"Heh, Al! Cepetan dong!"
"Buruan! Siapin kami sarapan!""Mana minumannya, ini, hei? Lama amat sih!"Suara-suara dari meja makan terdengar memekakan telinga.Hal itu membuat orang yang disuruh buru-buru mengerjakan apa yang diminta.Tiap pagi Aliando harus melayani seluruh anggota keluarga Arjuna.Padahal Aliando adalah menantu di keluarga tersebut.Namun Aliando diperlakukan buruk sekali di keluarga itu.Aliando lebih pantas disebut sebagai pembantu di rumah itu daripada sebagai seorang menantu.Aliando sudah tinggal dan menjadi menantu di keluarga Arjuna selama dua tahun lamanya. Aliando dicap sebagai menantu sampah dan tidak berguna lantaran berasal dari keluarga miskin.Aliando menikah dengan Nadine, putri dari pasangan Arjuna dan Kinanti.Sebenarnya Arjuna dan Kinanti tidak menghendaki pernikahan mereka berdua.Pernikahan Aliando dan Nadine terjadi karena atas kehendak Sang Kakek.Sang Kakek dari keluarga itu berhutang budi kepada Aliando karena Aliando telah menyelamatkan nyawanya, makanya, Sang Kakek membawa Aliando ke rumah itu dan kemudian dinikahkan dengan Nadine.Namun Sang Kakek meninggal beberapa bulan yang lalu, yang membuat keluarga Arjuna memperlakukan Aliando dengan semena-mena di rumah itu.Dan mereka juga berencana mau memisahkan mereka berdua dan menikahkan Nadine dengan pria kaya raya yang sederajat dengan keluarga mereka."Heh, Al!" Kinanti berseru galak. Disela-sela sarapan.Aliando yang sedang menyiapkan minuman untuk para anggota keluarga seketika itu menghentikan kegiatannya sejenak, kemudian menoleh dan menatap Ibu mertuanya."Iya, Ma.""Nanti malam akan ada acara di rumah ini. Seperti biasa, kamu jadi pelayan! Bantu-bantu mempersiapkan tempat untuk acara nanti malam!" Ucap Kinanti sinis sambil menyilangkan tangan di depan dada.Aliando terdiam sejenak sebelum kemudian mengangguk.Aliando sudah paham kalau pasti dia akan menjadi pelayan jika keluarga Arjuna mengadakan sebuah acara."Dan setelah ini...antar Mama ke supermarket...terus...kamu langsung bantu-bantu menyiapkan tempat untuk pesta nanti malam di rumah ini!"Aliando mengangguk. Menurut.Beberapa menit kemudian, orang-orang sudah mulai pada beranjak dari kursi masing-masing, telah selesai sarapan, hendak melakukan aktivitasnya seperti biasa."Hei...antar aku ke sekolah!" David menunjuk Aliando dengan dagunya setelah bangkit dari kursi.David adalah adiknya Nadine. Dia yang masih duduk di bangku SMA itu jadi ikut-ikutan menganggap Aliando sebagai babu di rumah itu."Tapi aku belum sarapan, Vid. Biarkan aku sarapan dulu ya." Aliando setengah memohon kepada David. Baru saja Aliando meraih piring hendak sarapan. Namun sudah disuruh lagi."Bukannya ada Pak Yanto? Kamu bisa minta diantarin sama dia. Soalnya setelah ini, aku juga mau ngantar Mama ke supermarket dan belum lagi ngantar Nadine-" Belum sempat Aliando menyelesaikan kalimatnya, David sudah memutar bola matanya."Jadi, kamu enggak mau nganterin aku, hah?!" David melotot sambil berkacak pinggang.Aliando mengerutkan kening. Kesal dengan tingkah David. Sepertinya dia memang mau mengerjai dirinya."Aku maunya diantar sama kamu! Mau apa kamu, hah?! Enggak mau?! Mau membangkang?!" Jawab David dengan suara keras.Kemudian, David mengadu kepada Kinanti.Astaga. Aliando mengusap muka.Ternyata David memang sengaja mau mengerjai dirinya."Al! Anterin David ke sekolah!" Kinanti melotot setelah mendengar aduan dari anak bungsunya itu."Setelah ngantar David! Baru kamu ngantar Mama sekalian nganter Nadine! Dan sarapannya nanti saja!" Lanjutnya dengan nada membentak.Aliando menghela nafas. Urung sarapan. Ada keinginan hendak protes tapi tidak mungkin dia lakukan."Cepat! Buruan! Nanti dia bisa terlambat! Kalau dia