Share

Munculnya Kekuatan Baru

Penulis: Bibiefenimmm
last update Terakhir Diperbarui: 2024-09-27 20:04:37

Ketika langkah kaki di luar semakin dekat, Kai bersiul pelan, matanya bersinar licik. Zane mengarahkan pandangannya ke pintu yang terbuka, tapi sebelum siapa pun masuk, Kai bergumam pelan, “Kau akan suka ideku yang satu ini, percayalah.”

Reed muncul dari balik pintu, menghentikan percakapan mereka. Dia tampak agak ragu, seperti menilai situasi sebelum berbicara.

"Tuan, ada laporan penting yang perlu segera Anda lihat," kata Reed dengan sikap tegas, matanya sesekali melirik ke arah Kai, yang masih tampak begitu santai seolah tidak terjadi apa-apa.

Zane berdiri, wajahnya berubah dingin dan serius dalam sekejap. "Lagi? Apa lagi sekarang?" suaranya terdengar penuh kejengkelan. Ia lalu menatap Kai sejenak sebelum memberi tanda kepada Reed untuk keluar lagi.

Kai, yang duduk bersandar di sudut ruangan dengan senyum setengah mengejek, tiba-tiba menyela.

"Tentu saja, lagi. Tampaknya selalu ada 'sesuatu yang aneh' terjadi setiap kali kau mencoba mandi, Zane," katanya dengan nada bercanda, meskipun ia tahu suasana sedang tegang. "Mungkin alam semesta sedang mempermainkanmu."

Kai, yang menyadari bahwa suasana menjadi lebih formal, bangkit dari kursinya, melipat kedua lengannya sambil tersenyum lebar. “Sepertinya tugas menunggu, eh, Zane? Kau benar-benar tipe orang yang sibuk sekarang.”

Zane tidak merespons ejekan itu, hanya menatap Kai dengan sorot mata penuh tanya. "Pergilah ke neraka sekarang juga. Jangan main-main denganku."

Kai terkekeh pelan, mendekatkan diri ke Zane, dan menepuk pundaknya dengan lembut. "Aku serius kali ini, Zane. Bagaimana kalau kau membuat mereka berpikir kau jatuh cinta dengan orang lain? Seseorang yang tak mungkin mereka abaikan… atau mungkin bahkan seseorang yang tak bisa mereka sentuh?"

Zane menegang sejenak, memandang Kai dengan tajam. “Apa maksudmu?”

Sebelum Kai sempat menjelaskan lebih jauh, pintu terbuka lagi dengan tiba-tiba. Kali ini, Reed datang membawa seorang pria berpakaian dokter muncul di ambang pintu. Dia adalah seorang peneliti junior yang baru beberapa tahun bertugas di pangkalan militer.

“Tuan, ada petugas yang ingin bicara dengan Anda tentang sesuatu yang penting.”

Kai menarik diri, senyumnya semakin lebar. “Nah, kurasa ini waktunya aku pergi. Tapi pikirkan idenya, Zane. Mungkin saja jawabannya ada di depanmu sekarang.”

Dengan itu, Kai menepuk pundaknya dan melangkah keluar. Meninggalkan Zane bersama ketiga orang itu.

Dokter pria itu datang dengan langkah cepat. Tertulis di seragam putih nya 'dr. Caelan Rowe'. Ia berpenampilan rapi serta membawa pulpen dan clipboard ditangannya.

“Jenderal Thorn,” katanya dengan suara bergetar. “Saya perlu memberitahukan sesuatu yang mendesak. Baru saja, tim patroli menemukan seorang gadis terluka parah tak jauh dari pangkalan."

Zane menatapnya tajam, menuntut penjelasan lebih lanjut. "Apa kau tidak bisa memberi laporan yang lebih baik? Dari mana gadis itu berasal?"

dr. Caelan terdiam sejenak, mencoba merangkai kata-kata. "Kami tidak tahu, Pak. Tapi yang kami tahu adalah dia mengenakan seragam militer, tetapi sangat berbeda dari yang biasa kami lihat. Pakaian itu tampaknya dirancang untuk bertahan dalam kondisi ekstrem."

"Jadi, kau tidak bisa memastikan apakah dia prajurit atau bukan?" Zane mendesak, suaranya meningkat.

