"Panglima Longwei, lama kita tidak bertemu," kekeh Panglima musuh dengan zirah berwarna hitam membalut tubuhnya.
Longwei, panglima yang diutus oleh kahyangan para dewa untuk menumpas pasukan jiwa iblis menatap sosok di depannya dengan tajam.Pria berbadan tegap di depannya dulunya adalah sahabat karibnya semasa mengabdi pada para Dewa kahyangan.Namun, sebab pengaruh jahat jiwa Iblis yang misterius, sahabatnya itu kini berbalik melawan para dewa Kahyangan."Geming, aku ulang sekali lagi. Hukum kahyangan sangat berat, kau masih ada waktu untuk merubah pikiran," ucap Longwei menatap tajam pria yang saat ini berdiri di hadapannya.Geming tertawa kencang, bahkan dia tidak gentar sedikitpun. Pria itu melayang mendekati Longwei yang bersiap dengan pedangnya."Apa kau buta, Longwei?! Para dewa hanya memanfaatkan orang-orang seperti kita untuk kepentingan mereka! Pada akhirnya nyawa yang kita miliki hanya alat untuk melanggengkan kekuasaan mereka!" ucap Geming seraya menatapnya tajam.Longwei bisa melihat dengan jelas mata merah pekat yang saat ini menatapnya tajam, itu bukanlah jiwa asli sang pemilik raga. Jiwa iblis sudah meresap pada Geming."Geming, sadarlah. Kau hanya bidak catur, kembalilah pada kami," ucap Longwei masih tidak menyerah."Bidak catur?! Lantas kau sendiri apa?! Kau tidak sadar teman-teman kita tewas sebab ambisi para dewa untuk mengenyahkan iblis?! Mereka bukan ingin membasmi iblis! Mereka hanya ingin kekuasaan mereka tidak tergoyahkan!"Geming meludah sebelum akhirnya menatap Longwei kembali, "Lebih baik mati daripada menjadi budak para dewa!"Sadar usahanya tidak membuahkan hasil, Longwei kembali ke barisan pasukannya seraya mengepalkan tangannya.Dalam ratusan tahun terakhir, pertempuran para dewa dan iblis telah berlangsung sengit. Para iblis yang sebelumnya terpenjara di dunia bawah entah kenapa bisa menerobos keluar dan membuat kekacauan di segala dimensi.Sebab itu, para dewa yang merupakan penjaga keseimbangan mau tak mau harus turun tangan untuk menahan gejolak pemberontakan yang dilakukan para iblis.Jika keseimbangan dimensi goyah, tidak hanya dunia kahyangan yang hancur, melainkan juga dunia manusia yang mereka naungi selama ribuan tahun lamanya.Ratusan pertempuran selalu terjadi. Namun, hasilnya selalu berupa kekalahan di pihak para dewa. Bahkan, banyak orang-orang kahyangan yang akhirnya membelot karena terpengaruh hasutan para iblis tersebut.Ya, salah satunya adalah Geming sendiri.Pikiran Longwei melayang jauh saat para dewa memerintahkan untuk membunuh Geming, sebab menurut mereka ia sudah tak bisa lagi diselamatkan.Tapi, walaupun Geming dirasuki jiwa iblis sekalipun, sosok yang ia hadapi tetaplah Geming yang ada dalam pikirannya, sahabat yang dulu selalu membantunya."Bagaimana, Longwei?" Qixuang, dewi yang juga diutus kahyangan untuk membantu Longwei menatapnya dengan sayu.Longwei hanya menggeleng sambil menatap pasukannya dan menganggukkan kepala.Melihat respon Longwei, Qixuang hanya bisa menutup mulutnya. Geming yang sekarang bukan lagi Geming yang mereka kenal.Perang tak dapat dihindarkan!Awan hitam semakin tebal. Longwei mulai bersiap, dia memberi instruksi untuk segera bersiap. Di saat bersamaan, kubu musuh juga melakukan hal