sampai terlambat, kamu ya yang akan Mama salahkan!" Kinanti berseru galak saat mendapati Aliando yang tidak kunjung menuruti perintahnya.Aliando mengerjap. Buru-buru bangkit dari kursinya. Segera menuruti perintah dari Kinanti.Seringaian lebar pun mendadak menghiasi bibir David. Puas melihat Aliando diomelin oleh Ibunya.Sementara Nadine tidak terlalu mempedulikan hal itu.Pemandangan Aliando diomeli oleh Ibunya sudah sering terjadi setiap pagi.Begitu lah. Aliando juga lebih layak disebut sebagai supir di rumah itu yang akan mengantar berpergian orang-orang di rumah itu.***Malam hari.Pesta untuk merayakan proyek yang bernilai besar yang baru saja didapatkan oleh perusahaan keluarga Arjuna digelar secara outdoor di kediaman rumah mereka yang luas.Para tamu undangan sudah mulai berdatangan silih berganti, kemudian mereka nampak asik mengobrol satu sama lain, sembari menikmati jamuan.Aliando terus mondar mandir, membawakan makanan dan minuman bersama para pelayan lainnya.Seharusnya Aliando berkumpul bersama keluarga besarnya Nadine saat ini untuk menyambut tamu. Bukannya malah jadi pelayan seperti saat ini!"Kok Nadine betah ya punya suami kere kayak Aliando? Yang cuma numpang di rumah keluarganya?""Enggak tahu malu banget sih!""Kalo aku jadi Nadine, udah aku usir tuh benalu dari rumah!""Iya. Lumayan tampan sih. Tapi buat apa tampan? Kalo miskin? Emang hidup cuma makan cinta doang?""Makan tuh cinta!""Ih aku enggak bisa bayangin deh kalo seandainya sampai punya suami kere kayak dia!""Apa dia enggak punya kaca di rumah? Apa dia enggak pernah ngaca? Makanya dia enggak sadar diri?""Dia tuh, sama sekali enggak pantas bersanding dengan Nadine!""Tapi dengar-dengar nih ya...keluarganya Nadine berencana mau memisahkan mereka berdua. Karena Kakeknya Nadine udah meninggal. Jadi udah enggak ada yang bisa melindungi si sampah itu lagi!""Bagus deh kalo kayak gitu.""Aduh kasihan banget. Pasti setelah ini dia akan jadi gelandangan di jalanan deh!"Para tamu itu tengah asik mempergunjingkan Aliando sambil tertawa.Telinga Aliando panas bukan main begitu mendengar gunjingan-gunjingan yang keluar dari mulut mereka.Namun Aliando memilih diam. Tak menanggapi gunjingan tersebut. Meskipun ia menahan mati-mati an emosi yang nyaris saja meledak.Karena hal itu sudah biasa ia terima saat keluarga Arjuna mengadakan acara."Kenapa kalian masih membiarkan Nadine bersama suami miskinnya itu? Kalian tidak berniat mau menceraikan mereka berdua saja? Toh, Kakek juga sudah meninggal..." Tanya salah satu kerabatnya kepada Arjuna dan Kinanti."Ya sebenarnya aku udah ingin cepat-cepat memisahkan mereka berdua." Jawab Arjuna."Ya. Benar sekali itu. Kami sudah muak dengannya. Kami ingin cepat-cepat mendepak menantu enggak berguna itu dari rumah ini!" Sambung Kinanti."Tapi untuk saat ini, biar lah dia tinggal di rumah kami dulu untuk beberapa bulan lagi sembari Nadine menemukan penggantinya. Dia juga berguna di rumahku. Bisa jadi babu...dan sopir." Lanjut Arjuna sembari menyesap minuman bertangkainya. Lantas terkekeh.Kerabatnya jadi ikutan terkekeh. Mereka memang sengaja mau menghina Aliando.Sementara itu, Nadine tengah asik mengobrol dengan Lidya, Dion, Tante Luna dan teman-temannya Nadine yang datang ke pesta itu."Kenapa kamu enggak segera ceraikan Aliando aja sih, Nad!""Bukannya Kakekmu itu udah meninggal, ya?""Jadi, seharusnya kamu bisa terbebas dari suami keremu itu dong dan kamu bisa langsung ceraikan dia dan nikah sama pria tampan dan kaya raya!""Tuh dengerin apa kata teman-temanmu itu, Nad."Emangnya kamu enggak malu apa diledek sama teman-temanmu terus gara-gara kamu masih punya suami miskin kayak Aliando?" Sambung Lidya, sang Kakak, yang turut serta