara Qing. Keadaan kerajaan pasca wabah itu jauh dari kata baik. Banyak kota besar yang dilanda krisis ekonomi sampai bahan pangan.Yang paling mengejutkan adalah ... ada kabar bahwa akan terjadi p
Hamparan rerumputan hijau terhampar di hadapan Longwei, terdengar gemericik air sungai yang terlihat begitu jernih. Terdapat air terjun dan sebuah batu besar yang berada di tengah sungai itu.Udara segar berhembus di sekitarnya, memberi hawa sejuk yang membuat otaknya siap menyerap semua energi positif yang ada.Longwei melangkah menuruni bebukitan dan menuju sungai jernih yang berada di bawah bukit tersebut. Mingyu melangkah di belakang sambil menatap sekitar."Disini tempat yang sangat cocok," ucap Mingyu menghirup udara segar."Jadi apa yang harus aku lakukan?" tanya Longwei datar."Duduk di sana, pejamkan mata dan coba kendalikan jiwa nagamu itu," ucap Mingyu sambil mengayunkan langkahnya.Longwei menarik baju Mingyu dan menatap lekat manik mata kuning yang mencoba menghindarinya."Ada apa? Bukankah memang seperti itu caranya meditasi," ucap Mingyu tersenyum kikuk."Tidak ada waktu untuk bercanda, cepat katakan! Kondisi istana tidak sedang baik-baik saja." Longwei mengeraskan rahan
Hembusan napas sang naga bagai kobaran api yang amat panas. Mata Longwei terpaku pada mata sang naga yang berbentuk kristal berwarna merah darah."Apakah kau benar-benar Panglima Longwei?" tanya Sang naga."Siapa kau sebenarnya?" tanya Longwei menyapa dalam kristal merah yang berada di hadapannya."Aku adalah inti jiwa naga hitam. Pusaka yang banyak dicari oleh para kesatria," jawab Sang naga.Longwei menatap lekat kristal merah yang perlahan menunjukkan betapa bayangan. Gambar demi gambar berganti. Pria itu mulai sadar siapa orang yang ada di dalam kristal merah itu.Di sana terlihat kejadian saat dia menghembuskan napas terakhirnya. Saat dirinya terkena tombak raja iblis, sebuah cahaya biru bersinar terang. Cahaya itu menimbulkan ledakan yang membuat raja Iblis dan pasukannya terpental jauh. Di saat itu pula, inti jiwa Longwei keluar dari raganya dan terbang ke langit ke tujuh.Sampai di langit, inti jiwa Longwei di kunci oleh beberapa dewa sebagai wujud penghormatan terakhir. Mereka
Ling mengejar Mingyu yang melangkah melewati barisan prajurit yang berlatih. Sayangnya Pria itu tidak ingin masalah ini semakin runyam. Dia segera membaca mantra dan menghilang tiba-tiba."Argh, dimana sih dia?" ucap Ling celingukan mencari sosok sang suami misterius.Sedangkan Shuang yang tangannya masih di gandeng Ling hanya mampu terdiam dan menundukkan wajah penuh bersalahnya... Di tempat berbeda, tepatnya di air sungai dengan air terjun yang mengalir cukup deras. Longwei masih duduk bersila di batu besar. Buliran keringat sebesar biji jagung mulai keluar dari tubuh kekarnya. Tubuhnya terasa begitu panas, meskipun inti jiwa nya sedang berlatih di alam fana. Tetap saja raganya ikut merasakan hawa panas yang di terima oleh inti jiwa.Tak jauh dari tempatnya berlatih, dua orang sedang mengawasi pergerakan Longwei. Mata merah dengan tatapan tajam itu bersembunyi di balik dahan yang rindang."Apakah kita harus menyerang sekarang?" ucap seorang yang memakai topeng hitam."Tunggu Raja
Tubuh Longwei melayang tinggi. Bibir tipisnya mulai membaca mantra dan mengeluarkan bola mantra berwarna biru yang kian detik semakin membesar.Mata Raja iblis terbuka lebar. Ketiga orang dibawah terpaku melihat cahaya biru yang berbentuk bola es itu.Tidak mau binasa di sini, Raja Iblis dan dua anak buahnya segera kabur. Belum sempat mereka membaca mantra untuk menghilang, bola es itu sudah menghantam tubuh mereka.Duarr ...Ketiga orang itu kembali terpental cukup jauh. Ketiga orang itu terluka parah. Terlebih Sang Raja iblis, dia tidak sadarkan diri karena serangan Longwei."Kita harus pergi sekarang," ucap pria bertopeng menatap rekannya yang juga terluka parah.Keduanya memapah Raja Iblis dan menghilang di balik hembusan awan berwarna hitam. Langit hitam kelam berangsur menghilang. Di saat bersamaan cahaya biru dari tubuh Longwei menghilang.Naga dari tubuh Longwei terbang dan menghembuskan napasnya pada rubah yang sudah tidak sadarkan diri. Seketika luka dalam di tubuh rubah itu
Ling duduk di kamarnya, tangannya masih berada di pundak Longwei. Sudah satu jam lamanya, tapi pria ini tidak kunjung menyudahi acara pijat memijat ini.Longwei tersenyum tipis saat melihat wajah sebal Ling uang terpantul dari teko perak yang berada di hadapannya."Agak keras! Aku tidak merasakan apapun," ucap Longwei dengan suara keras.Karena sebal, Ling mencekam pundak Longwei dengan kukunya. Berharap kalau pria itu merasa kesakitan dan menyudahi siksaannya."Kurang keras! Kenapa kau lembek sekali," ucap Longwei masih menggoda Ling."Kau!!!" Ling menarik napas panjang dan mencoba mengontrol emosi. Ling memutar otak, terukir senyum tipis saat sebuah ide muncul di otaknya. Dia sedikit mendekat, hembusan napasnya berhembus di tengkuk Longwei."Tuan misterius, bukankah kau ingin di layani? Bisakah aku berbuat hal lain untuk menyenangkan mu," ucap Ling menggoda.Karena gemas, Longwei memutar tubuhnya dan menarik Ling dalam dekapannya. Matanya menatap dalam manik mata yang sedang ketakut