Saat ini, jiwa Sahira seolah sudah benar-benar terhubung dengan Afkar. Baginya, sosok "tuan" ini adalah seseorang yang dia layani dengan setia dan taati tanpa ragu sedikit pun.Itu sebabnya ketika berhasil menggali informasi penting dari mulut Tulang Iblis, hati Sahira langsung terguncang dalam diam.Harus diakui, beberapa hal memang jadi lebih mudah terbongkar setelah tidur bersama. Kalau bukan karena alasan itu, sejak dulu bisikan dari orang terdekat tidak akan punya pengaruh sebesar itu.Setelah bersenang-senang, Tulang Iblis yang sedang terbuai dan terpikat oleh murid perempuannya ini tanpa sadar membocorkan rahasia yang sudah disimpannya selama bertahun-tahun."Haha .... Guru, kamu jahat banget ya! Jadi, orang tua Afkar sebenarnya dibunuh secara nggak langsung oleh kamu sendiri?" tanya Sahira yang tertawa genit sambil memamerkan ekspresi menggoda dan sedikit mengejek. Dia menunjuk dada Tulang Iblis dengan gaya yang manja.Mendengar itu, Tulang Iblis tertawa keras beberapa kali. "A
Markas besar Grup Dasih yang berada di pinggiran Kota Likama, termasuk vila pribadi Zohar, juga disapu bersih dan disegel secepat kilat. Kelompok yang selama ini bertindak semena-mena di Kota Likama dan sudah lama membuat masalah, kini hampir benar-benar diberantas sampai ke akar-akarnya.Hanya saja sosok yang menjadi "biang keladi" dari semua ini, setelah menyelesaikan seluruh urusan, justru sedang menemani putrinya berjalan-jalan di festival lentera malam Kota Likama ... seolah-olah semua ini tidak ada hubungannya dengannya!....Sementara itu, di tempat lain.Di sebuah markas rahasia milik Keluarga Rajendra dunia misterius, Tulang Iblis sedang memeluk Sahira di atas ranjang dengan ekspresi mabuk kepayang. Harus diakui, murid perempuan yang dilatihnya secara pribadi ini benar-benar sangat memikat.Terutama saat mereka sedang bermesraan dan Sahira menggunakan ilmu memikat, rasanya benar-benar nyaris membuat Tulang Iblis kehilangan kendali.Tulang Iblis bertanya sambil memeluk Sahira,
Bruk!Saat berikutnya, tubuh Direktur Grup Dasih roboh ke jalan seperti tiang besar yang tiba-tiba runtuh. Setelah keheningan singkat, suara orang menarik napas dalam-dalam dan menelan ludah mulai terdengar bersahut-sahutan.Marcel membuka mulutnya lebar-lebar. Dia memang tahu bahwa Afkar sangat hebat, tetapi tidak pernah menyangka dia ternyata setangguh ini!Niken dan keempat orang dari kelompok Yanuar pun benar-benar dibuat melongo. Sementara itu Keyla, Thoriq, dan semua anggota Grup Dasih lainnya gemetar hebat. Semua orang seakan-akan disambar petir.Sosok Zohar yang selama ini mereka anggap tak terkalahkan, bisa-bisanya ... dibunuh oleh Afkar hanya dengan satu tinju? Bukan hanya dia, tujuh pesilat tingkat master Grup Dasih juga tewas seketika karena efek dari tinju tersebut. Mereka semua meledak menjadi kabut darah!Saat itu, terdengar suara dari mulut Niken yang bergumam sendiri. "Satu tinju berhasil membunuh tujuh master dan satu ahli di puncak tingkat batara?"Wajah Yanuar terli
Tret, tret, tret, tret ....Brrrmmm!Tiba-tiba, terdengar suara baling-baling helikopter berputar keras di udara. Pada saat yang sama, sejumlah kendaraan tempur khusus juga mendekat.Wusshhh ....Beberapa prajurit bersenjata lengkap melompat turun dari kendaraan, lalu langsung mengelilingi orang-orang dari Grup Dasih dari arah luar.Klik, klik, klik!Moncong pistol hitam pekat mengarah langsung ke pasukan Grup Dasih. Di sisi lain saat melihat situasi ini, senyum dingin muncul di wajah Zohar. Dia terlihat tenang dan penuh percaya diri, seakan-akan tidak ada yang perlu dikhawatirkan.Zohar berujar dengan santai, "Kalau mau negosiasi, suruh atasan kalian yang jabatannya paling tinggi datang bicara denganku!"Hanya saja tak lama kemudian, Afkar sudah terlihat melangkah ke arahnya. Ekspresinya yang tegas dan tajam penuh dengan aura membunuh. Dia memberi tahu, "Akulah atasan tertinggi di sini. Tapi maaf ya, aku nggak tertarik untuk bicara denganmu. Hari ini, kamu dan Grup Dasih punyamu itu a
Afkar menggandeng tangan kecil Shafa dan melangkah keluar dari restoran hotpot dengan santai, seolah-olah tak ada yang perlu ditakuti.Melihat formasi musuh di depan mata, Afkar berdecak sejenak dengan ekspresi heran. Dia memberi tahu putrinya, "Shafa, berdirilah di sini dan perhatikan baik-baik. Jaga dirimu sendiri ya."Pada saat yang sama, Marcel, Niken, dan dua orang lainnya juga keluar dari dalam restoran hotpot dengan ekspresi cemas dan seolah-olah dipaksa."Kak Afkar, kamu ...." Marcel hendak berbicara.Namun, Afkar malah membalas sambil melambaikan tangan, "Kalian juga tetap di sini saja. Tunggu sampai aku menyingkirkan Direktur Grup Dasih dulu, baru kita bahas yang lainnya."Setelah berkata begitu, Afkar pun langsung melangkah ke depan. Saat ini di depan pintu utama restoran hotpot milik Restoran Awan, selain orang-orang dari Grup Dasih yang mengelilinginya, tempat itu benar-benar terlihat kosong dan lengang.Maka dari itu ketika melangkah keluar, Afkar pun terlihat sangat menc
