Aliando menggeleng setelah selesai membaca e-mail tersebut.
Enggak. Ini enggak mungkin! Gumam Aliando yang langsung menyangkal.Menurutnya, e-mail itu ngawur sekali.Pasalnya isi dari e-mail itu menyatakan bahwa dirinya adalah pewaris satu-satunya seluruh harta kekayaan keluarga Aryaprasaja. Sedangkan keluarga Aryaprasaja merupakan salah satu keluarga terkaya di Indonesia yang memiliki harta kekayaan mencapai triliunan rupiah.Lipatan di kening Aliando semakin bertambah saja saat mengetahui hal lainnya yang tak kalah mengejutkan.E-mail itu juga menyatakan bahwa dirinya adalah putra dari Tuan Besar Aryaprasaja. Pemilik Prasaja Grup.Wah, ngaco sekali ini.Jelas saja Aliando tidak percaya, ia menganggap e-mail itu hanya iseng belaka. Spam.Aliando tergelak, geleng-geleng kepala, konyol sekali.Aliando mengabaikan e-mail itu, segera mematikan layar ponsel, memasukannya ke dalam saku celana, lantas bergegas melanjutkan pekerjaanya kembali.Namun Aliando harus mendapat kesialan seperti pada pesta sebelum-sebelumnya. Pasti ada saja kerabatnya Nadine yang mencari gara-gara dengannya. Kali ini yang mencari gara-gara adalah laki-laki bernama Dimas. Anak dari Paman dan Bibinya Nadine.Pada saat Aliando tengah membawa nampan berisi gelas-gelas minuman untuk para tamu, tiba-tiba Aliando terjatuh tepat di hadapan Dimas dan seketika itu terdengar bunyi gelas pecah. Berserakan di lantai.Aliando tidak jatuh dengan sendirinya. Melainkan ada seseorang yang sengaja membuatnya terjatuh. Seseorang itu tak lain dan tak bukan adalah Dimas.Dimas sengaja menghadang langkah Aliando dengan kakinya, sehingga membuat Aliando yang sedang dikejar waktu terjatuh karena tidak fokus.Alhasil, hal itu sontak membuat semua orang langsung menoleh ke arah Aliando, kemudian tertawa dengan keras begitu menyaksikan kejadian tersebut."Aduh gimana sih! Kalo jalan itu lihat-lihat dong! Kalo jalan itu pake mata, jangan pake dengkul!" Seru Dimas sambil terkekeh. Puas dengan rencananya yang berhasil."Dan lihat nih...sepatuku...jadi basah gini, ini semua gara-gara kau! Aku enggak mau tau ya, bersihkan sepatuku sekarang juga!" Lanjut Dimas. Mau tambah mempermalukan Aliando.Aliando yang masih tersungkur memejamkan mata kuat-kuat sembari menggeram marah. Dia tidak terima dikerjai begitu saja. Kesabarannya sudah habis.Aliando langsung berusaha bangkit berdiri, bergegas mendekat ke arah Dimas, lantas mencengkram kerah bajunya sambil menatapnya tajam.Beberapa orang tersentak melihat Aliando berani mencengkam kerah bajunya Dimas, tak menyangka pula jika menantu sampah itu berani melakukan hal itu.Apa dia tidak takut mendapat masalah nantinya?"Kau sengaja menghadang kakiku, supaya aku terjatuh, kan?!"Dimas melirik apa yang tengah Aliando lakukan kepadanya saat ini, kemudian tergelak. "Apa-apaan ini! Berani banget kau mencengkram kerah bajuku? Wih...udah mulai berani nih benalu!" Dimas balas menatap Aliando tajam."Aku emang enggak pernah takut denganmu, Dim! Dari dulu!" Aliando semakin mencengkram kerah baju Dimas dengan kuat.Dimas memutar bola matanya. Tersinggung. "Sialan kau! Jadi kau berani sama aku, hah?!" Dimas melotot. Mengintimidasi Aliando."Ngapain aku harus takut sama kamu?!"Dimas malah terkekeh. Tidak habis pikir dengan Aliando. "Eh, denger ya. Kau itu cuma menantu enggak berguna, mau sok-sok an berani? Yang ada...kau yang akan abis tau enggak!" Gertak