Saat ini, seluruh anggota Keluarga Safira berharap Erlin benar-benar menyerah dan secepatnya membiarkan Afkar menyelesaikan masalah dengan Organisasi NC.Apalagi Renhad dan Viola, yang terlibat dalam masalah ini sejak awal, mereka paling tidak sabar masalah ini selesai.Mendengar ucapan ayah dan anak itu, wajah Erlin menjadi semakin suram. Perasaan ini seperti ada dinding runtuh dan semua orang justru berlomba mendorongnya jatuh.Biasanya saat tidak ada masalah, semuanya tampak baik-baik saja. Namun, begitu terjadi masalah, sepertinya para keturunannya ini menginginkan dia lengser?"Kalian benar-benar yakin Afkar bisa menyelesaikan urusan dengan Organisasi NC?" tanya Erlin yang mendengus dingin.Pertanyaan itu membuat Renhad dan Viola terdiam sejenak. Di wajah mereka mulai tampak sedikit kecemasan."Ya .... Kalau dipikir-pikir, apa Afkar benar-benar mampu menyelesaikannya?" Renhad terdengar kurang yakin."Seharusnya sih bisa ...," jawab Viola ragu-ragu."Bu, gimana sekarang? Aku bisa m
Senyuman itu membuat hati Afkar dan Felicia terasa hangat sekaligus perih."Sayang, tidurnya gimana?" Afkar mengusap kepala Shafa dengan lembut, berusaha terdengar santai saat bertanya, meskipun hatinya penuh kekhawatiran.Mendengar itu, Shafa menggeleng pelan. "Papa, Shafa mimpi buruk lagi! Aku mimpi jatuh ke dalam gua es besar, di dalamnya banyak sekali duri es. Semua duri itu nusuk ke tubuh Shafa. Sakit sekali ...."Wajah kecilnya tampak takut saat bercerita.Dada Afkar seperti ditimpa batu besar. Sekilas kekhawatiran dan ketegangan melintas di matanya. Sial! Ternyata benar, Shafa mulai memiliki kesadaran akan rasa sakitnya, walaupun hanya terpantul lewat mimpinya.Waktu itu, Shafa hanya bilang dia jatuh ke dalam jurang dan merasa takut, tidak pernah bilang dia merasakan sakit. Hal ini membuat firasat buruk Afkar semakin kuat.Jika setiap kali kambuh durasinya semakin panjang dan Shafa mulai sadar akan rasa sakitnya, apa mungkin suatu hari nanti, dia akan benar-benar tersadar penuh
Beberapa hari yang lalu, Sahira kembali ke Keluarga Rajendra Kuno.Sebelumnya, dia sempat mencoba menggoda Afkar, tetapi nyaris dibunuh olehnya. Baru setelah mengungkap beberapa rahasia, dia berhasil menyelamatkan diri.Dari situ, Sahira sadar bahwa dirinya sama sekali tidak mampu mengendalikan Afkar dan tidak mungkin mendapatkan informasi lebih lanjut tentang liontin naga darinya.Karena itu, dia kembali ke keluarga dan memberikan laporan yang isinya setengah benar. Kemudian, dia langsung menemui Tulang Iblis.Tulang Iblis begitu memanjakan Sahira yang setengah kekasih dan setengah muridnya. Terlebih lagi, Sahira sangat mahir dalam ilmu memikat. Di ranjang, dia bisa membuat Tulang Iblis merasakan kenikmatan yang luar biasa.Saat ini, ponsel Sahira tiba-tiba berdering. Melihat nama penelepon yang tertera, alisnya langsung berkerut."Dia meneleponku?" gumam Sahira."Siapa, Sahira?" tanya Tulang Iblis sambil duduk tegak di ranjang."Itu lho, yang pernah aku ceritain, Afkar!" timpal Sahir