yang sama dan pada akhirnya peperangan pun dimulai.Namun, baru saja kedua kubu akan bertempur, tiba-tiba terdengar suara menggelegar disertai guntur saling menyahut!"Kerja bagus, Geming! Hahaha, sisanya biarkan aku yang menghabisi kalian!" suara Raja iblis menggelegar.Longwei menarik tali kekang kudanya dan menginstruksikan pasukannya berhenti. Hal yang sama dilakukan oleh Geming saat suara itu muncul.Geming yang merasa di atas angin karena bantuan raja iblis, menatap Longwei dengan tawa, "Kali ini kerajaan para dewa akan habis!"Menyadari situasinya yang terpojok, Longwei hanya bisa meremas tali kekangnya.Tetapi sesuatu tiba-tiba terjadi, awan hitam tebal mengeluarkan ratusan tombak panjang yang mengarah ke arena pertempuran.Tak pelak, pasukan dari kedua kubu ini tiba-tiba banyak yang tewas tertancap tombak dari awan gelap itu."Raja Iblis! Apa yang kau lakukan?!"Geming, sambil menangkis hujaman tombak-tombak dari atas, berteriak lantang karena kecewa.Namun, teriakannya hanya disambut ratusan ombak lain yang turun dari langit!"Hahaha! Dasar para dewa naif! Adu Domba sederhana dan kalian pecah seperti gelas kaca yang rapuh!" terdengar tawa Raja Iblis.Geming tercekat, "Sial! Kita dijebak!"Sementara Longwei, di situasi mencekam itu, meminta pasukannya untuk beralih menjadi mode bertahan. Namun sayang, semuanya terlambat.Lesatan cepat tombak-tombak itu membunuh hampir seluruh pasukan dari kedua kubu.Crashh!Saat tengah berusaha bertahan dari hujan tombak itu, Longwei tercekat. Ia melihat Geming terkapar tertancap tombak. Mulutnya mengeluarkan darah segar."Geming! Sialan kau Raja Iblis!" Longwei yang mengamuk mengeluarkan jurus Naga Hitam, jurus paripurna yang dimilikinya.Namun, entah kenapa tubuhnya seperti tersegel tanpa bisa berubah wujud menjadi Naga Hitam."Hahaha! Semua percuma! Kemampuan kalian tak akan bisa keluar dalam medan pertempuran yang telah aku kutuk! Rasakan ini dewa bodoh!"Sebuah tombak dengan warna hitam legam di ujungnya mengarah ke Longwei dengan kecepatan suara!"Longwei! awas!"Crash!Darah segar menyiprat wajah Longwei yang tak bisa bergerak. Qixuang, dewi sekaligus kekasihnya di kahyangan, menjadikan tubuhnya tameng bagi Longwei!"Qixuang!"Longwei berteriak, namun sia-sia. Tubuhnya yang tiba-tiba tersegel benar-benar kaku. Ia menatap Qixuang yang sudah terkapar dengan tombak yang tertancap di dadanya.Dengan tangan yang bersimbah darah, Qixuang menyapu wajah tampan Longwei. Wanita yang sudah kehilangan banyak darah itu tersenyum tipis menatap pria tampan di hadapannya."Semua sudah berakhir, tugasku sudha selesai. Aku mohon, jangan sia-siakan pengorbananku ini. Hanya kau yang bisa menghentikan permainan ini," ucap Qixuang lirih."Qixuang... Maafkan aku..." Longwei hanya bisa memejamkan matanya. Tangannya mengepal sampai kuku-kuku jarinya menembus kulit."Kota Qing menantimu Longwei," ucap Qixuang sebelum menghembuskan napas terakhirnya."Apa!? Kota Qing, apa yang kau maksud. Qixuang ... bangun! Buka matamu!" teriak Longwei hancur."Sekarang giliranmu, Kesatria Dewa Naga Hitam!" Awan hitam mengeluarkan petir yang saling menyambar.Longwei menatap nyalang awan gelap jelmaan raja iblis itu. Lalu, ia berteriak lantang, "Aku akan balas dendam atas