mengompori Nadine untuk segera menceraikan Aliando saja."Benar itu, Nad. Abang enggak mau ya hidup kamu terus-terus san menderita karena hidup bersama sampah itu!" Dion, suaminya Lidya, Kakak Iparnya juga ikutan menyahut. Membenarkan."Iya, Nad. Buruan deh! Kamu ceraikan aja suamimu yang kere itu dan setelah itu, kamu nikah sama pria yang lebih tampan dan kaya raya!" Sambung Tante Luna.Nadine tidak kunjung menjawab desakan yang saling bersahut-sahutan itu.Entah kenapa, dia bingung mau menjawab apa.Sebenarnya, dulu, dia juga tidak mau menikah dengan Aliando kalau bukan karena terpaksa. Dia tidak mencintainya.Namun dia belum bisa langsung mengiyakan sekarang ini juga jika disuruh bercerai dengan Aliando. Aneh.Sementara itu, disela-sela membawakan makanan dan minuman, Aliando sempat memaki karena terus mendapat gunjingan dari para tamu. Namun dia tidak bisa berbuat apa-apa selain memendamnya di dalam hati.Saat ini Aliando sedang beristirahat sebentar di dapur. Seharian ini tenaganya diforsir sampai nyaris habis. Tanpa boleh istirahat sedikit pun. Maka, dia harus bisa mencuri waktu.Tiba-tiba ponselnya bergetar, dia segera meraih ponsel dari dalam saku, lantas mengeceknya.Ternyata ada e-mail yang masuk.Aliando pun membukanya, membaca sekilas, kemudin terkejut.'Surat Pernyataan Ahli Waris'Surat pernyataan ahli waris? Gumam Aliando dengan kening berkerut. Lantas melanjutkan membaca isi dari e-mail tersebut.Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, senyum dan tawa yang tengah menyertai obrolan diantara anggota keluarga Aryaprasaja mendadak pudar begitu saja. Detik berikutnya, tatapan mereka berubah sinis. Juga dingin. Di saat yang sama, terbit senyum penuh kemenangan di bibir mereka masing-masing. Rasakan pembalasan dari keluarga Aryaprasaja! Sementara Tuan Aryaprasaja mendengus dingin, ekspresi wajahnya buruk, entah kenapa, masih muak melihat melihat wajah-wajah anggota keluarga Sadewa. Akan tetapi, tiba-tiba ia menyeringai kala teringat keluarga mereka yang kini telah hancur! Dengan segala sisa-sisa tenaga, keberanian, Reno segera menjatuhkan diri di lantai diikuti yang lain setelahnya. Bersimpuh di hadapan Tuan Besar Arya dan Nyonya Kartika. "Tu ... tuan Aryaprasaja ... " ucap Reno dengan suara terbata selagi kepalanya tertunduk. "Ma ... maafkan keluarga kami karna selama ini keluarga kami telah berbuat jahat kepada Tuan Muda Aliando, kepada putra Anda ... kami mohon,
Setelah Aliando resmi diumumkan ke publik, Tuan Besar Aryaprasaja menggelar pesta besar-besar an. Pesta itu digelar sebagai bentuk rasa syukur dan bahagia atas anak laki-laki, satu-satunya keluarga mereka yang telah lama menghilang—yang tidak lain dan tidak bukan adalah Aliando—akhirnya ditemukan juga dan telah kembali ke keluarga mereka. Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari juga ingin mengenalkan Aliando kepada semua kerabat, kolega dan kenalan mereka. Serta mengumumkan Aliando sebagai pewaris tunggal keluarga Aryaprasaja. Kerajaan bisnis keluarga Aryaprasaja. Juga sebagai Presiden Direktur perusahaan milik keluarga mereka yang baru. Tidak hanya Aliando saja yang akan dikenalkan, keluarga Aryaprasaja juga akan mengenalkan Nadine, sang istri sekaligus menantu mereka, yang kini resmi menjadi bagian dari keluarga mereka. Selain itu, untuk merayakan kebahagiaan atas hamilnya Nadine, yang mana, itu berarti mereka akan segera dikaruniai cucu. Anggota keluarga Arya
