Bayang Cinta sang Tuan

Bayang Cinta sang Tuan

last updateLast Updated : 2025-05-22
By:  Chiavieth Updated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
29Chapters
12views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Anne tak menyangak jika saat paling genting di hidupnya, seorang pria bernama Raffaelle mendadak muncul dan membantunya dengan sukarela. Namun siapa sangka, bantuan itu tak sesederhana yang ia kira? Seiapa Raffaelle sebenarnya? Dan apa yang pria iitu inginkan dari Anne?

View More

Chapter 1

Chapter 1

“Itu bukan urusanku, kalian punya hak apa memintaku untuk melunasi hutang-hutangnya!”

“Huh! Kamu pikir bisa menghindar dari kami, tandatangani surat ini dan segera angkat kaki dari rumah ini! Jangan paksa kami berbuat lebih kasar lagi!”

bentak pria bertubuh gempal itu dengan tidak sabaran.

Felicia diam tidak bergeming, tangannya meraba-raba dokumen yang sempat di lemparkan orang itu padanya. Meskipun berhasil menemukannya, bagaimana caranya menandatangani? Sementara kedua matanya tidak dapat melihat.

Felicia sangat resah, berkali-kali dia memasang pendengaran menunggu Anne, putri tunggalnya datang. Bisa-bisanya orang-orang ini datang untuk menagih hutang suaminya yang pergi puluhan tahun lalu dan tidak pernah pulang.

“Hei! Tunggu apa lagi, kami lelah jika harus menunggu, cepat tanda-tangan jika ingin keluargamu aman.” tangan Felicia bergetar memegang pulpen, dia bingung entah dimana dia akan membubuhkan cap tangannya sekarang.

“Ibu…” Sungguh Felicia merasa beruntung. Akhirnya Anne yang dia tunggu muncul juga.

“Ada apa ini?” Gadis cantik berusia 19 tahun itu memandang heran orang-orang berpakaian preman yang berdiri dengan sorot mata tajam di depan teras rumahnya. “Ibu…”

“Mereka…” baru ingin menjawab, ucapan Felicia dipotong oleh salah seorang preman tadi.

“Kami datang sesuai arahan ayahmu untuk mengambil rumah ini dan membayar semua hutangnya.”

“Hutang? Ayah?” Anne mengernyit, dia melihat Felicia dengan bingung. “Tapi kami tidak tahu apa-apa tentang ini, dan anda bilang ayahku? Selama ini aku tidak merasa punya ayah, apalagi melihat sosoknya.”

Perkataan Anne di respon dengan seringai oleh para preman itu. “Aku tak peduli! Ayahmu sudah mengatakan ini dan sekarang, kalian harus angkat kaki dari rumah ini!”

Bentakan kasar itu membuat seorang tetangga yang baru tinggal di sebelah rumahnya tiba-tiba muncul, lalu mendatangi kediaman Anne dan ibunya. “Maaf, bukan maksud ikut campur, sebenarnya ada masalah apa ini?”

“Kak Raffaele…” Anne sungguh malu dengan situasinya sekarang.

“Anne, kamu tak apa?”

“Siapa kamu? Berani datang dan ikut campur kemari, mau jadi pahlawan?” gertak pria itu dengan kasar.

Raffaelle ingin melawan, namun Anne menahan dari belakang seolah memberi kode agar Raffaele tak meladeni orang-orang itu.

Anne takut preman-preman itu akan mengeroyok mereka. “Kak Raff. Maaf, kau datang kemari pada saat situasi kami sedang tidak baik, aku sendiri tidak tahu siapa mereka, tiba-tiba saja mereka...”

“Hei, ini bukan waktunya memperlihatkan sandiwaramu yang tak berguna itu!” Lagi-lagi preman itu berteriak dengan beringas.

“Kenapa kalian menindas seorang gadis? Apa kalian banci?”

Anne melihat Raffaele dengan ragu, sedangkan pria bertubuh kekar itu menyeringai, kemudian mendekati Raffaele.

“Nyalimu boleh juga, tapi apa boleh buat, kami sudah terlanjur menyita rumah ini, dan kau harus bawa mereka meninggalkan kediaman ini sekarang juga.” Pria bertato di lengan kirinya itu menyenggol lengan Raffaele dengan kasar sebelum mengajak gerombolan teman-temannya menerobos masuk ke rumah itu dengan paksa.

“Hentikan!” semua orang diruangan itu terfokus pada sosok Raffaele.

“Hei! Kau tidak punya urusan dengan kami, lebih baik kau pergi saja. Kami hanya mau menagih hutang?”

“Hutang? Sebutkan nominalnya.”

“Kak Raff…” Seakan tahu maksud pria itu, Anne menggeleng pelan.

“Kau tidak sedang bercanda kan?” Pimpinan preman itu menaikkan sebelah alisnya, memastikan ucapan Raffaele. Kemudian pria beringas itu mengetuk layar ponsel dan memperlihatkan sesuatu yang terpapar di layar pipih itu pada Raffaele

“400 ratus juta?”

Anne membelalak mendengar jumlah yang menurutnya tidak sedikit. Itu sama sekali tidak sebanding dengan uang tabungannya selama setahun ini. Sedangkan dirinya baru mengetahui kalau ayahnya ternyata punya hutang sebanyak itu.

“Bagaimana? Jika sanggup, cepat keluarkan uangnya sekarang!”

Ini gawat! Bagaimana cara Anne membayarnya sekarang? Preman itu sudah menagih dengan paksa.

“Berikan nomor rekeningnya.”

“Kak Raff…” Sungguh, Anne tak menyangka pria itu berani menanggung resiko demi menyelamatkannya, sementara Anne sendiri belum terlalu akrab dengan tetangganya tersebut.

