Share

Hidup kembali

Riko dan Reno memakamkan ayah dan kakaknya di TPU (Tempat Pemakaman Umum) tak jauh dari rumah. Sekarang hanya tinggal mereka berdua, mau tidak mau mereka harus mencari pekerjaan untuk biaya hidup sehari-hari. Riko dan Reno terpaksa putus kuliah. Menyesal, mengapa tidak sejak lama mereka bekerja sambilan, meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Setidaknya, Riko dan Reno tidak akan kesulitan seperti sekarang.

"Bapak, Kak Rama, istirahat yang tenang di sana. Jangan khawatirkan aku sama Reno, kami sudah besar, bisa jaga diri." Riko menaburkan bunga-bunga indah di atas makam ayah dan kakaknya.

Meski sakit, mereka harus kuat dan bersabar. Riko yakin, di atas sana ayah dan kakaknya selalu melindungi dan mendoakan yang terbaik untuk mereka.

"Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Reno pada kakaknya, Riko. Selisih usia mereka hanya satu tahun dan Reno adalah yang paling kecil di antara mereka bertiga.

"Mungkin aku akan mencari kerja, kuliah tidak bisa dilanjutkan lagi," ucap Riko.

"Baik. Ayo cari kerja," seru Reno.

"Kamu ngga boleh kerja, biar aku saja. Belajar yang rajin dan lanjutkan kuliahmu," pinta Riko.

"Aku ngga mau kuliah lagi. Kita cari kerja sama-sama. Untuk sekarang, mencari uang adalah yang utama. Hutang bapak masih belum lunas, biaya kuliah juga belum dibayar, kan?" ungkap Reno.

"Iya, kamu benar, tapi lebih baik jika ada yang melanjutkan kuliah di antara kita berdua. Bapak pasti ngga mau lihat anaknya gagal," ucap Riko.

"Kamu tenang saja. Sudah ada Kak Raka yang berhasil lulus kuliah dengan nilai sempurna. Bapak ngga akan marah saat melihat dua anaknya hidup rukun dan saling membantu. Daripada hidup ketergantungan dan menyusahkan orang lain," jelas Reno.

"Tapi, kamu tetap harus ... "

"Ssstt, ngga ada tapi. Seandainya kuliah, aku ngga akan bisa belajar dengan tenang." Reno tetap bersikeras tidak mau melanjutkan kuliahnya.

.

Semua keluarga Rama sudah berkumpul di ruangan. Dokter pun sudah angkat tangan, alat bantu oksigen dan denyut jantung juga sudah dilepaskan.

"Kak Rama, kenapa, Kak? Kenapa kakak ninggalin Zoe? Kakak bilang mau liat Zoe lulus kuliah dengan nilai yang bagus," isaknya.

"Rama, kamu anak yang baik. Semoga kamu tenang di sana," ucap paman pertama.

"Rama, kasihan sekali kamu. Semoga di kehidupan selanjutnya, nasib baik selalu bersamamu." Doa istri paman kedua, seperti ada maksud tersembunyi di balik kata-katanya.

"Rama, maafkan kakek. Bahkan setelah orang tuamu tiada, kakek selalu ngga berguna," batin Kakek seno.

Semua tampak mendoakan, tapi tidak dengan Arka, Willy dan Laras. Tidak tau apa yang mereka pikirkan saat ini.

"Hhhhh." Raka mengejutkan semua orang dengan tarikan napasnya.

"Dokter, pasien kembali bernapas, Dok," ucap suster.

"Siapkan alat bantu dan denyut jantungnya," titah dokter.

"Mohon bapak dan ibu menunggu di luar," pinta suster.

Dokter memeriksa kondisi Rama yang kembali menunjukkan tanda kehidupan, setelah beberapa menit membuat keluarganya khawatir.

"Dokter, apa yang terjadi?" tanya paman pertama.

"Pasien mendapat sebuah keajaiban," ucap dokter.

"Maksud, Dokter?" tanya paman pertama, bingung.

Dokter menjelaskan keajaiban yang dialami Rama. Saat kondisinya benar-benar mendekati waktu terakhir, Rama bernapas kembali. Kondisinya pun sudah normal, seperti tidak ada kecelakaan yang terjadi sebelumnya.

"Apa kami boleh melihatnya?" tanya Kakek Seno.

"Silahkan, tapi, jangan terlalu lama. Pasien masih membutuhkan istirahat yang banyak," pinta dokter.

Setelah mendapat izin, mereka masuk satu persatu ke dalam kamar rawat Rama. Benar yang dokter katakan, Rama memang terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya. Dia bahkan terlihat lebih fress dan tampan meski sedang tidak sadar.