semuanya, Raja Iblis!"Namun, teriakan itu hanya dibalas gelak tawa, dan tepat saat itu sebuah tombak hitam mengarah ke arah Longwei, diiringi kilatan petir.Jleb!Tiba-tiba pandangan Longwei gelap, namun beberapa detik kemudian, belum sempat ia menyadari di mana tempatnya, sebuah suara merdu wanita menyentak kesadarannya."Kau sudah sadar?"Sebuah cahaya menyeruak masuk ke matanya, lalu sosok wanita yang sangat ia kenal tengah menatap wajahnya."Qi... Qixuang?"Peperangan antara pasukan langit dan iblis sudah berakhir. Donghae di beri gelar Dewa perang karena berhasil mengalahkan pemberontakan iblis.Saat ini dia melangkah menuju aula kerajaan langit. Raja langit menyambutnya dengan sennag hati, bukan sebagai musuh yang dulu pernah dia rasaan.Bahkan para dewa juga memberi hormat. Dia merasa tersanjung. Akan tetapi tetap saja hatnya mersa sedih. Iblis kalah, hal itu membuat Klannya kehilangan kesempatan untuk hidup.Inti jiwa naga hitam dan rubah menyatu pada dirinya. Meski darah iblis masih mengalir dalam tubuhnya. Itu tidak membuatnya tersisih."Sebagai dewa perang, kau layak mendapatkan penghormatan," ucap Raja langit.Donghae menekuk kedua lututnya dan memberi hormat. Semua ini erlalu berlebihan dalam menyambut kedatangannya."Maaf Raja, hamba tidak bisa menerima semua tanggung jawab ini," ucap Donghae.Semua dewa terbelalak saat mendengar jawaban pria tersebut. Padahal anyak orang yang menginginkanposisi ini. Di tambah dengan posisi kh
Donghae terkapar di tanah dan bersimbah darah. Sementara Ling masihmeratapi nasibnya yang begitu tragis.Rasa cintanya pada Longwei begitu besar, bahkan dia tidak pernah menerima cinta tulus dari pria lain. Tapi apa yang dia dapatkan? Longwei sangat peduli dengan dunia kahyangan dan semua aturannya Dia tida mau melaan takdir padahal dia bisa melakukannya dengan mudah. Tapi Langi tidak pernah mendengarkannya.Ling menatap sekitar. Semua masih sama. Sepuluh pilar yang berdiri tinggi melambangkan betapa jayanya kerajaan ini pada masanya.Kini semua berbeda, kerajaan ini sudah seperti pemakaman masal. Tidak ada rakyata, bahkan orang pun enggan untuk datang ke negari ini.Semua usaha Ayahnya berakhir sia-sia. Ling melempar pandangan ke arah Donghae yang tidak sadarkan diri. Wanita itu melangkah mendekati pria yang terkapar tak berdaya tersebut."Kau harus membaya semuanya" "Aku tidak peduli bagaimanapun caranya. Kau harus bertanggung jawab dengan semua kerusakan yang kau uat,""kau mengh
Tubh Longwei terkapar takberdaya. Darah yang mengalir dari tubuhnya semaki deras. Semua pertolongan tidak mempengaruhi apapun.Sementara itu Donghae dan Qiang masih bertarung.Suara gesekan pedang masih terdengar begitu nyaring. Hati Ling semakin hancu saat pria yang dia peluk memejamkan mata untuk selamanya. Tangis Ling pech sudah."Longwei, aku tidak peduli takdir tidak akan pernah menyatukan kita. Tapi tidak akan rela bila takdir memisahkan kita secepat ini. Aku mohon buka matamu ..." Tedenar isak tangis yang menyayat hati.Teriakan Ling membuat konsentrasi Donghae terpecah. Melihat Donghae yang melempar pandanganya ke arah Ling, Qiang segera menghunuskan pedangnya.Crass ...Lengan Donghae mendapatkan luka dalam saat pedang Qiang berhasil merobeknya. Aliran darah mengalir deras."Sudah aku bilang padamu. Jangan pernah percaya pada wanita. Gunakan otakmu saat memilih keputsan. Kenapa kau masih saja bodoh," ucap Qiang meremehkan."Kau tidak akan pernah tau bagaiaman rasanya karena