Tak peduli seberapa paniknya Anne, namun pria itu meresponnya dengan senyum sambil mengotak-atik ponselnya. “Selesai…”

Gerombolan preman itu terkejut, belum lima menit berjalan suara notifikasi sudah berbunyi. “Kenapa kalian belum pergi juga? Bukankah saldonya sudah kukirim?”

Pria dengan bekas luka sobekan diwajahnya itu sempat gelagapan memeriksa bukti transaksinya untuk memastikan.

Sedangkan Raffaele yang ternyata sudah membaca judul besar pada map coklat yang dipegang Felicia, segera mengambil dokumen tersebut dan merobeknya di hadapan para pria kekar itu. “Ini sudah tak di perlukan lagi, semuanya sudah selesai kan?”

Pimpinan preman itu menyeringai, lalu mengajak kawannya pergi dari sana.

Anne bernafas lega melihat punggung-punggung mereka yang mulai menjauh. Kemudian langsung memeluk erat ibunya. “Tenanglah ibu, semua sudah berlalu, kita tidak akan beranjak sedikitpun dari sini.”

Air mata haru keluar begitu saja, Felicia menolehkan wajahnya ke arah lain sambil meraba-raba. “Anne, kita sudah berhutang budi pada orang lain, bagaimana cara kita membalasnya?”

Anne dia sudah merepotkan tetangganya. “Maaf kak Raff, kami sudah membawamu masuk ke dalam masalah kami. Tapi, sebenarnya kami sama sekali tidak tahu soal hutang itu…”

Felicia ikut masuk dalam suasana hati putrinya. Sungkan, malu semuanya bercampur aduk.

Melihat reaksi yang berlebihan ibu dan anak itu, Raffaele memberi kode, menggelengkan kepala agar gadis itu tak meneruskan ucapannya. “Tak apa, aku hanya menganggap kamu dan ibu sebagai bagian dari keluargaku.”

“Masuklah, Anne akan menyeduhkan teh hangat di dalam.”

Mendengar tawaran ibunya pada Raffaele, membuat Anne agak sungkan. Bagaimana pun, dia cukup malu membawa seorang pria masuk ke rumah mereka. Tapi, suara Felicia kembali terdengar. “Anne, cepat layani tamu kita!”

Anne tak bisa menolak lagi, di tambah pula dengan kesediaan Raffaele yang setuju saja dengan ajakan itu hingga menyusul mengikuti Anne masuk ke ruang tamu. “Maaf jika aku sudah merepotkanmu dan ibumu…”

“Tidak.” Felicia ternyata mendengar suara Raffaele padahal bicaranya sangat lambat.

Wanita paruh baya itu berjalan dengan tongkat kayu penunjuk arah jalannya. Kemudian duduk begitu mencapai kursi sofa tua.

“Kami minta maaf karena sudah merepotkanmu, jika bukan kau merah bagaimana nasib kami sekarang, terima kasih atas bantuannya tadi. Nak Raffaele.”

“Sudahlah ibu tidak perlu sungkan…” balas Raffaele.

Pandangannya beralih pada gadis cantik berkulit kuning langsat dan stelan berhijab yang muncul dengan nampan dan meletakkannya di meja. “Silakan kak Raff, di rumah hanya ada cemilan kecil ini. Dan, tentang tadi, aku punya sedikit tabungan dan akan membayar angsurannya.”

Mendengar itu Raffaele tersenyum sungkan. “Tak perlu, simpan saja uangnya. Anggap saja kita adalah keluarga. Melihat ibu kamu, aku jadi ingat diriku yang tak punya ibu.” ekpresi Raffaele berubah sendu.

Anne tak berani bertanya ia daripada membuat pria itu semakin sedih. Dia melihat wajah ibunya yang teduh dan masih ingat bagaimana dirinya selama ini hidup dan tinggal berdua.

“Oh ya, Anne. Kamu tak penasaran dengan ibuku?” ujar Raffaele memecah keheningan.

Anne merasa lidahnya kelu.

Raffaelle menyesap minumannya sedikit, lalu berbicara. “Sejak kecil aku hanya tinggal dengan ayah, aku di didik keras agar menjadi yang dia inginkan.”

Anne manggut-manggut, “Mungkin beliau tak ingin kamu di tindas orang lain.”

“Tapi aku lebih berpikir kalau ayahku itu orang yang egois, jika bukan ulahnya, ibuku takkan sakit-sakitan hingga dia meninggal, bahkan adik perempuanku yang masih bayi juga harus menyusul ibuku pergi.”

Anne terdiam saat mendengar kisah pendek masa lalu Raffaele yang kelam.

“Kami turut berduka.” Felicia saat itu langsung berdiri mendekati Raffaele dan memeluknya. “Sering-seringlah datang kemari, anggap Anne adikmu, dan aku ini ibumu.”

Wanita paruh baya itu menepuk-nepuk punggung Raffaele secara berulang.

“Terima kasih Bu.”

Mereka mengobrol tanpa tahu waktu. Bahkan Raffaele sampai membantunya memasak makan malam dan makan bersama saat hari sudah mulai gelap.

Hingga cahaya bulan muncul barulah Raffaele pamit pulang dan Anne mengantarkannya sampai ke pintu. Felicia juga menyusul dan berbicara.

“Sering-seringlah kemari dan mencicipi masakan Anne.”

"Ibu..." Wajah Anne langsung bersemu merah menahan malu.

"Loh, kenapa? Lagipula ibu lihat Raffaele juga menikmati masakanmu."

"Tapi kenapa ibu..."

Raffaelle langsung memotong ucapan Anne. "Ibu benar, mungkin kedepannya aku akan datang lebih sering lagi untuk makan. Kau tidak keberatan kan?"

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

No Comments
29 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status