Mencari Siena"Bram, kamu ini polisi! Kenapa malah membiarkan ada tindak kejahatan didepan matamu sendiri? Ayo kita samperin mereka" Kevin menyadari kalau yang datang ke villa bukanlah Siena, melainkan tamu tak diundang yang secara tidak sopan menyapa pemilik rumah dengan kekerasan "Jangan bertindak bodoh Vin, kita tidak tahu siapa mereka! Dengan maksud apa mendatangi tempat ini" tahan Bram yang melihat Kevin beranjak hendak keluar dari persembunyiannya dalam melakukan pengintaian.Kevin yang hanya orang sipil mempercayai tindakan Bram, ia kembali berjongkok setara dengan Bram. Mungkin ini adalah salah satu bagian dari siasatnya dalam menindak suatu kasus. Tak lama kemudian, dengan brutal laki-laki bertubuh besar dan tinggi itu berhasil membuka pintu pagar besi yang tergembok. Ketiga orang itu masuk ke dalam, Kevin dan Bram tak mampu melihat lagi apa yang dilakukannya di dalam villa dengan satu penjaga yang sudah udzur."Di sana ada Pak Tono, kalau dia sampai melukai bahkan jika gela
Dilema“Bisakah Bapak menghubungi Om Aji atau Siena tentang kejadian ini? agar mereka bisa segera kembali, saya juga ada perlu penting dengan mereka” Kevin yang tak tega melihat keadaan penjaga villa yang mengalami luka dalam, memberikan ide untuk menghubungi majikannya tentang keadaan dirinya dan villa yang sebagian perabotannya telah dirusak sekelompok orang yang tak dikenal.“Saya tidak tahu nomor telepon Tuan Aji, biasa jika hendak kemari, beliau yang menelepon memberitahukan akan menginap” jawab Pak Tono yang memang tak berani menghubungi majikannya terlebih dahulu“Apa Bapak menjaga di villa ini sendirian?” tanya Bram seraya melempar pandangan ke sekitar ruangan“Jika Tuan atau Non Siena disini, ada asisten wanita dua orang yang membantu di sini. Berhubung Tuan dan Non sudah pergi maka dua para asisten ikut bersamanya” jelasnyaDari ucapan Pak Tono, Bram bisa menarik kesimpulan bahwa ia menjaga sendirian di villa, tanpa ada orang lain yang menemani. Bahkan saat ketiga orang itu m
Kepulangan Yang Tak Sia-sia “Bram, sepertinya aku juga harus pulang hari ini” ucap Kevin yang berhasil membuat hati Bram bertanya-tanya, ada apa gerangan. Setelah mendapat telepon, raut wajah Kevin yang awalnya biasa saja, tiba-tiba berubah dengan cepat tanpa ada angin atau hujan badai.“Kenapa, ada apa Vin? apa ada yang serius?” Bram mencoba memberanikan diri untuk bertanya lebih lanjut “Papa anfal semalam, Mama menghubungiku tidak bisa. Tahu sendiri, di pegunungan susah mendapat sinyal” ucapnya sembari mengetik pesan di ponselnya selagi masih bisa berkirim pesan.Beberapa tahun terakhir Benny Adiwilaga menderita penyakit jantung, dan menjalani pengobatan secara rutin di salah satu Rumah Sakit Internasional di Jakarta. Sering juga melakukan chek up ke Singapura jika bertepatan dengan waktu liburan bersama keluarga. Bram yang telah lama ikut dengan Benny, mengetahui segala permasalahan yang menimpa keluarga miliarder tersebut, dengan sekuat tenaga membantu jika dibutuhkan.“Baiklah,
Aktivitas Yang TertundaMerasa kehilangan jejak mengikuti dua orang yang berpisah berlainan arah setelah keluar dari ruang praktek dokter, Kevin kembali terpusat pada niat semula yang ingin segera mengetahui bagaimana keadaan ayahnya.Hanya dia sendiri yang berada di depan pintu lift. Dengan mendekatkan telapak tangannya pada tanda panah ke atas tanpa sentuh, beberapa detik kemudian pintu besi itu pun terbuka. Kevin masuk ke dalam kotak pengantar expires menuju lantai yang dituju tanpa harus capek menaiki anak tangga agar segera sampai di lantai 3.“Tring” Papan keterangan diatas pintu lift menunjuk angka 3, Kevin melangkahkan kakinya keluar dan berjalan menuju kamar VIP 1. Biasa kamar itu yang selalu diprioritaskan dari pihak rumah sakit untuk keluarga Adiwilaga yang merupakan pendana terbesar saat awal pendirian bangunan dan sampai saat ini Benny Adiwilaga masih menjadi pemilik saham terbesar di Eleanor International Hospital.“Ceklek” Tanpa mengucap salam, Kevin membuka knock pint