Dimas.Tiba-tiba Kinanti berseru sambil bergegas mendekat ke arah mereka berdua dan segera menyuruh mereka berdua untuk mengakhiri keributan.Sial.Pasti dirinya yang akan disalahkan oleh Ibu mertua!Aliando melepas cengkraman tangannya pada baju Dimas begitu mendapati Kinanti sudah berada di dekatnya dan melotot ke arahnya."Kamu ya, Al. Selalu saja buat onar!" Teriaknya.Dimas langsung mengadu kepada Kinanti kalau apa yang baru saja terjadi itu adalah ulah Aliando. Dia juga mengadu jika sepatunya basah karena sengaja disiram oleh Aliando.Aliando tersentak, mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat.Benar-benar ya!Hal itu tak pelak membuat Kinanti tambah murka begitu mendengarnya."Sekarang kamu minta maaf sama Dimas dan bersihkan sepatunya sekarang juga! Dan...setelah itu...kamu bereskan pecahan gelas-gelas itu...bener-bener ya kamu, Al. Heran Mama lihat tingkahmu yang bisanya cuma buat malu saja!" Kinanti gemas sekali dengan Aliando."Tapi, Ma- aku enggak salah. Ini semua gara-gara Dimas. Dimas sengaja-" Belum sempat Aliando menyelesaikan kalimatnya, tapi Kinanti sudah memotongnya duluan."Enggak usah banyak alasan. Enggak usah membela diri. Jelas-jelas kamu yang salah. Mau mengelak lagi. Cepat. Minta maaf sama Dimas dan bersihkan sepatunya Dimas sekarang juga!" Gertak Kinanti.Akhirnya Aliando menuruti perintah Kinanti, terpaksa meminta maaf kepada Dimas dan setelah itu membersihkan sepatunya Dimas dengan perasaan dongkol.Dimas menyeringai lebar. Puas dengan hal itu. Para kerabat yang lainnya juga tersenyum puas saat melihat pemandangan Aliando membersihkan sepatunya Dimas.Pukul setengah sepuluh malam, beberapa tamu sudah mulai pamit pulang, kini tinggal para kerabat saja yang masih betah di situ.Ada seorang laki-laki yang penampilannya bak eksekutif muda, tengah diajak Arjuna dan Kinanti masuk ke dalam rumah.Laki-laki itu dipersilahkan duduk di kursi makan.Kinanti segera memanggil Aliando dengan tidak sabaran, menyuruhnya untuk segera mempersiapkan makan malam untuk Alex.Alex adalah anak dari rekan bisnisnya Arjuna. Alex juga mulai menunjukan ketertarikannya kepada Nadine. Apalagi setelah mengetahui jika suaminya Nadine tidak diharapkan oleh keluarganya Nadine.Jelas saja, keluarganya Nadine senang bukan main. Alex bisa menjadi salah satu kandidat pengganti menantu sampah itu.Dion, Lidya dan Luna langsung cari muka, jurus penjilat kelas kakap langsung dikerahkan."Suaminya Nadine kerja apa, Om, Tante?" Tanya Alex kepada Arjuna dan Kinanti sambil melirik Aliando sekilas disela-sela menyantap makan malamnya. Sebenarnya Dia sudah tahu pekerjaan Aliando. Dia sengaja mau menjatuhkan harga diri dan mempermalukan Aliando.Aliando sempat balas menatap Alex sebelum kemudian melanjutkan kegiatannya lagi."Kerjaanya cuma ngebabu doang di rumah ini, Lex. Jadi supir juga dia tuh. Kalo ada apa-apa, minta uang sama Nadine. Pantas kah hal itu disebut sebagai suami?" Dion yang menjawab. Semua orang yang ada di situ kompak setuju dengan apa yang Dion katakan.Arjuna dan Kinanti kompak menghembuskan nafas kasar.Tambah semakin jijik dengan Aliando. Menginginkan menantu sampah itu supaya cepat-cepat enyah dari kehidupan Nadine dan keluarganya."Dia cuma bekerja jadi bartender, Nak Alex. Gajinya sangat kecil sekali dan benar-benar memalukan bagi kami." Arjuna menyahut sambil berdecak."Andai saja Nadine