Share

Merasa aneh

Rama pulih lebih cepat dari dugaan dokter. Maka, dia pun keluar dari rumah sakit lebih cepat. Hanya satu hari setelah dia sadar dari koma dan bangun dari maut. Setelah itu, semuanya seakan menjadi keanehan tersendiri.

Bukan hanya orang yang melihat, Rama sendiri pun merasa sangat aneh dengan dirinya. Baik dari segi wajah, penampilan, sikap, semuanya aneh. Seperti bukan dirinya, meski dia sedang kehilangan ingatan.

Rama yang awalnya hampir tidak pernah bercermin, entah kenapa sekarang menjadi sering sekali. Bukan karena wajahnya jelek. Wajah tampan Rama bahkan mengalahkan artis papan atas di negaranya. Rasa tidak percaya diri dan ketakutan yang menjadi penyebabnya.

Siang itu, saat Rama pulang dijemput Zoe dan Kakek Seno, semua orang menatapnya. Bukan tatapan hinaan dan ejekan yang selama ini dia terima, melainkan tatapan kekaguman seorang fans kepada idolanya.

"Wah, coba lihat pria itu!"

"Aku baru melihat ada pasien sepertinya. Gagah, berwibawa, tatapan dinginnya itu loh, udah kayak tombak es yang melelehkan jutaan gunung berapi."

"Eh, bentar deh. Coba kalian lihat di media sosial, dia kan penerus Yasashi, perusahaan no.1 di Indonesia."

Bisik-bisik kekaguman para suster dan pasien, mampu mambuat atmosfer di rumah sakit seakan melayang. Pergi menjauh dari jangkauan Rama dan hanya menyisakan sosok indah dalam dirinya.

Zoe yang mendengar bisikan mereka, merasa risih. Sekali lagi, bukan karena hinaan, tapi pujian yang mereka ucapkan untuk Rama, kembali membakar gunung berapi yang telah padam. Panas.

Dengan cepat Zoe membawa Rama masuk ke dalam mobil yang sudah terparkir di depan pintu masuk rumah sakit. Bersama Kakek Seno dan Zoe, Rama kembali ke rumah tahanan. Rumah yang mengunci dan menutup rapat semua kepercayaan dirinya.

"Rama, senang bisa melihatmu kembali lebih cepat." Sambut paman pertama Rama.

Semua anggota keluarga berkumpul di ruang tengah, menyambut kepulangan Rama dari rumah sakit. Zoe meminta Rama untuk duduk dan semua orang di ruangan itu pun mengikutinya.

Kakek Seno memperkenalkan anggota keluarganya kepada Rama. Mulai dari paman pertama dan keluarga kecilnya, lalu berlanjut pada paman kedua beserta istri dan anaknya.

"Dia adalah paman pertama, adik ayahmu, namanya Joseph Arya. Itu istrinya, Chika Nandini. Anak pertamanya bernama Arka Arya dan adiknya Zoe Arya, orang yang menemanimu tadi," jelas Kakek Seno, selesai pada perkenalan keluarga paman pertama Rama.

"Yang di sebelah sana, paman kedua, namanya Mahes Sanjaya. Lalu istrinya, Ola Putri. Anak pertamanya perempuan, Larasati Sanjaya dan adiknya Willy Sanjaya. Saya adalah kakekmu, Seno Respati." Kakek Seno telah selesai memperkenalkan semua anggota keluarganya pada Rama.

Diam. Suasana begitu senyap setelah Kakek Seno selesai pada perkenalannya. Rama tampak memperhatikan satu persatu dari mereka semua. Ada aura interogasi saat Rama menatap wajah mereka. Terlintas satu nasihat di mana dalam mimpinya mengatakan Rama untuk berhati-hati dengan orang-orang di sekelilingnya.

"Kakek Seno," panggil Rama. Panggilan yang sangat aneh, mengingat Rama yang dulu tidak pernah mengucap nama saat memanggil kakeknya.

Semua orang kembali menatap Rama, setelah beberapa menit mencoba menghindari tatapan intimidasinya.

"Kenapa kakek memperkenalkan keluarga orang lain, sementara keluargaku tidak?"  ucap Rama, membuat semua orang heran.

"Maksud Kak Rama apa? Kita semua kan keluarga Kak Rama," balas Zoe.

"Benar, kalian memang keluargaku, meski aku tidak mengingatnya. Kalian harus ingat satu hal, satu anggota keluarga berubah menjadi keluarga orang lain saat dia menikah dan mempunyai anak. Masing-masing anak kakek sudah menikah dan punya anak, bukan?" balas Rama.

"Ya, kamu benar. Maafin kakek karena tidak memperkenalkan keluargamu lebih dulu," ucapnya.

"Silahkan," jawab Rama, mempersilahkan Kakek Seno untuk memperkenalkan keluarganya.

Kakek Seno berjalan ke arah foto berbingkai yang cukup besar. Di mama terdapat Rama dan orang tuanya di sana.

"Mereka adalah orang tuamu, Haris Adiyasa dan Gendis Fitriyani. Foto ini diambil saat kamu lulus kuliah dulu, apa kamu bisa mengingat mereka?" tanya Kakek Seno.