Mengingat saat dirinya mengambil inisiatif dan berniat untuk tidur dengan Afkar, tetapi malah dihina habis-habisan, Sahira menggertakkan giginya dengan penuh amarah.Tak disangka, sekarang pria itu malah berbalik arah, datang memohon padanya.'Afkar! Lihat saja, bagaimana aku akan mempermainkanmu sesuka hati!'"Sahira, kamu mau pergi ke Kota Nubes lagi?" tanya Tulang Iblis saat itu.Sahira menggeliat manja dalam pelukannya dan menyahut, "Tetua, kali ini kamu harus ikut aku. Soalnya aku nggak bisa atasi dia sendirian."Mendengar itu, mata Tulang Iblis menyipit. Dia menolak keinginan Sahira."Nggak bisa, aku nggak mungkin pergi ke Kota Nubes bersamamu. Keluargaku bisa curiga! Saat ini, cuma kita berdua yang tahu kalau Lemuel dulu melarikan diri dan bersembunyi di Kota Nubes.""Kita nggak boleh sampai dicurigai, bahkan oleh Keluarga Rajendra Kuno sekalipun," ujar Tulang Iblis dengan nada serius.Baik dia maupun Sahira, masing-masing punya ambisi besar untuk mendapatkan liontin naga. Merek
Di luar rumah lama Keluarga Safira.Seperti saat kedatangan Kobra sebelumnya, gerbang besar dan berat itu kembali dihantam hingga terbang dan terbuka.Terlihat dua penjaga Keluarga Safira yang awalnya berjaga di depan pintu, kini telah menjadi dua mayat yang terbujur kaku.Selain itu, seseorang yang baru saja meninggalkan rumah lama itu pun dibunuh dengan cara yang mengenaskan!Ketiga mayat tersebut diletakkan begitu saja di depan gerbang rumah lama, berbaring sejajar dan penuh peringatan.Saat suara ledakan dari gerbang terdengar dan mayat-mayat itu terlihat, tiga ahli tingkat eksplisit segera keluar untuk memeriksa.Namun, begitu mereka melangkah keluar, pandangan mereka langsung bergetar! Bam! Bam! Bam!Tiga suara benturan berat terdengar. Ketiga ahli tingkat eksplisit itu langsung terpental dan muntah darah.Dada mereka remuk, jantung dan paru-paru hancur. Mereka tewas seketika oleh satu serangan!Detik berikutnya, tiga sosok muncul di depan gerbang rumah Keluarga Safira. Aura memb
Yang harus dihadapi tetap harus dihadapi ....Dengan pikiran seperti itu, Erlin mendengus dingin. "Kalian cepat lapor polisi! Aku nggak percaya Organisasi NC masih bisa bertindak seenaknya dan berani membunuh di siang bolong begini!""Aku akan telepon Afkar sekarang juga! Bukankah dia bilang bisa menyelesaikan semua ini?"Sambil berkata begitu, Erlin pun mengeluarkan ponselnya dan langsung menghubungi nomor Afkar.Yang lain juga buru-buru menelepon pihak berwajib, berharap pasukan bersenjata bisa segera dikirim untuk menghadapi Organisasi NC.Namun, detik berikutnya, ekspresi Erlin dan semua orang berubah drastis!"Teleponnya nggak bisa tersambung?""Jaringan hilang?""Sinyal di sini sudah diblokir!"Suara panik memenuhi ruangan. Semua orang benar-benar jatuh dalam keputusasaan. Mereka merasa seperti binatang yang tengah menunggu giliran disembelih, terjebak tanpa jalan keluar.Telepon tidak bisa digunakan. Keluar pun tidak bisa. Sepenuhnya terisolasi. Tinggal menunggu maut.Orang-oran
Orang-orang keluarga Safira gemetar melihatnya. Melihat deretan mayat yang dipajang di depan gerbang membuat bulu kuduk mereka meremang! Organisasi NC bukanlah pihak yang bisa diajak main-main!Ketika Guntur melihat Erlin dan rombongannya keluar, wajahnya langsung menyunggingkan senyuman kejam. "Sudah keluar semua dan siap mati ya? Bagus!"Dia memang gila membunuh. Sejak markas besar Organisasi NC di Kota Yaba hancur, hatinya dipenuhi amarah yang membara. Dia ingin membantai Erlin dan seluruh keluarganya, lalu melemparkan mayat mereka ke anjing!Bagaimanapun, semua ini bermula dari ide Erlin yang menyarankan agar Harun diculik. Gara-gara wanita tua itu, markas besar mereka hancur dan dia harus menghadapi kemarahan Kelam.Meskipun hatinya penuh ketakutan, Erlin tetap mengangkat dagu dan bertanya, "Pak Guntur, apa yang sebenarnya kalian inginkan?""Kalau ada syarat yang perlu kami penuhi, silakan katakan. Kami akan berusaha memenuhinya. Mengenai peristiwa di Kota Yaba, kami juga sangat m