Benih Siapa?Sus Imah melihat buruannya berdiri di tengah pintu kamar orang tuanya saat bermain petak umpet, lalu menghampirinya dengan diam-diam.“Hayo, ketangkap..” teriak Sus Imah menangkup, memeluk dari belakang tubuh mungil yang sedang berdiri di tengah pintu kamar majikannya.Ia terheran melihat anak yang diasuhnya tanpa reaksi, matanya justru menatap lurus pada objek yang ada di hadapannya. Sus Imah pun melakukan hal yang sama. “Astaga..” dengan cepat Sus Imah menutup mata bocah lugu, menggendong, dan membawanya menjauh dari orang yang sedang berbuat maksiat di rumahnya sendiri“Kamu kenapa tadi nggak menutup pintunya sih? ceroboh!” ucap Liliana dengan mata melotot pada laki-laki yang masih menindih tubuhnyaSegera menumbangkan tubuh kekar Farel ke kasur, Liliana bangkit dan mengenakan pakaian lagi.“Tuh anak kok pulang sih? kenapa balik lagi! bikin kacau aja” ceracau Farel kesal, aktivitasnya terganggu yang menimbulkan pening di kepalanya akibat gagal tersalurkan“Vania itu a
Tersulut Emosi“Tidak, aku yakin itu anakku” Farel berpegang teguh dengan pendiriannya“Memangnya dia berhubungan denganmu saja?” tanya Kevin semakin memancing emosi FarelFarel membuang apel yang ada pada genggamannya, beranjak dari duduknya, berjalan mendekat ke tempat Kevin duduk.“Apa kamu bilang Vin?” amarah menguasai Farel, wajahnya kini memerah, tangannya mencengkram kerah baju Kevin hingga tanpa sadar memanggil kakaknya dengan namanya saja“Farel, yang sopan kamu! sudah salah, bukannya minta maaf, malah semakin kurang ajar, akh..” teriak Benny memihak pada Kevin, hingga membuat tangannya memegang dada sebelah kirinya yang terasa sakit lagiKevin yang melihat ayahnya meringis menahan sakit, sekuat tenaga melepas dengan paksa cengkeraman adiknya hingga terpental menjauh.“Papa, “ ucap Kevin sambil menekan tombol untuk memanggil dokter“Maaf, silahkan semuanya keluar dari ruangan! dokter akan segera melakukan pemeriksaan” ucap Suster yang tak lama datang setelah mendengar ada pan
Pesan AyahAncaman Liliana yang akan membawanya ke jalur hukum untuk mempermudah perceraian dan permohonan hak gono gini tak membuat gentar Kevin. Justru semakin menambah kekesalannya pada wanita yang kini telah meninggalkan rumah. Kevin merasa senang dengan kepergian Liliana yang mendadak dan tanpa rencana itu, membuatnya lebih tenang tanpanya.“Mama.. “ teriakan Vania yang memanggil ibunya menggugah pikiran Kevin yang sedang melamunkan peristiwa barusan.Segera Kevin menghampiri anaknya yang berlari sambil menangis melihat ibunya pergi menaiki mobil meninggalkannya. Meski dengan kecerdasannya atau sekedar merasakan adanya ketidakberesan hubungan antara ibu dan ayahnya, ia tetaplah anak kecil yang dapat merengek kapan saja. Seperti sekarang ini yang melihat kepergian ibunya setelah pertengkaran yang terjadi di kamar tertutup namun suaranya terdengar hingga keluar ruangan.“Huaaaaa… “ Vania terus saja menangis, matanya terus menatap ke arah pintu, meski dalam pelukan Kevin“Sayang, bi
Pintu Gerbang Neraka Siena mematuhi perintah ayahnya untuk tetap tinggal di rumah yang saat ini menjadi tempat persembunyiannya . Tubuhnya terasa lemah, terkadang dehidrasi pun melanda akibat muntah, dan nyidam yang menjadikan tak semua makanan bisa diterima oleh perutnya.Penyelasan memang tak pernah datang di awal, anjuran, nasehat, tak kurang-kurang diberikan oleh ayahnya untuk menjauhi laki-laki tak bertanggung jawab itu. Namun malah sebaliknya, cinta telah membutakan hati dan pikirannya. Kumbang selalu mendekati bunga yang indah untuk menghisap madunya. Setelah bunga itu layu dengan mudahnya meninggalkan, lalu berpindah mencari bunga segar yang lain. Begitu juga dengan laki-laki, melihat istrinya tak elok lagi, di luar mencari wanita muda untuk melepaskan hasratnya. Dengan segala bujuk rayu, ucapan manis, janji semunya mampu memikat hati wanita yang sedang dilanda asmara.Begitu pun dengan Siena, kini ia menyadari kesalahannya. Mempercayai janji manis David yang akan meninggalk