"Tidak penting aku mengingatnya sekarang atau tidak, yang pasti aku tau kalau mereka adalah orang tuaku," jawab Rama. Setiap perkataannya tegas dan sulit untuk ditebak.

Setelah mengatakan hal tersebut, Rama kembali merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Semua yang dia ucapkan seperti tidak keluar dari hatinya.

"Aku sedikit lelah, ingin istirahat. Di mana kamarku?" tanyanya beranjak dari sofa.

"Ada di lantai dua yang paling kanan, biar Zoe antar," jawab Zoe, menawarkan diri.

"Tidak perlu, aku bisa sendiri," balas Rama, menolak tawaran Zoe.

Rama berjalan menyusuri anak tangga menuju kamar. Cara berjalannya pun terlihat sangat berwibawa, bak seorang raja besar pada zaman dahulu. Wajah tampan, rahang kuat dan bentuk tubuh yang sempurna semakin menambah nilai plus untuk seorang direktur utama.

Kali ini, Rama benar-benar telah siap untuk memimpin Yasashi menuju perusahaan no.1 di dunia. Seorang ayah tidak pernah salah saat menilai anaknya. Haris pernah berkata, bahwa Rama akan membawa perusahaannya menduduki peringkat satu di dunia.

Bukan hanya ucapan semata, tapi melalui sebuah firasat dan mimpi. Di mana dalam mimpi Haris Adiyasa, putranya menduduki singgasana kerajaan terkuat di dunia. Itulah yang akan terjadi selanjutnya.

"Apa-apaan ini, kakek yakin Rama beneran hilang ingatan?" tanya Laras.

"Apa maksud kamu, Laras?" balas Kakek Seno balik bertanya.

"Kakek ngga liat, kalau Rama seperti mempermainkan kita? Apa kalian juga ngga melihatnya?" tanya Laras kepada semua orang.

"Rama memang sedikit aneh, tapi itu bukan berarti dia berbohong, kan?" balas Tante Chika, istri paman pertama.

"Enggak, dia bukan Rama yang dulu," simpul Arka.

"Mungkin Kak Rama sedikit berubah, tapi bukankah itu bagus?" timpal Zoe.

"Bagus kamu bilang? Kamu ngga liat dia seperti orang pintar?" debat Arka.

"Ya bagus kan, kalau Kak Rama jadi lebih pintar?" tanya Zoe.

"Enggak. Dengan Rama yang sekarang, akan semakin susah untuk kakak mendapatkan posisi direktur utama di Yasashi." Aku Arka.

"Jadi maksud Kak Arka,  kakak ngga suka dengan perubahan Kak Rama?" pancing Zoe.

"Enggak sama sekali," tegas Arka.

Dua kakak beradik itu saling berdebat dengan pendapat masing-masing. Kedua orang tuanya pun bingung dengan sifat keduanya yang sangat bertolak belakang itu.

"Sudah cukup, apa yang kalian perdebatkan? Masalah sikap dan sifat Rama yang berubah, biarkan saja, tugas kita hanya membantunya untuk mendapatkan kembali ingatannya," seru Paman Joseph, memecah perdebatan di antara kedua anaknya.

"Aku rasa, Rama bukan kehilangan ingatan, tapi kehilangan kepribadian," simpul Laras, kembali memancing perdebatan.

"Pribadinya yang dulu sudah hilang sejak kecelakaan. Sedangkan Rama yang sekarang, memiliki kepribadian yang baru." Lanjut Laras.

"Apa maksud, Kak Laras? Willy ngga paham," tanya sang adik.

"Jaringan otak yang rusak, membuat seseorang membentuk kepribadian yang baru. Di mana kepribadian yang lama, sudah hilang setelah mengalami kerusakan," jelas Laras, semakin membuat bingung adiknya, Willy.

"Ah, aku bingung. Terserah Kak Laras mau bilang apa, tapi menurutku, Rama itu gila." Willy membuat kesimpulannya sendiri, berbeda perspektif dari yang lain. Perbedaan itu justru memancing emosi sang kakek.

"Willy, jaga ucapanmu," seru Kakek Seno, mengagetkan.

"Kenapa, Kek? Willy ngga salah. Kalau menurut Kak Laras jaringan otak Rama rusak, itu berarti dia gila, kan?" ucap Willy kembali mengucapkannya.

"Kamu." Baru saja Kakek Seno mengangkat tangan dan hampir membuat tanda di pipi Willy, untungnya berhasil dicegah oleh Paman Mahes.

"Apa yang ayah lakukan?" seru Paman Mahes, menahan amarah.

"Putramu harus diberi pelajaran karena berkata kasar," jawab Kakek Seno.

"Bukan hak ayah untuk memberinya pelajaran. Masih ada aku, ayah jangan lagi mengangkat tangan sembarangan," gertak Pamam Mahes.

"Kamu mengajariku?" balas Kakek Seno.

"Kenapa tidak?" ucap Paman Mahes, menantang ayahnya sendiri.

next...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status