"Sudah kubilang, kami akan membunuh kalian dulu, baru urus Afkar. Semua orang yang terlibat dalam masalah ini nggak bakal dilepaskan oleh Organisasi NC!" ucap Kelam dengan wajah datar, seolah-olah tak tergoyahkan sedikit pun."Kalau kalian membunuh kami sekarang, gimana kalau Afkar kabur setelah dengar kabar ini? Tapi, kalau kalian memberiku kesempatan, aku bisa panggil dia ke sini sekarang juga!""Para ketua, Afkar itu bukan orang biasa. Kami mungkin nggak bisa lolos dari kalian, tapi kalau dia ingin sembunyi dan kabur, kalian belum tentu bisa menangkapnya!"Mata Erlin penuh dengan kebencian. Dalam hatinya, dia memaki, 'Afkar, semua ini salahmu. Dasar berengsek! Kamu yang menghancurkan rencanaku!''Kalau saja Fadly sedikit kompromi, Organisasi NC nggak akan menuntutku seperti ini. Kamu malah menghancurkan markas mereka dan menyeretku serta keluarga ini ke jurang maut.''Kalaupun aku harus mati, aku akan pastikan kamu ikut bersamaku! Bukankah kamu sendiri yang bilang bisa menyelesaikan
Mungkin dari buku harian ini, Felicia bisa lebih memahami pria itu? Mungkin di dalam sini, ada semua jawaban yang selama ini ingin Felicia ketahui?Sambil berpikir demikian, Felicia pun menekan rasa bersalahnya karena telah membaca buku harian orang lain. Dia mulai membuka lembaran-lembaran buku harian milik ibu mertuanya.Seiring halaman demi halaman dibuka, ekspresi di wajah presdir cantik itu terus berubah. Perubahannya bahkan sangat nyata. Ada keterkejutan, kesedihan yang mendalam, kemarahan ....Entah sudah berapa lama Felicia membaca. Ketika akhirnya dia sampai pada halaman terakhir, ekspresinya langsung menegang. Tiga kata merah menyala yang terpampang, begitu menusuk mata.[ Keluarga Rajendra Kuno! ]Tiga kata itu ditulis menggunakan warna merah yang membuat hati terasa tidak tenang, seolah-olah mengandung kebencian dan niat membunuh yang sangat kuat.Sepasang mata indah Felicia mulai berkabut dan air matanya mulai menggenang. Dia memaki, "Afkar, dasar bajingan! Sebenarnya ...
Ini adalah hari Sabtu. Pagi ini, TK mengadakan acara sekolah berupa kegiatan orang tua dan anak. Sebenarnya Shafa ingin agar Afkar dan Felicia ikut menemaninya, tetapi Felicia berkata bahwa pagi ini dia harus bertemu dengan klien di kantor.Shafa tak punya pilihan lain. Dia hanya bisa mengikuti Afkar dengan ekspresi kecewa dan bibir cemberut. Sebagai ayah, Afkar hanya bisa diam-diam tersenyum pahit. Dia mengeluh dalam hati bahwa kedekatan Shafa dengan Felicia sudah hampir menyaingi kedekatannya sendiri.Namun, yang tidak diketahui oleh Afkar dan Shafa adalah setelah pergi sebentar ke kantor pada pagi itu, Felicia justru kembali lagi ke Vila Emperor.Pada saat ini, Felicia sedang berdiri di depan kamar Afkar. Wajah cantiknya sedikit memerah. Itu membuat penampilannya terlihat sangat menawan. Sayangnya, tak ada seorang pun yang bisa menyaksikan kecantikan itu sekarang. Sosok presdir cantik yang biasanya terlihat berwibawa dan berkelas, kini terlihat seperti sedang mengendap-endap ....Fe