Bawahannya menggelengkan kepala, tampak semakin tertekan. "Tidak, Pak. Namun, setelah meneliti, saya rasa... dia tidak normal. Kalimat-kalimat yang dia ucapkan sebelum pingsan tidak dapat kami mengerti."

Zane menjadi marah. "Apa maksudmu dengan 'tidak normal'?" Dia tidak suka dengan ketidakpastian.

Peneliti junior itu menghela napas, mencari kata-kata. “Eh.. Kami telah memeriksanya, dan… jujur, kami tidak yakin. Ada sesuatu yang aneh. Kami mendeteksi—" Dia mulai menggunakan istilah-istilah teknis yang membuat Zane bingung.

Zane mendengus, melipat tangannya di depan dada. “Aku seorang prajurit, Junior. Bukan ilmuwan. Jelaskan dengan jelas.”

Peneliti itu terdiam sejenak, lalu berkata dengan lebih sederhana, “Gadis itu... sepertinya memiliki kekuatan super.”

Zane terdiam sejenak, memproses informasi tersebut. Pikiran-pikirannya berputar. Kekuatan super? Dalam dunia yang sudah dipenuhi dengan kekacauan dan perang, munculnya seseorang dengan kemampuan luar biasa bisa berarti banyak hal. Namun, rasa ingin tahunya lebih besar dari rasa waspadanya sekarang.

"Siapkan tim medis. Bawa dia ke markas dan lakukan pemeriksaan. Saya ingin tahu siapa dia sebenarnya dan apa yang bisa dia lakukan," perintah Zane dengan ketegasan.

Dr. Caelan mengangguk cepat, merasa lega karena perintah Zane yang tegas mengakhiri ketegangan di ruangan itu. Namun, ketika ia berbalik untuk pergi, langkahnya sedikit tersendat.

Seperti ada sesuatu yang ingin ia katakan lagi, namun ia ragu-ragu. Zane, dengan tatapan tajamnya yang biasa, menangkap kegelisahan itu.

"Apakah ada hal lain, Dr. Rowe?" suara Zane memecah keheningan, dingin namun memerintah.

Caelan berhenti di ambang pintu, berbalik dengan ekspresi gugup yang masih melekat di wajahnya. "Satu hal lagi, Jenderal," ujarnya, suaranya sedikit gemetar.

"Kami menemukan luka di tubuh gadis itu... tapi luka-luka tersebut tampaknya sembuh dengan kecepatan yang tidak biasa. Hampir seperti—"

Zane menatapnya tajam, memotong ucapan yang tidak diperlukan. "Hampir seperti apa?"

Dr. Caelan menelan ludah, merasa semakin berat berada di bawah tatapan Zane. "Hampir seperti dia memiliki kemampuan penyembuhan diri. Luka-lukanya terlihat dalam saat pertama kali ditemukan, tapi beberapa jam kemudian, sebagian besar sudah tertutup."

Zane terdiam sejenak lagi, memproses informasi yang semakin rumit ini. Kekuatan super, penyembuhan cepat, dan seragam misterius. Gadis ini bukan prajurit biasa—mungkin juga bukan manusia biasa. Pikiran-pikiran ini berputar di kepalanya, tetapi ekspresinya tetap tenang.

"Segera siapkan ruang isolasi dan peralatan medis terbaik. Jangan ada yang mendekatinya tanpa izin saya," Zane memerintah dengan suara rendah, penuh kendali.

"Dan pastikan seluruh operasi ini tetap rahasia. Tidak ada informasi yang keluar dari markas, mengerti?"

"Ya, Jenderal," jawab Dr. Caelan dengan cepat sebelum segera meninggalkan ruangan, perasaannya campur aduk antara ketakutan dan rasa penasaran terhadap siapa gadis misterius itu.

Zane memandang ke jendela besar di ruangannya, matanya menerawang menembus pemandangan luas di luar pangkalan. Dunia telah berubah begitu drastis sejak perang pecah, dan kekuatan seperti ini—sesuatu yang luar biasa—hanya bisa berarti satu dari dua hal: ancaman atau peluang.

Seperti biasa, Zane harus berada selangkah di depan.