"Terima kasih, Ya Tuhan atas semua keajaiban ini. Terima kasih sudah memberikan kesempatan kedua untuk cucuku," batin Kakek Seno, senyum mulai terlihat di wajahnya.

Perlahan, Rama mulai menggerakkan jari-jemarinya. Membuka mata, melihat ada banyak orang yang melihat dirinya. Rama melihat satu persatu di antara mereka. Ada perasaan aneh menyelimuti hatinya, tapi Rama tidak tau itu apa.

"Kak Rama, akhirnya kakak sadar juga," seru Zoe langsung memeluk tubuh Rama. Tidak ada penolakan, Rama hanya diam saja saat Zoe memeluknya.

"Rama, bagaimana? Apa kamu baik-baik saja?" tanya paman pertama.

"Rama?" ulangnya.

"Iya, Kak Rama sekarang sudah sadar," balas Zoe.

"Siapa Rama?" tanyanya.

Deg.

Ada apa ini? Mengapa Rama menanyakan siapa dirinya? Apa mungkin dia kehilangan ingatannya akibat benturan keras itu?

"Dokter, kenapa Rama tidak ingat siapa dirinya?" tanya Kakek Seno.

"Saat pasien berhasil melewati waktu terakhirnya, itu merupakan keajaiban yang sangat besar. Bahkan, selama saya menjadi dokter bertahun-tahun, belum pernah menemukan hal yang seperti ini. Jika pasien memang tidak bisa mengingat siapa dirinya, itu hal yang wajar mengingat pasien yang hampir kehilangan nyawa. Kita bisa pelan-pelan membantunya mendapatkan ingatannya kembali," jelas dokter.

"Kenapa dia harus bangun sih? Udah bagus tidur selamanya," bisik Willy pada kakaknya, Laras.

"Sssstt, jangan keras-keras, nanti mereka denger," bisik Laras.

"Coba kamu perhatiin lagi deh! Rama yang sekarang kenapa beda ya?" tanya Laras.

"Beda apanya? Sama aja kayaknya," balas Willy.

"Beda, liat lagi. Dia keliatan kayak orang bodoh dan culun," terang Laras, tersenyum jahat.

Rama memang terlihat berbeda dibandingkan Rama yang dulu. Selain lebih fress dan tampan, dia juga terlihat lebih pintar dan dewasa.

Hampir setengah jam Zoe dan yang lain menginterogasi Rama. Namun, tidak ada hasil. Rama hanya menggelengkan kepala dan menjawab seadanya. Dokter pun meminta semua orang keluar, membiarkan Rama untuk istirahat lebih banyak. Mungkin saat bangun nanti, Rama bisa mengingat kembali siapa dirinya.

Zoe dan yang lain meninggalkan rumah sakit, karena aktivitas masing-masing. Saat semua orang keluar dari kamar rawat Rama, dia masih duduk termenung. Mencoba mengingat siapa dirinya dan apa yang terjadi kepadanya hingga masuk rumah sakit. Namun, tidak ada jawaban. Satu hal yang terus terlintas di pikrannya, yaitu seseorang yang menyentuh tangannya saat dia terbaring tidak sadarkan diri.

Suara tangisan terkadang masuk ke telinganya, terus terngiang. Suara itu memanggil kakak pada seseorang, memintanya untuk tidak pergi meninggalkan si pemilik suara. Siapa orang itu? Mengapa terus terdengar suaranya?

Rama menutup mata dan telinga. Bantal yang dia gunakan untuk tidur, dia jadikan penutup telinga. Berharap suara-suara yang didengarnya tadi segera menghilang.

.

"Rama, ingatlah untuk membalas dendam. Balaskan semua dendamku juga sakit hatimu. Jangan sampai hal yang sama menimpa orang lain. Waspadalah pada orang-orang di sekitar, telitilah dalam menilai seseorang. Kamu harus tau mana yang benar-benar domba dan mana serigala berbulu domba."

"Apa yang kalian inginkan?"

"Enyahlah dari muka bumi ini!"

"Aaaaaaaa"

"Haaaahhhhh." Rama terbangun dari tidurnya karena pengaruh obat.

Keringat mengalir deras, jantung berdetak sangat cepat. Perasaan takut yang dia rasakan, ternyata hanya mimpi. Mimpi di sore hari setelah berjam-jam terus terjaga.

"Mimpi apa aku tadi? Kenapa ada banyak suara yang kudengar?" gumamnya.

next...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status