Home / Romansa / Bayang Cinta sang Tuan / Kamu akan menyesal!

Share

Kamu akan menyesal!

Author: Chiavieth
last update Last Updated: 2025-05-25 11:58:13

“Kamu akan menyesal mengusirku, Nicho…” Jenya menghapus air matanya saat berbalik dan keluar dari rumah sakit itu. Sungguh, dirinya merasa terluka, dia bingung kemana akan lari setelahnya. Jenya menarik nafas panjang, lalu menaikkan masker dan kacamatanya.

Sebelum dia melanjutkan langkahnya, seorang pria jangkung tiba-tiba menyapa. “Jenya, ini benar kamu kan? Masih ingat denganku?”

Jenya merasa akrab dengan pria itu, namun dia tidak ingat pernah bertemu dengannya dimana. Keningnya mengernyit berpikir. “Tunggu! Kalau nggak salah namamu, Richard kan?”

Pria itu tersenyum sambil menjentikkan jarinya, “Correct, kukira kamu nggak ingat lagi.” Dia memperhatikan situasi sekitar Jenya yang sedang sendirian. “Kamu mau kemana?”

“Mmm, cuma jalan-jalan, kebetulan pikiranku sedang suntuk. Kamu ada waktu?”

Pria itu melihat jamnya, dia merasa Jenya perlu teman mengobrol. “Ya, mungkin aku luang sampai sore nanti. Dan, belakangan ini aku lihat berita tentangmu, apa kamu butuh bantuan?”

Pria ini terl
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Bayang Cinta sang Tuan    Mau apa kalian?

    (Miss Anne, bibi murfy bilang dia akan datang berkunjung minggu ini, bersama dengan asistennya. Saat ini mereka sudah hampir sampai. Jadi, kamu harus tetap berada di tempat.) Anne menghentikan langkahnya saat tiba-tiba mendapat pesan baru dari asisten sekaligus temannya Nadine. Bibi murfy…Setelah terdiam beberapa detik dia akhirnya mengirim balasan pesan. (Baiklah, aku akan menunggu.)Saat ini Anne keluar dari rumahnya untuk dan berjalan masuk ke mobil. Namun sepasang mata tengah mengintipnya Diam-diam. Melihat dia akan pergi, orang itu menyeringai. “Aku tidak akan membiarkanmu hidup tenang, Anne.”Ditengah jalan, kebetulan saat lampu merah pandangan Anne tertuju pada seorang pengamen kecil yang sedang menuju ke arahnya. Matanya memancarkan kesedihan, membuat Anne merasa iba, jadi dia memberikan selembar uang kertas padanya.“Maaf Tante, aku boleh minta tolong?” Anne tak mengira pengamen kecil itu tidak langsung pergi. “Ada apa?” tanya Anne dengan penuh kelembutan. Anak itu meli

  • Bayang Cinta sang Tuan    Kamu akan menyesal!

    “Kamu akan menyesal mengusirku, Nicho…” Jenya menghapus air matanya saat berbalik dan keluar dari rumah sakit itu. Sungguh, dirinya merasa terluka, dia bingung kemana akan lari setelahnya. Jenya menarik nafas panjang, lalu menaikkan masker dan kacamatanya.Sebelum dia melanjutkan langkahnya, seorang pria jangkung tiba-tiba menyapa. “Jenya, ini benar kamu kan? Masih ingat denganku?” Jenya merasa akrab dengan pria itu, namun dia tidak ingat pernah bertemu dengannya dimana. Keningnya mengernyit berpikir. “Tunggu! Kalau nggak salah namamu, Richard kan?”Pria itu tersenyum sambil menjentikkan jarinya, “Correct, kukira kamu nggak ingat lagi.” Dia memperhatikan situasi sekitar Jenya yang sedang sendirian. “Kamu mau kemana?”“Mmm, cuma jalan-jalan, kebetulan pikiranku sedang suntuk. Kamu ada waktu?” Pria itu melihat jamnya, dia merasa Jenya perlu teman mengobrol. “Ya, mungkin aku luang sampai sore nanti. Dan, belakangan ini aku lihat berita tentangmu, apa kamu butuh bantuan?”Pria ini terl