Di luar, angin malam berembus dingin, membawa aroma tanah yang basah dan keheningan yang tidak biasa. Zane mengambil keputusan.

Zane berhenti sejenak, menatap sekeliling ruangan megahnya yang dingin dan kosong, seperti hatinya yang terbiasa dengan kekerasan. Dunia telah berubah. Kekuatan adalah satu-satunya jalan untuk bertahan hidup di tengah perang ini.

Dia tersenyum tipis, nyaris tidak terlihat.

“Hm... Sepertinya ini akan menarik.”

Saat langkah-langkahnya bergema di koridor panjang, Zane mempersiapkan dirinya. Dia akan mencari tahu segala sesuatu tentang gadis itu.

Tidak ada pilihan lain. Di dunianya, siapa pun yang memiliki kekuatan lebih besar akan selalu menang.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Rencana Selanjutnya : Kabur

    Kai terseret, terpincang-pincang, dengan desahan kesakitan setiap kali Zane menariknya terlalu keras. “Kawan, aku tahu aku brengsek, tapi kau tidak harus membuktikan itu pada setiap langkahku!” Zane mengabaikannya, membanting Kai ke kursi dan membuka kotak pertolongan pertama yang ia bawa. Kotak itu terlihat usang tapi lengkap, isinya rapi—tanda bahwa Zane selalu siap. “Dari mana kau dapat semua itu?” Kai meringis saat Zane mulai memotong kain yang melilit luka di lengannya. Zane tidak langsung menjawab, tangannya tetap mantap saat ia menarik peluru kecil yang bersarang di bahu Kai. Kai menjerit seperti anak kecil, tubuhnya menegang. “Berhenti berteriak. Kau membuat pekerjaanku lebih sulit,” Zane mengomel, tanpa melihat wajah Kai. “Berhenti berteriak?! Ada peluru keluar dari tubuhku, bro! Kau sadar itu sakit, kan?” Zane berhenti sejenak, menatap Kai dengan tajam sebelum melanjutkan pekerjaannya. “Aku belajar menjahit luka sendiri sejak umur sepuluh tahun,” katanya datar.

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Menjadi Pengkhianat Incaran The Dominion

    Zane bersembunyi di ruang penyimpanan senjata di salah satu bagian paling terpencil dari markas The Dominion. Meski jarang menginjakkan kaki di tempat ini, ia memiliki kemampuan luar biasa untuk mengingat setiap lorong dan sudut yang pernah dilaluinya. Di ruangan sempit yang remang-remang itu, bau logam dan pelumas memenuhi udara. Zane menatap tubuh Aldrich yang tergeletak di lantai dingin dengan lubang peluru tepat di jantungnya. Seharusnya pria itu sudah mati—tidak ada yang bisa bertahan setelah tembakan seperti itu. Namun, tugasnya belum selesai. Putri Aldrich, Elara, masih menjadi target berikutnya. Reed berdiri kaku di pintu, tatapannya terfokus pada tubuh Aldrich yang tergeletak di lantai. Ia menarik napas panjang sebelum berbicara, suaranya rendah dan hati-hati. “Tuan,” panggilnya, dengan penuh penghormatan. Reed terlihat gelisah. “Izinkan saya bertanya… apa yang akan selanjutnya Tuan lakukan?” Zane, yang sedang mengisi ulang peluru di pistolnya, melirik sekilas tanpa me

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Ciuman Panas dan Pernikahan Eksekusi

    .... Zane berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya dengan sorot mata penuh kebencian. Setengah berpakaian, tubuhnya masih dibalut celana seragam militer hitam dan kemeja putih yang belum terkancing. Ia merapikan kerahnya, pikirannya jauh melayang pada hari esok yang akan mengubah segalanya. Pernikahan yang dirancang oleh Marcus, ayahnya, adalah perangkap—tali pengikat yang akan membunuh sisa-sisa kebebasannya. Ketukan pelan di pintu menghentikan gerakannya. Sebelum sempat menjawab, pintu terbuka, dan Scarlett melangkah masuk. Mata Zane menyipit, napasnya tercekat. "Scarlett?" gadis yang seharusnya tidak berada di sini, berdiri di ambang pintu. “Apa yang kau lakukan di sini?” Scarlett menatapnya dengan ekspresi sulit diartikan, matanya seperti kobaran api. Rambutnya yang panjang tergerai, berkilau di bawah cahaya redup ruangan. "Aku merindukanmu." katanya. Nadanya manja tetapi mengandung luka. Scarlett lalu menutup pintu di belakangnya. Dia berjalan ke arah Zan