nikahnya sama kamu, ya, Lex. Pasti, dia akan menjadi perempuan yang paaaling bahagia di dunia ini." Kata Lidya.Alex menoleh. Tersenyum. "Kak Lidya bisa aja.""Bener itu, Lex. kamu itu cocok banget loh sama Nadine. Kamu itu bener-bener pria yang sempurna. Udah ganteng, mapan, kaya, pekerja keras lagi. Enggak kayak si dia tuh!" Sambung Luna sambil melirik Aliando. Menyindir."Ah, Tante Luna dan Kak Lidya bisa saja. Terlalu berlebihan menilaiku. Mana mungkin Nadine suka dan mau sama aku? Lagi pula, Nadine kan sudah punya suami." Alex sok merendah. Aslinya senang mendengar pujian dari anggota keluarganya Nadine."Iya. Suami enggak guna lebih tepatnya!" Jawab Lidya dengan sinis.Nadine jadi tidak merasa nyaman berada di situ. Dia ingin cepat-cepat beranjak saja. Dia merasa keluarga dan kerabatnya sedang berusaha menjodohkannya dengan Alex.Sementara Aliando tetap melanjutkan pekerjaanya, sembari menajamkan pendengaran, hatinya mendadak panas begitu mendengarnya."Mana ada Nadine enggak mau sama kamu. Lagi an nih ya, mereka berdua itu akan segera bercerai kok, Lex!" Kata Dion.Wajah Alex mendadak berbinar. Memandang semua orang yang ada di sana. Benarkah hal itu?"Benar kah hal itu, Om, Tante?" Alex menatap Arjuna dan Kinanti. Hendak memastikan ucapan Dion barusan."Benar sekali, itu, Nak, Alex." Jawab Kinanti sambil tersenyum."Tante udah enggak tahan punya menantu enggak berguna kayak Aliando dan Tante enggak akan membiarkan Nadine hidup menderita bersama si sampah itu. Jadi, kami memang berencana mau memisahkan mereka berdua. Secepatnya!" Lanjut Kinanti."Dan...setelah mereka berdua bercerai...kamu bisa nikah sama Nadine, Lex." Sahut Tante Luna. Kemudian, mereka cekikikan bersama.Wajah Alex mendadak sumringah. Menatap Nadine sambil tersenyum. Sepertinya dia akan langsung gas pol setelah ini untuk mulai mendekati Nadine. Apalagi keluarganya Nadine juga sudah memberikan lampu hijau kepadanya.Darah dalam diri Aliando seketika itu mendidih begitu mendengarnya. Alex hendak merebut Nadine darinya. Namun dia mendadak cemas.Apakah Nadine setuju bercerai dengannya?Keluarganya Nadine tidak meminta pendapat Nadine lebih lanjut soal mengenai perceraiannya dengan Aliando, karena mereka pikir Nadine pasti akan setuju. Pukul sepuluh lebih, kerabatnya Nadine baru pulang. Termasuk Alex yang pulang bersamaan dengan mereka. Aliando, Nadine, Kinanti dan Arjuna mengantarkan mereka sampai ke depan rumah, sampai mereka masuk ke dalam mobil masing-masing dan mobil-mobil itu pun mulai beranjak pergi dari halaman rumah.Ketika semuanya sudah pergi, mereka masuk ke dalam rumah lagi hendak istirahat."Mau ke mana kamu, Al?!" Kinanti berseru saat melihat Al hendak berjalan menuju ke arah kamarnya."Mau istirahat, Ma." Jawab Aliando yang jadi mengurungkan niatnya menuju kamar.Kinanti langsung memutar bola matanya. "Enak aja istirahat. Bantu yang lainnya dulu di belakang sana sampai semuanya beres! Baru kamu boleh tidur!" "Awas saja ya kalau kamu sampai tidur duluan sebelum semuanya beres!" Lanjutnya sambil menuding muka Aliando.Sehabis berkata, Kinanti berjala
