Phillip and Lillian : Dongeng-dongeng yang Belum Tamat

Phillip and Lillian : Dongeng-dongeng yang Belum Tamat

Oleh:  Impy Island  On going
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 Peringkat
5Bab
2.2KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Beberapa dongeng mempunyai akhir bahagia, beberapa lagi memiliki akhir yang tragis, tapi ada juga beberapa dongeng yang tidak pernah benar-benar tamat. Sebut saja kisah seorang putra mahkota yang tidak pernah dinobatkan menjadi raja, seorang adik yang mengejar balas dendam semu, seorang putri teratai yang tidak pernah menjadi bunga teratai, atau kisah kakak beradik yang dibuang tanpa remah roti. Sekian lama luntang-lantung tanpa ada kepastian, dongeng-dongeng tersebut tanpa sengaja bersatu demi mencapai tujuan yang sama. Berada dalam satu kubu yang sama. Serta berjuang melawan musuh yang sama. Rebutlah akhir bahagia itu, karena kegelapan tidak pantas mendapatkannya.

Lihat lebih banyak
Phillip and Lillian : Dongeng-dongeng yang Belum Tamat Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Liana Vandery
cerita yang baguss
2022-02-16 13:22:09
0
5 Bab
Prolog
Sebuah anak panah meluncur begitu cepat sampai hanya terlihat seperti sekelebat bayangan. Anak panah itu menancap di tanah hanya beberapa sentimeter dari seekor kelinci yang sibuk mengais semak. Kelinci itu terlonjak, menyadari dirinya lolos dari maut, hewan itu bercicit senang sekaligus mengejek, kemudian pergi menjauh. Seorang pemuda tinggi dengan pakaian berburu sederhana berwarna perpaduan cokelat muda dan tua menghampiri anak panah itu, lalu mencabutnya dari tanah. Ia melepas topi, mengacak rambut kemerahannya dengan putus asa seraya menghela napas.“Kemampuan berburuku semakin payah saja.”Pemuda itu meneliti anak panahnya sekilas, masih terlihat bagus jadi ia membawanya untuk digunakan kembali. Tak jauh dari situ, ia melihat seekor rusa yang asyik mengudap buah murbei.Senyum miring segera terukir di bibirnya. Mungkin kelinci terlalu kecil, aku harus mulai dari target yang lebih besar.Pemuda itu berkonsentrasi membidik rusa di
Baca selengkapnya
Kepergian Sang Rembulan
Angin malam berembus semilir melewati celah kecil jendela, menyebar udara dingin ke setiap ruangan dari sebuah rumah sederhana yang terletak di mulut hutan. Dinginnya angin menusuk ke dalam daging dan tulang, meskipun api dalam tungku berkobar sangat besar. Suara terbatuk-batuk terdengar di sela gemerisik daun serta suara binatang malam.Di balik tirai tipis melambai, terlihat seorang pria yang menempelkan handuk lembap di atas kepala istrinya. Sudah beberapa bulan terakhir sang istri jatuh sakit, penyakit yang datang secara tiba-tiba tanpa gejala apa pun. Sudah banyak tabib dipanggil, dari yang terdekat sampai yang jauh di kota seberang. Harta keluarga kecil itu perlahan habis, tapi hasil yang baik tak pernah didapat. Penyakit sang istri tidak pernah sembuh, bahkan terlihat semakin memburuk.Malam ini tepat tiga bulan penyakit aneh bersemayam di tubuh sang istri, hatinya ikut pilu melihat penderitaan tersebut. Sekali lagi ia memeras handuk yang sudah dicelupkan ke dal
Baca selengkapnya
Rembulan yang Baru
Dua tahun kepergian Elli terasa begitu panjang bagi keluarga kecil Grace. Harold banting tulang mengurus segala hal, bekerja di kota sekaligus membesarkan kedua anaknya. Pria itu sadar ia butuh bantuan, terkadang Bibi Golda datang ke rumah. Seorang nenek murah senyum yang berjasa besar membantu kedua persalinan Elli, serta senantiasa dengan senang hati ketika dimintai bantuan menjaga kakak beradik Grace. Beliau bilang, Phillip dan Lillian sudah ia anggap sebagai cucu sendiri. Namun, sekarang wanita itu sudah terlalu tua untuk bekerja. Kakinya tidak lagi kuat menghampiri rumah keluarga Grace yang harus menempuh perbukitan kecil.Ketika Bibi Golda sakit, Phillip dan Lillian gantian berkunjung setiap hari ke Peternakan Golda untuk menjenguk, bahkan ikut membantu mengurus hewan ternak. Saat nenek tua itu akhirnya meninggal, kehadiran Grace bersaudara tidak lagi diinginkan oleh keluarga Golda. Mereka sering bersikap sinis, serta mengeluh betapa besarnya pengeluaran tiap bulan di d
Baca selengkapnya
Dongeng Klise
“Hey, Anak Lamban, cepatlah!” Miranda berseru kepada Lillian yang sedang mengepel lantai. “Aku hanya menyuruhmu mengambilkan sandal, apa susahnya, sih!”Lillian terbirit-birit membawakan sandal wol kepada Miranda yang berkacak pinggang di ambang pintu. Dari luar Phillip memperhatikan,  ia tengah sibuk melakukan tugas memotong kayu bakar seperti biasa.“Ini sandalnya, Bu.”“Berapa kali aku katakan, jangan memanggilku Ibu! Aku hanya akan jadi ibumu saat suamiku berada di rumah!” bentaknya dengan mata memelotot. “Lagi pula kenapa aku harus menjadi ibu dari anak-anak bodoh dan pemalas seperti kalian?”Lillian mendengarkan dengan kepala tertunduk tanpa bisa berbuat apa-apa. Sudah lima tahun mereka hidup bersama sebagai sebuah keluarga, tapi bukannya semakin sayang Miranda justru tampak membenci anak-anak setiap detiknya. Ia memandang Grace bersaudara sebagai kerbau bodoh yang seharusnya disembeli
Baca selengkapnya
Hasutan Serigala Berbulu Domba
“Sayang, kau membaca berita utama dalam surat kabar pagi ini?” tanya Miranda kepada Suaminya. Mereka sedang duduk berdua di depan perapian untuk menikmati waktu santai. Dua cangkir teh dan sepiring kue kering menemani perbincangan mereka.“Kau tahu aku selalu membaca surat kabar pagi,” jawab Harold sambil meminum tehnya.“Nah, kalau begitu kau pasti tahu, awal tahun ini kota Briston sedang dilanda krisis. Wabah kelaparan terjadi di mana-mana, dan katanya akan bertahan sampai akhir tahun.”“Ya, aku tahu, memangnya kenapa dengan itu?”“Kenapa?” tanya Miranda sambil melebarkan kelopak mata, “Krisis bukan hal sepele, Harold! Siapa saja bisa terkena dampaknya, bahkan para raja. Kita bisa mati kelaparan!”“Tenanglah, Miranda, persediaan makanan melimpah, lagi pula kita tidak makan terlalu banyak.”“Kita memang tidak makan terlalu banyak, tapi anak-anakmu itu.
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status