Gauri mengangguk ringan, lalu langsung berjalan menuju rumah Erlin bersama orang-orang yang dibawanya.Begitu masuk, terlihat Erlin sedang duduk di halaman sambil asyik bermain dengan burung kenari di dalam sangkar. Wajahnya terlihat santai, seolah-olah menikmati hari dengan tenang.Hanya saja saat melihat menantu sulungnya datang, ekspresi wajah Erlin langsung berubah menjadi muram dan penuh kebencian. Dia bertanya dengan nada dingin, "Untuk apa kamu datang ke sini?"Gauri menatap ke arah Erlin, lalu tersenyum "ramah". Dia berbicara dengan nada seolah-olah penuh perhatian, "Bu, ayo kita pergi. Aku sudah siapkan kamar VIP untuk Ibu di Pusat Rehabilitasi Mental. Mulai sekarang, itu akan jadi tempat tinggal Ibu yang baru."Sambil berbicara, Gauri melemparkan selembar kertas ke hadapan Erlin sembari tertawa dingin. Ekspresi Erlin langsung berubah drastis saat melihat kertas itu. Sebab, itu adalah hasil diagnosis "gangguan delusi berat".Erlin sontak berseru marah, "Gauri, apa ... apa maks
Erlin benar-benar ketakutan. Baru saat inilah dia sadar bahwa Afkar ... memang benar-benar bisa mencabut nyawanya.Berkat hubungannya dengan Harun, selama ini Erlin mengira bahwa Afkar pasti akan selalu menyisakan ruang dan tidak bertindak terlalu jauh.Namun setelah melihat jasad Renhad terbujur kaku sekarang, barulah Erlin menyadari betapa seriusnya situasi ini. Afkar memang tidak akan membunuhnya dengan tangan sendiri, tetapi dia bisa mengutus orang lain untuk menghabisinya.Terlihat jelas bahwa Erlin yang seumur hidupnya begitu berkuasa di Keluarga Safira, kini benar-benar panik dan ketakutan. Dia buru-buru memohon pada Afkar dengan suara gugup dan tergesa-gesa, seolah-olah nyawanya akan melayang kalau bicara terlalu lambat.Erlin tahu bahwa hanya dengan satu pandangan dari Afkar, Kelam pasti akan mencabut nyawanya tanpa ragu.Afkar tertawa dingin, lalu menjawab dengan nada datar, "Hehe .... Kalau begitu, uruslah semuanya."Sebenarnya, Afkar sendiri tidak punya ketertarikan apa pun
Dengan ekspresi penuh duka dan ketakutan, Viola menatap ayahnya yang barusan masih hidup dengan baik dan kini sudah terbujur kaku. Kemudian dalam sekejap, tatapan itu berubah menjadi penuh kebencian dan dendam yang tertuju ke arah Afkar.Namun kali ini, meski mulutnya sempat terbuka, Viola menahan semua kata yang hendak diucapkannya. Sebab, dia ... takut mati.Untuk pertama kalinya, selain rasa benci mendalam yang Viola miliki terhadap Afkar, dia tiba-tiba merasa momen ini justru membuatnya jauh lebih ketakutan."Ka ... kamu bunuh Renhad! Afkar, kamu suruh orang membunuh pamanmu sendiri!" seru Erlin dengan wajah pucat ketakutan sambil menunjuk Afkar.Namun, Afkar malah menjawab dengan tenang, "Aku nggak melakukan apa-apa kok, cuma meramal dari wajahnya saja. Yang bunuh dia itu Organisasi NC. Apa hubungannya denganku? Bukan cuma dia. Nanti kalau semua orang di Keluarga Safira mati di tangan Organisasi NC, itu juga bukan salahku, 'kan?"Usai berbicara, Afkar melirik ke arah Kelam sambil
Dengan ekspresi muram, Erlin berbicara dengan nada dingin, "Memangnya apa yang aku katakan salah? Buatmu ini cuma masalah sepele yang bisa diselesaikan dengan satu kalimat, tapi kamu malah minta semua saham yang ada di tanganku sebagai imbalan!""Afkar, jangan terlalu serakah jadi orang! Setengah dari saham itu bisa kuberikan padamu. Itu sudah batas maksimal yang bisa kuterima sekarang!" lanjut Erlin.Mendengar ucapan ini, mata Afkar langsung sedikit menyipit. Kata-kata itu membuat ekspresi Gauri dan Harun yang berada di samping juga langsung berubah. Mereka jelas-jelas terlihat marah.Gauri menatap sinis ke arah Erlin, lalu membentak, "Tua Bangka, kamu masih tahu malu nggak sih? Afkar bisa menyelesaikan semuanya cuma dengan satu kalimat, itu karena dia memang mampu!"Saat itu juga, Renhad tiba-tiba memutar bola matanya. Dia ikut melangkah ke depan, lalu memasang ekspresi marah dan berkata pada Gauri dengan nada menuduh, "Kak Gauri, jangan bicara seenaknya. Kalau memang masalah ini beg