"Cara yang terlalu sederhana dan brutal seperti ini nggak akan bisa menyelesaikan masalah," tambah Niken.Saat ini, wajah Yanuar masih menunjukkan ekspresi terkejut. Dia seolah-olah masih belum percaya bahwa Afkar ternyata adalah sosok penting yang memegang lencana naga Yanura. Dia bergumam pelan, "Selain itu, apa kamu benar-benar bisa menyingkirkan Direktur Grup Dasih?"Afkar sama sekali tidak menanggapi keraguan Yanuar. Dia hanya menatap Niken dengan sorot tajam, lalu berbicara dengan nada tegas, "Salah! Justru dengan cara yang sederhana dan brutal, semua masalah bisa diselesaikan. Yang penting, kamu cukup sederhana dan brutal!""Eh, baiklah ...." Niken menggerakkan bibirnya dan akhirnya tak bisa berbuat apa-apa selain mengangguk pasrah. Kemudian, dia segera mulai menghubungi atasannya.Tepat pada saat itu, dari luar terdengar suara teriakan keras yang penuh dengan aura mengintimidasi. Bahkan, suara itu juga sangat nyaring dan kuat.Sangat jelas, suara itu berasal dari seorang ahli k
"Tingkat batara tahap puncak? Cuma butuh satu pukulan saja dariku! Aku cuma mau tanya kalian, kalau sudah habisi petinggi Grup Dasih, kalian bisa basmi grup ini?" tanya Afkar kembali dengan nada tajam."Benar, selama bisa menyingkirkan Zohar, maka ...," ujar Niken seraya mengangguk.Namun sebelum dia sempat menyelesaikan kalimatnya, Afkar langsung menepuk meja dan berkata tegas, "Kalau begitu, kalian bersiaplah! Sekarang juga mulai kerahkan kekuatan, kumpulkan pasukan lebih awal, kita bersiap untuk membasmi Grup Dasih!""Apa?!" Mendengar hal itu, keempat orang tersebut langsung berseru kaget bersamaan. Ekspresi mereka seolah sedang melihat orang gila."Segera hubungi atasan kalian! Persiapkan pasukan! Nanti setelah aku menyingkirkan ketua Grup Dasih, kita langsung bergerak!" Wajah Afkar berubah serius dan suaranya menggelegar penuh wibawa.Setelah berkata demikian, matanya sedikit memicing dan sudut bibirnya terangkat dengan senyum dingin. "Kalau dugaanku benar, Ketua Grup Dasih itu ak
"Kamu bilang, kamu beri pelajaran ke anak bos Grup Dasih, bahkan melumpuhkan salah satu jagoannya? Serius? Kamu yakin?" Yanuar menatap Afkar dengan ekspresi tak percaya dan matanya penuh keraguan.Sekarang dia mulai curiga, jangan-jangan si Afkar ini cuma tukang membual? Mungkin dia dengar-dengar soal Grup Dasih dari orang lain di Kota Likama. Lalu karena merasa diremehkan oleh mereka, dia mencoba unjuk gigi di depan mereka dengan cerita mengada-ada.Niken dan dua perwira lainnya juga menunjukkan ekspresi aneh.Masa iya?Afkar baru datang ke Kota Likama, tapi langsung terlibat masalah dengan putra bos Grup Dasih?"Yakin. Anak bos Grup Dasih itu namanya Thoriq, 'kan? Kalau iya, berarti memang dia orangnya." Afkar mengangguk ringan sambil berkata santai.Melihat reaksi wajah Niken dan Yanuar, Afkar dalam hati bergumam, 'Memangnya seheboh itu? Reaksi kalian berlebihan sekali ....'Tiba-tiba, Shafa yang dari tadi sedang asyik makan, ikut menimpali dengan riang sambil tertawa kecil,"Papaku
"Kenal waktu lagi minum bareng saja," jawab Afkar datar."Minum bareng? Bisa duduk semeja sama Marcel, berarti latar belakang keluarga Kak Afkar juga nggak sembarangan, dong? Asal dari keluarga mana, kalau boleh tahu?" Yanuar kembali menimpali. Nada bicaranya terdengar ramah, tapi terkesan sedang menilai.Afkar mengangkat alis, lalu menjawab dengan ringan, "Keluargaku biasa saja, dari keluarga sederhana. Bisa minum bareng Marcel karena kebetulan ikut sama orang lain."Marcel yang duduk di samping sempat membuka mulut, tapi saat mendengar jawaban Afkar, dia pun tidak menambahkan apa-apa. Memang benar, dia pertama kali kenal Afkar saat acara minum-minum. Waktu itu Afkar datang bersama Fadly, adik iparnya sendiri.Malam itu, Afkar nyaris saja membantu Fadly membuat dirinya dan Naufal tepar karena tidak sanggup menyaingi mereka minum."Oh ... jadi ikut orang lain ya, baru kenalan sama Marcel." Yanuar tertawa kecil, tapi dalam tawanya tersembunyi nada meremehkan.Bagi mereka yang tumbuh dal