Tiba di ruangan Presiden Direktur perusahaan milik keluarga Aryaprasaja, semua anggota keluarga Sadewa kompak membelakakan mata saat melihat Aliando yang sedang duduk di kursi kebesarannya dengan balutan jas mahal nan elegan. Tampan sekali. Berbeda jauh dengan tampilan Aliando yang selama ini mereka kenal. Selama sesaat, tubuh mereka membeku di tempat. Mulut-mulut terbuka lebar, terpelongo. Jadi benar jika Aliando adalah Presiden Direktur Prasaja Group! Pewaris tunggal keluarga kaya raya—keluarga Aryaprasaja! Melihat kedatangan anggota keluarga Sadewa, Aliando tersenyum kecut di kursi, lalu bangkit dari tempat duduk, keluar dari tempat kerjanya. Berjalan mendekat ke arah mereka dengan santai dan penuh wibawa. Nadine yang sedang duduk di sofa tengah menyesap teh, segera meletakan teh di atas meja, lantas berdiri dan ikutan berjalan mendekat ke arah anggota keluarganya. Melihat Aliando tampak sedang berjalan menghampiri mereka, membuat semua anggota keluarga Sadewa tersada
Reno dan Mayang yang sedang sarapan langsung tidak selera melanjutkan sarapannya setelah mengetahui bahwa Aliando beneran anaknya Tuan Besar Aryaprasaja dan Nyonya Besar Kartika Sari. Keluarga konglomerat di Jakarta. Salah satu keluarga terkaya di Indonesia. Pemilik Prasaja Group—perusahaan multinasional terbesar di negara ini. Raut muka mereka berdua langsung memancarkan aura ketakutan luar biasa. Pun pucat pasi bak mayat hidup. Di saat bersamaan, jantung mereka berdua berdetak kencang. Keringat dingin membahasi wajah mereka masing-masing. Sebab teringat akan kejahatan yang pernah mereka lakukan dulu kepada Aliando. Dalam waktu lama, mereka berdua membeku di tempat duduk masing-masing. Tengah mencerna fakta gila yang baru saja mereka berdua ketahui. Walau sebelumnya mereka sudah menduga, menebak, menerka-nerka bahwa kemungkinannya Aliando adalah putra tunggal dari pasangan salah satu keluarga terkaya di Indonesia itu, begitu tebakan mereka seratus persen benar, mere
Terduduk di kursi ruangan rapat gedung kantor perusahan keluarga Sadewa, tampilan sang presdir itu kini benar-benar kacau. "Ini ... pasti perbuatan keluarga aslinya suamimu, 'kan, Nad? Mereka yang telah membuat perusahaan kita bangkrut?" tebak Reno. Suara dan bibirnya bergetar. Pun melemah di ujung kalimat. Serta dengan pandangan lurus ke depan, kentara lemas tak berdaya. Sementara semua peserta rapat sudah keluar dari ruangan tersebut, menyisakan dirinya, Nadine dan Arjuna. Reno tidak bisa menyelamatkan perusahaannya. Benar-benar telah bangkrut. Hancur lebur dalam sekejab! Nadine menoleh dan menatap sang paman diikuti Arjuna setelahnya. Akan tetapi, mereka berdua tidak langsung menjawab, terdiam untuk beberapa saat. Setelah menghembuskan napas berat, Nadine mengangguk pelan. Membenarkan. Alhasil, ekspresi wajah Reno langsung berubah murung. Seketika lemas sejadi-jadinya. Di titik ini, Reno menyadari kesalahan dan kejahatannya yang pernah ia perbuat kepada Aliando.
Di dalam kamar, Aliando dan Nadine terlihat sedang bersiap hendak tidur. "Aku mau memberitahu sesuatu sama kamu, sayang." Ucap Aliando dengan punggung bersandar pada tepi ranjang. Setelah mengatakan hal itu, pandangan pria tampan itu yang sebelumnya menatap lurus ke depan, berganti menoleh ke arah sang istri di sampingnya. Nadine yang sedang memposisikan diri di ranjang seketika balas menoleh. "Soal apa, Mas?" tanya Nadine setelah terdiam sebentar, lantas ikutan menyenderkan punggung ke tepi ranjang. Aliando menghela napas lebih dulu sebelum kemudian melanjutkan bicara. "Tapi aku mohon sama kamu untuk enggak menjadikan bahan pikiran dengan apa yang akan aku katakan ini sama kamu, ya, sayang karena kamu dan kedua orang tuamu enggak akan dibawa-bawa, enggak akan menjadi target, kalian adalah pengecualian. Okay?" Lipatan di kening Nadine semakin bertambah. Ia dan kedua orang tuanya tidak akan dibawa-bawa? Tidak akan menjadi target? Adalah pengecualian? Nadine mencerna perk