Sudah ... selesai begitu saja? Ketua Umum Organisasi NC yang barusan terlihat garang dan seperti hendak melenyapkan seluruh Keluarga Safira, sekarang tiba-tiba berubah menjadi penurut di depan Afkar bak seekor anjing yang jinak?Situasi genting yang bahkan nyawa banyak orang pun tidak cukup untuk membalikkan keadaan, kini langsung beres semua ... hanya karena satu kalimat dari Afkar?Erlin sontak tertegun. Ekspresi kehilangan akal dan histeris yang tadi masih terpampang di wajahnya, kini sudah membeku.Tadinya, Erlin sudah siap untuk mati bersama Afkar. Bahkan, sikapnya tadi seperti orang yang benar-benar kehilangan akal. Dia meluapkan kebencian mendalamnya terhadap Afkar, seperti anjing gila yang menggonggong sekeras-kerasnya sebelum ajal.Namun setelah berteriak cukup lama untuk meluapkan emosinya, ternyata tindakan Erlin ... hanya buang-buang tenaga? Begitu Afkar datang, dia langsung dengan begitu mudahnya menyelesaikan masalah dengan Organisasi NC!Renhad dan Viola juga melongo. Ma
"Hehe, iya. Kebetulan banget ya. Ngapain kalian kemari?" Afkar tersenyum santai, lalu menunjuk ke arah mayat-mayat yang berderet tak jauh dari situ.Kelopak mata Kelam berkedut berkali-kali, wajahnya berubah panik saat bertanya "Ka ... kamu Afkar yang mereka maksud?"Orion yang berdiri agak jauh bahkan tidak berani bernapas terlalu keras. Sejak melihat Afkar, dia dan Kelam benar-benar ketakutan setengah mati.Pemuda ini adalah peserta terhebat di di Turnamen Chartreuse? Dia bahkan mampu mengalahkan pewaris Sekte Langga yang sudah berada di tingkat pembentukan inti tahap menengah!Belum lagi, dalam perjalanan pulang mereka, mereka sempat menyaksikan betapa mengerikannya latar belakang Afkar.Seorang ahli tingkat inti dari Keluarga Pakusa mencoba membunuhnya, tetapi malah dibunuh balik oleh kakek misterius di belakang Afkar hanya dengan satu pukulan.Waktu itu, bukan hanya mereka berdua yang gemetar. Bahkan, Santo Sekte Bulan Hitam sekalipun memperingatkan dengan sungguh-sungguh agar mer
"Ketua Umum saja sudah turun tangan. Dia ahli bela diri top, bisa bunuh seorang master dengan satu pukulan! Aku mau lihat, gimana caramu atasi masalah ini! Sebaiknya kamu mati saja bareng Keluarga Safira!"Begitu ucapan itu dilontarkan dari mulut Erlin, semua orang yang hadir di tempat itu pun tampak panik.Termasuk Haris, Dafa, Lauren, mereka semua merasa punggung mereka seperti diselimuti hawa dingin.Namun, berbeda dengan yang lain, Afkar justru tersenyum menatap Erlin. Senyumannya bukan senyuman biasa, melainkan senyuman penuh makna."Ahli bela diri top? Di mana? Kok aku nggak lihat? Dia ya?" Afkar menoleh dan menunjuk Kelam, suaranya penuh rasa meremehkan.Kemudian, dia beralih menunjuk ke arah Orion dan Guntur yang berjaga agar dia tak bisa kabur. "Atau dia? Atau mungkin dia?"Mendengar Afkar bertanya seperti itu, Erlin dan anggota Keluarga Safira tertegun. Semua orang di sana bisa merasakan arogansi Afkar.Meskipun Erlin sudah mengatakan Kelam bisa memukul mati seorang master de