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Zane dan Ruangan Simulasi

    Zane menyeringai, bibirnya melengkung ke atas dengan kepercayaan diri yang mematikan. "Sebenarnya," katanya lembut namun penuh kemenangan. "Kami sudah tahu." Liam terdiam, ekspresinya berubah waspada saat Zane membalikkan badan dengan santai. Dengan gerakan yang mulus, Zane mengenakan kembali jasnya, merapikan lipatannya dengan ketelitian seorang pria yang tak terburu-buru. Langkahnya tegas saat ia mulai berjalan menjauh. "Pastikan orang-orang di sayap medis merawat Kai," katanya ke arah salah satu bawahannya tanpa melihat ke belakang. Liam mengerutkan kening, matanya menyipit penuh kecurigaan. Ia mengepalkan tangan, seolah menahan dorongan untuk menyerang, sebelum akhirnya berteriak, "Aku tahu! Aku tahu kau punya kekuatan supranatural juga. Kau bisa melihat emosi setiap orang, kan? Itu sebabnya kau selalu tahu apa yang kupikirkan!" Zane berhenti di tengah langkahnya. Ia tidak langsung menoleh, hanya berdiri diam beberapa detik, menciptakan ketegangan yang menggantung di

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Tanda Emas

    Liam bersandar pada dinding baja dingin di ruang interogasi pangkalan militer Sektor 7, tato emas di lengannya berpendar samar di bawah cahaya redup. Dengungan halus dari inti energi ruangan itu terdengar seolah merespons kekuatan yang memancar dari tubuhnya. Senyumnya tajam, penuh kesombongan yang membuat Zane mengepalkan tinjunya dengan keras. "Kau tahu," Liam memulai, suaranya licin dan beracun, "ada sesuatu yang istimewa setiap kali membunuh Nyxian. Bukan hanya sensasi pertarungan atau kemenangan, tapi apa yang terjadi setelahnya." Ia merentangkan lengannya, memperlihatkan tato emas rumit yang melingkar di lengannya seperti urat logam cair. "Setiap kali aku membunuh salah satu dari makhluk itu, tanda-tanda ini menyala... dan bertambah." Mata Zane melirik tato-tato itu, yang berpendar samar seperti hidup. Rahangnya mengeras. "Lalu apa? Kau pikir itu membuatmu tak terkalahkan?" Liam terkekeh, tawa dingin penuh ejekan. "Bukan begitu, Jenderal. Itu membuatku lebih kuat. Setiap

  • Bayang Hitam Sang Jenderal Tirani   Hunter of Shadows

    "TAPI AKU TIDAK AKAN MUNDUR..""Tidak sekarang..."Kemudian suara dentuman keras mengguncang tanah dan membuat makhluk-makhluk kabut itu terhuyung... Ketika tank utama, yang dikendarai oleh Zane, Tank 007, dengan bendera hitam berlambang tengkorak dan pedang bersilang yang berkibar di sampingnya. Tank itu menembakkan pelurunya ke arah kumpulan Nyxian yang mendekat.BAMM..!BAMM..!BAMMMM..!Ledakan demi ledakan menghancurkan keheningan, meriam tank berputar perlahan, presisi dan penuh perhitungan. Di dalam kabin, mekanisme meriam terdengar menggeram.Raut wajah Zane menggelap, mata abu-abunya berubah menjadi dingin mematikan. Ia berubah menjadi pemburu. Pemburu mangsa dengan cuaca buruk yang tak terbendung.Setiap gerakan di layar ia pantau dengan ketelitian luar biasa, hingga urat nadinya menonjol, berdenyut seiring dorongan adrenalin yang meningkat. Jemarinya siap menekan tombol tembak, menghitung waktu yang tepat seiring alunan musik tempur yang hanya ia dengar di kepalanya. Ada

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status