Butiran abu milik Jiali beterbangan di udara. Abu tersebut membentuk sebuah layar yang menggambarkan sebuah kejadian.Bagai vidio berputar, detik demi detik Longwei di buat terharu saat melihat kehidupannya dulu. Dirinya, Geming, dan Qixuang hidup bahagia. Sampai pada slide terakhir.Di sana dia melihat dengan jelas bagaimana Qiang mencoba membujuk Geming untuk meresap kekuatan iblis.Saat itu Qixuang datang dan berusaha untuk mencegah sahabatnya itu. Tapi ... Geming seakan tuli dan tidak menggubris ucapan wanita tersebut.Bayangan itu hilang saat memperlihatkan Geming yang sudah menjadi iblis dan menyerang kerajaan langit. Di saat itu juga mata Longwei berkaca.Tangan pria itu mengepal kuat. Dia tidak membayangkan orang yang selama ini dia kenal ternyata dalang di balik kehancurannya."Aku tidak percaya kau melakukan ini!" Longwei menahan amarahnya."Memang aku melakukan apa? Aku hanya berbuat apa yang harus aku perbuat," Qiang membalik badan dan menatap tajam Longwei."Aku pastikan
Waktu yang ditentukan tiba, setelah perjuangan keras longwei melatih para prajurit langit. Sudah saatnya mereka menujukkan hasil pelatihan tersebut. Ratusan prajurit terbaik kahyangan berjajar di hamparan awan putih. Mereka menunggu instruksi dari sang panglima perang untuk memulai penyerangan.Di kubu berbeda dapat di kerajaan Xuang dan ratusan prajurit sudah siaga menantikan penyerangan dari langit. Iblis Wencheng sudah percaya diri akan menang karena prajuritnya jauh lebih banyak dari pada musuh.Terdengar gemuruh petir. Langit yang tadinya biru bersih kini menghitam. Kilatan petir mulai menyambar. Namun itu tidak membuat prajurit iblis gentar. Mereka tetap berdiri tegak di halaman istana.Wencheng sudah siap dengan kedua pedang pusakanya.Dia tidak peduli seberapa kuat dan banyaknya prajurit langit yang akan menyerang. Yang jelas dia tidak mau rakyat iblis harus tunduk pada aturan langit. Longwei berteriak. Kuda yang yang dia tumpangi segera terbang turun ke bumi dan menuju keraj
Longwei terbang menuju istana langit. Pagi ini ada salah satu prajurit langit menyampaikan kabar kalau Raja Langit mengundangnya untuk datang.Beribu bayangan buruk memenuhi kepala Longwei. Pantas saja semalaman dia tidak bisa menutup mata dan tidur dengan nyenyak. Apakah ini ada hubungannya dengan Ling?Longwei mendarat di gerbang istana. Melihat kedatangan sang Panglima. Prajurit utusan Raja datang dan mengantarkannya ketempat Raja Langit berada.Alis Longwei mengkerut saat melihat prajurit melangkah ke arah yang berbeda. Tidak di aula istana kerajaan seperti biasanya. "Kita mau kemana?" Longwei menghadang langkah prajurit."Raja ada di tempat penyimpanan pusaka," jawab prajurit singkat.Tidak mau berdebat Longwei mengikuti langkah prajurit tersebut. Mata pria hanfu putih yang memiliki pedang naga yang menggantung di pinggang menatap ukiran dinding. Terukir senyum kecil pada wajah tampannya. Ingatan Longwei kembali pada masa di mana dia sering berada di tempat ini. Dia, Geming dan