"Ck, kamu ini ya...selalu aja menyusahkan!" Decak Nadine.Aliando menghela nafas."Maafkan aku, Nad. Tapi, aku enggak tega sama Ayah dan kalau enggak dibayar, maka, pasti Ayah akan mendapat masalah."Nadine memperbaiki posisi duduknya. Terdiam sebentar sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Memangnya berapa hutang Ayahmu sama renternir?!""Tiga puluh juta.""Apa?!"Nadine berdecak sambil geleng-geleng kepala. "Kok bisa sih Ayahmu punya hutang sebanyak itu sama renternir?! Apa Ayahmu itu enggak mikir kalau dia itu miskin? Emangnya buat apa?!""Sepertinya...buat judi, Nad."Nadine berdecak, geleng-geleng kepala.Nadine sudah tahu kalau Ayahnya Aliando suka main judi."Oke. Ntar aku pinjemin." Jawab Nadine pendek setelah terdiam sebentar. Setelah itu, dia fokus pada ponselnya lagi.Aliando menatap sang istri dengan cepat. Tak menyangka jika Nadine akan bersedia meminjamkannya. "Makasih, ya, Nad. Makasih banyak karna kamu mau meminjamkan uang sama aku."Seketika kedua mata Aliando menda
Jadi, Bossnya akan memberikan pinjaman uang kepada dirinya, berapa pun yang ia minta, asalkan, dirinya mau menyerahkan Nadine kepadanya?Seketika darah dalam diri Aliando mendidih. Ia langsung menatap Albert dengan tajam.Aliando menggeleng dengan cepat sambil mengepalkan kedua tangannya erat-erat. Dia tidak akan menyerahkan Nadine kepada Bossnya!Suami mana yang rela memberikan istrinya kepada lekaki lain?Walau Aliando tahu jika Nadine bersikap cuek dan dingin kepadanya, tidak mencintainya, tapi, entah kenapa, dia tidak rela saja memberikan Nadine kepada lelaki lain, melihat Nadine disentuh oleh lelaki lain."Saya enggak mau, Boss!" Jawab Aliando setelah terdiam sebentar.Albert mengerutkan kening. Menyipitkan pandangan. "Yakin? Kamu enggak mau? Kamu enggak mau memberikan istrimu padaku?" Albert bertanya lagi. Memastikan."Yakin sekali. Saya tidak akan membiarkan seorang pun menyentuh Nadine! Istri saya!" Jawab Aliando lagi dengan intonasi suara keras. Tetap bersikeras.Albert malah
Begitu sampai di The Clouds, Aliando langsung duduk di sofa samping Dika.Ada teman-temannya Dika pula di sana. Mereka tengah asik berbincang. Bersantai. Mungkin melepas penat setelah seharian melakukan aktivitas. Di atas meja, dipenuhi botol-botol minuman beralkhohol mahal, gelas-gelas dan juga rokok. Asap juga tengah mengepul bebas dari mulut mereka masing-masing. Sesekali mereka menenggak minuman. Aliando langsung menayakan kabar Dika. Pasalnya mereka sudah lama tidak bertemu. Aliando sudah tahu jika Dika sudah jadi orang sukses sekarang. Aliando ikut senang dengarnya. Bagimana tidak senang? Sahabat baiknya sejak SMA sudah jadi orang sukses. Aliando adalah saksi mata dari awal Dika memulai bisnis, sampai bisa sesukses seperti sekarang ini. Makanya, Aliando berharap lebih kepada Dika yang akan membantunya karena mereka adalah sahabat sejak SMA. Namun Aliando harus dikejutkan dengan sikap Dika yang tidak terlalu antusias menjawab pertanyaannya dan kehadirannya.Dika juga tid
"Marahin aja tuh Mbak suami kerenya!" "Bikin malu aja!""Makanya kerja. Jangan kerjaanya cuma minjam duit doang!" Seru teman-temannya Dika sambil ketawa. Dika telah kongkalikong dengan mereka sebelumnya untuk ikut menghina nasib Aliando. Mereka juga mengira jika Nadine akan memarahi Aliando dikarenakan Aliando meminjam uang kepada temannya. "Lihat lah suami miskinmu itu, Nad. Memalukan sekali bukan? Masa, dia mau minjam uang sama aku sih?" Dika menyeringai sambil bangkit dari duduknya. Berjalan mendekat ke arah mereka berdua.Wajah Nadine berubah masam sambil menahan marah. "Kamu kok kejem banget sih sama sahabatmu sendiri, Dik? Dulu, pas kamu lagi susah, mau berteman sama Al. Dulu, Al juga sering bantu kamu. Tapi, kenapa, sekarang, pas giliran kamu udah sukses. Udah jadi orang kaya. Kamu jadi lupa sama temen yang udah sering bantu kamu!" Nadine berseru kesal. Nadine juga menungkapkan kekecewaannya terhadap Dika karena tega menyuruh Aliando melakukan hal yang dapat membuat harga