  • Bayang Cinta sang Tuan    Khilaf

    “Tentang apa? Kabar yang beredar di TV? Jadi kamu percaya dengan berita itu? Mereka cuma nggak suka lihat kehidupan kita.” Nicho mendengus, “Jelas-jelas video kalian sudah terpampang disana, kamu masih mau mengelak?”“Soal ini, aku bisa jelaskan. Belakangan aku memang sempat berselisih paham dengan seorang wartawan. Dia mengikutiku diam-diam, dan mengambil video saat kami akan rapat di hotel Frandseans—”“Sudah cukup bicaranya! Kamu kira aku buta? Kalian terlihat seperti pasangan kekasih di video, dan kamu anggap aku apa?”Jenya terdiam dan menatap wajah suaminya dalam-dalam. “Kamu… benar-benar nggak percaya aku lagi? Besok aku akan tuntut wartawan dan stasiun Tv yang berani mempublish berita itu.” Dia mengalihkan pandangannya, “Kukira pulang kerumah bisa dapat solusi agar aku keluar dari masalah. Jangankan itu, suami sendiri bahkan nggak kasihan melihatku ditimpa masalah ini.” Setelah berbicara, Jenya berniat pergi. "Anakku bukan orang bodoh! Bertahun dia menyimpan sakit hatinya se

  • Bayang Cinta sang Tuan    memangnya aku peduli ?

    “Kalian berdua, awas ya, aku akan kadukan ini pada mamiku.” Leon berujar sambil menatap mereka dengan sorot tajam. Joshua tidak acuh, lalu menarik Jessica agar meninggalkan tempat itu. Namun, baru saja berbalik, Leon melayangkan tinjunya pada Joshua kala mereka lengah. “Rasakan itu!” Semua teman di sekitar mereka langsung histeris melihat tubuh Joshua yang terjerembab ke lantai.“Leon, bukankah kamu sudah keterlaluan?” Jessica bertindak membela saudara kembarnya dan membantunya kembali berdiri.“Hhh, sudah kubilang kan, kalian jangan macam-macam denganku. Dasar anak yang nggak punya ayah! Kurasa, mommy kalian seorang p*lacvr.”Apa itu? Joshua dan Jessica saling pandang, IQ mereka memang tinggi, tapi bocah seperti mereka mana tahu dengan istilah yang Leon katakan barusan. Sedangkan beberapa temannya yang lain tampak berbisik-bisik menyorot anak kembar itu. Joshua tidak pernah menganggu orang, tapi jika dia di bully seperti itu, dia tidak tinggal diam. Apalagi Leon terus-terusan men

  • Bayang Cinta sang Tuan    Kenapa kak Nicho bisa disini?

    "Kak Nicho? Kenapa kamu bisa—” ucapannya terputus saat pria itu melemparkan sebuah syal rajut pada wanita yang pakaiannya compang-camping dan bahkan tanpa hijab yang menutupi kepalanya.“Diamlah, segera pakai itu. Kamu rela auratmu dilihat orang lain?” Anne tak menepis kata-kata pria itu dan melakukan apa yang di katakannya, hingga rambutnya kini tak terlihat lagi. “Makasih banyak, kalau bukan kamu aku nggak tahu gimana nasibku nanti.”“Ini hanya suruhan mama, jadi kamu jangan berpikir yang nggak-nggak. Lagian kamu nggak usah banyak omong deh, aku juga nggak bakalan tersanjung dengan kata-katamu.”“Aku berterima kasih serius, bukan untuk memuji atau menyanjung orang lain. Tapi, aku heran kenapa kamu bisa sampai kesini? Padahal tempatnya kan terpencil.” “Apa itu penting? Cukup diam saja di kursimu jangan banyak omong!”Menerima bentakan itu Anne mendengus.“Sombong sekali! Kamu kira aku bicara padamu karena punya maksud lain? Jelas nggak lah ya. Aku ini udah punya suami…” “Suami man

  • Bayang Cinta sang Tuan    Aku harus tau dimana mereka

    Pukul 06.00 pagi, silau matahari membuat Anne mengernyit dan membuka mata dengan paksa, namun ruangan yang ditempeli banyak poster atletik dan binaragawan membuatnya heran. “Aku,,, dimana?”Melihat kondisi tangan dan kakinya yang sedang terikat di atas tempat tidur, Anne terus meronta mencoba melepaskan ikatan itu, namun kagaduhan yang dia sebabkan membuat seseorang membuka pintu dan muncul dengan tawa seringai. ‘Raffaelle? Bukannya dia…’ Sayangnya, dia tak bisa m3mak1 atau bahkan memarahi pria itu karena saat ini mulutnya masih disumpal dengan selotip hitam tebal. Pria itu berjalan mendekat, membuat jantung Anne berdetak keras sekaligus panik bercampur trauma. Apalagi tanpa diduga dia menarik paksa penutup mulut Anne hingga meninggalkan rasa sakit.“Apa-apaan kamu?” Anne akhirnya bisa menegur pria itu dengan sesuka hati meski posisinya belum bisa bergeser dari sana. "Memangnya kamu bisa apa? Sendirian di kamar usang, apa kamu masih berani melawan? Suamimu bahkan juga nggak peduli

  • Bayang Cinta sang Tuan    Anne tak sadarkan diri

    Uhukk! Uhukk! Kekagetan itu membuat Anne tak bisa menahan untuk langsung bertanya. “Bibi, bukannya tadi cuma–” Wanita itu terkekeh. “Anne, apa kamu merasa Mardian kurang tampan dan berjiwa dingin?"Melihat Anne menggeleng sungkan, Audiya kembali bicara. "Kalau aku masih muda pasti akan langsung memilih Mardian. Kamu mungkin nggak tahu kalau sebenarnya putraku itu sangat berkualitas untuk wanita sepertimu.”Anne meringis, lalu melihat sekilas pada pria yang sedang dipromosikan padanya dan mendengar Audiya menyambung kata-katanya. “Mardian punya dua adik laki-laki yang sedang bekerja di luar negeri, satu-satunya orang yang menemaniku di rumah hanya dia.”Merasa sedang dibicarakan, Mardian ikut bergabung dengan ibu dan Anne untuk menyela pembicaraan mereka. “Kalian membicarakanku? Pantas aja kuping ku panas.” Dia lalu melihat pada Anne dan mulai mengutarakan sesuatu. “Oh ya, aku lupa kasih tahu sesuatu. Setelah acara ini mungkin kita akan jarang bertemu, apalagi aktivitasku diluar cuku

  • Bayang Cinta sang Tuan    Yakin?

    “What? Kamu serius Ann?” Nadine memekik keras saking dirinya kaget.“Suaramu jangan terlalu keras, aku nggak mau mereka dengar dan malah banyak tanya.”Nadine langsung mengatup rapat bibirnya, lalu melihat telunjuk yang mengarah pada bocah kembar yang bermulut bijak itu, kemudian dia berbicara dengan suara pelan. “Lalu responmu apa?”“Mana mungkin aku mau…”“Kenapa kamu menolaknya?” “Hei, kamu masih waras kan? Aku nggak mau jadi perusak rumah tangga orang yang sudah punya anak dan istri. Lagian, soal pernikahan harus di dasari dengan perasaan kan? Sedangkan aku nggak punya rasa apapun lagi sama Nicho.” Nadine menarik nafas dalam-dalam, "Nyonya Kyra sebenarnya orang baik.”"Yah, tapi bukan berarti aku tolak permintaannya mentah-mentah. Aku kasih alasan yang masuk akal dan bilang kalau aku udah punya tunangan dan akan menikah dalam waktu dekat ini.” Ckckck… “Alasanmu luar biasa. Kamu ini single parents Ann, siapa yang percaya dengan kata-katamu barusan? Kamu kira bisa bebas begitu sa

  • Bayang Cinta sang Tuan    Balik lagi ke Nicho gih!

    Teka-teki lagi? di ruangan itu semua orang dibuat penasaran. Pasalnya, Kyra pasti akan mengajukan hal yang aneh-aneh setiap dia ulang tahun. Tapi Anne tampak tenang dan melanjutkan makannya tanpa berpikir hal lain. “Apaan sih ma? Jangan bikin kami penasaran dong!” desak Nicho yang tak ingin penasaran lebih lama lagi.Kyra melirik semua orang di meja makan secara bergantian, lalu mendehem ketika memulai bicara. “Nicho, kamu pasti tahu sekarang mama nggak muda kayak dulu lagi kan? Siapa tahu aja di umur 56 tahun ini mama tiba-tiba pergi untuk selamanya.”Sontak Damian memukul meja. “Apa yang sedang kamu katakan? Kita ini jelas seumur, jangan bikin orang ketakutan. Lagian kita juga nggak tahu kapan ajal kita.” Mendengar teguran suaminya Kyra tersenyum datar. “Memang benar, tapi bukankah di umur segini kita mesti banyak-banyak beramal kan?” Pandangannya beralih pada Anne yang masih terbengong di depan meja. “Anne, mama akan serahkan villa di kota Barat daya padamu.”“Apa?” Ternyata Jeny

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status