Aliando terbelalak begitu mendengar nominal yang harus dia bayarkan yang tak sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ayahnya. "Bagimana bisa jadi 50 juta? Bukannya total semua hutang Ayah saya itu hanya 30 juta?! Kenapa tahu-tahu bisa jadi 50 juta? Apa-apa an ini!" Aliando tidak terima. Dia butuh penjelasan. Aliando menoleh ke arah sang Ayah, meminta penjelasan darinya. "Benar kan, Yah? Semua total hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta?! Bukan 50 juta?!" Pak Damar nampak clingak-clinguk dulu sebelum kemudian mangguk-mangguk. Membenarkan. "Iya, Al. Hutang Ayah sama mereka itu hanya 30 juta saja." Kemudian, Pak Damar beralih menatap mereka berdua dengan kening berkerut. Dia juga kaget karena tahu-tahu hutangnya jadi 50 juta. "Kenapa bisa jadi 50 juta? Bukannya hutang saya sama kalian itu hanya 30 juta?" "Heh, itu bunga! Bunga!" "Apa kau tidak paham juga, hah?!" Kata mereka. Agak emosi. Bunga? Sebanyak itu? "Boleh saya liat bukti hutang Ayah saya?!" Ucap Aliando setelah terd
Sang Boss melepas kaca mata hitamnya yang bertengger di hidungnya setelah tepat berada di depan Aliando.Lalu Sang Boss memicingkan pandangan, menatap Aliando lekat, lantas tergelak setelah mengamati Aliando dari ujung kaki hingga ujung kepala. Pemuda yang tak ada spesial-spesialnya. Hanya bocah kemarin sore. Batin Sang Boss. Sang Boss sempat beralih menatap Pak Damar, yang langsung kicep, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. Kini urusan hutangnya Pak Damar beralih ke Aliando. Putranya. "Jadi, kau tidak mau membayar hutang pada kami?!" Tanya Sang Boss sambil menghisap rokoknya, seketika itu asap rokok menyembul keluar dari dalam mulutnya dan menerpa wajah Aliando. Aliando menggerakan wajah ke samping demi menghindari asap rokok, kemudian kembali menatap Sang Boss, menghela nafas pelan. Sudah berapa kali dia katakan, kalau dia akan membayar hutang Ayahnya, tetapi sesuai yang tetera di surat perjanjian, bukan sama sekali tidak mau membayarnya!Aliando agak kesal dengan hal itu.
Kening Aliando berkerut, kemudian memicingkan mata. "Apa kalian bilang barusan? Kalian memanggil saya dengan...sebutan 'Tuan Muda'?"Apa saya tidak salah dengar?!" Tanya Aliando dengan suara terbata. Mereka berdua saling pandang, sebelum kemudian menatap Aliando lagi. "Tidak, Tuan Muda." Jawab mereka berdua dengan kompak sembari menggelengkan kepalanya.Aliando tersentak.Jadi dirinya tidak salah dengar? Mereka memang sengaja memanggil dirinya dengan sebutan 'Tuan Muda?' Aliando tidak mengerti, bingung dengan panggilan tersebut. Sementara itu, terlihat Pak Damar yang tengah bergegas menghampiri Aliando. "Kamu tidak apa-apa, Nak?" Tanya Pak Damar cemas begitu sudah berada di dekat Aliando. "Aku tidak apa-apa kok, Yah." Jawab Aliando sambil menggeleng. Masih memikirkan panggilan 'Tuan Muda' yang keluar dari mulut bodyguard itu. Pak Damar langsung menghela nafas lega begitu mendengarnya. Dia merasa amat bersalah jika sampai terjadi apa-apa dengan putranya, sudah putranya yang m