Hari pertama Riko melakukan penyelidikan, sepertinya belum menemukan petunjuk apa pun.Riko juga sudah mencari ke tempat terjadinya kecelakaan. Namun, tidak ada jejak apa pun di sana.Meskipun kecelakaan yang Rama alami baru terlewat beberapa hari, tetapi kondisi jalanan sudah tidak ada tanda apa-apa lagi.Semuanya sudah kembali normal. Pihak kepolisian, tampaknya juga tidak lagi melanjutkan penyelidikan mengenai kecelakaan tersebut.Mungkin karena tidak adanya bukti, sehingga mereka menganggap jika kecelakaan yang Rama alami, murni kecelakaan biasa.Namun, tidak dengan Rama. Ia menganggap ada yang janggal. Terlebih lagi, Rama tidak mengingat apa pun mengenai kecelakaan tersebut."Riko? Kamu lagi ngapain?"Riko yang tengah melakukan penyelidikan, terlihat mencurigakan karena terus terlihat di sekitar kejadian kecelakaan."Reno? Kamu lagi ngapain di sini?" balas Riko, justru bertanya balik."Aku kerja di sana," jawab Reno, sambil menunjuk ke arah cafe.Riko mengikuti arah yang Reno tun
Beberapa saat setelah Rama dan Riko kembali ke perusahaan, Reno menghubungi sang kakak. "Bagaimana? Apa yang Reno katakan?" tanya Rama, setelah panggilan telepon selesai. "Saya minta maaf, Pak. Reno tidak menemukan bukti apa pun. Dia tidak bisa mendengar pembicaraan ketiga saudara bapak, karena saat itu ... Reno ditugaskan di gudang," jelas Riko. "Akh, sial. Untuk apa mereka pergi ke cafe itu? Ini jelas bukan sebuah kebetulan, mereka tidak mungkin pergi ke tempat yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Kalau hanya untuk makan, ada banyak tempat yang bisa mereka datangi di sekitar rumah." Rama sangat geram. Ia begitu kesal, karena tidak mendapat bukti apapun hari ini. Padahal, ketiga saudara sepupunya saat ini jelas berada di lokasi kejadian. Mengapa sulit sekali hanya untuk mencari satu bukti? Satu-satunya hal yang Rama tau, yaitu petunjuk yang mengarah pada bukti yang sengaja dihilangkan. Karena itu artinya, kecelakaan yang Rama alami memang ada yang merencanakannya. S
📚 Raka...Dalam berbagai kehidupan, status sosial selalu menjadi yang pertama dinilai. Bagaimanapun pintarnya seseorang, tidak akan membantunya melewati rintangan status tersebut.Raka, laki-laki beruntung karena terlahir memiliki IQ yang tinggi. Selalu mengharumkan nama sekolah di mana pun ia berada. Namun, berapa banyak penghargaan yang ia dapat, tidak bisa menaikkan status sosial di mata masyarakat.Hidup di tengah keluarga biasa, membuat Raka harus berusaha keras dalam segala hal."Hahaha, pantas saja ibumu kabur. Ayahmu yang miskin itu pasti tidak bisa membahagiakannya." Hinaan demi hinaan selalu Raka dengar dari teman-teman sebayanya."Lihat saja anak-anaknya. Wajah memang tampan, tapi ngga bisa bikin kenyang, hahaha." Hinaan seperti itu sudah menjadi makanan Raka dan kedua adiknya sehari-hari.Riko dan Reno, dua adik laki-laki Raka. Usia mereka saat ini, seharusnya berada di tahap yang paling menyenangkan semasa sekolah
"Kak Raka ke mana, Pak? Ini sudah malam, kenapa kakak belum juga pulang?" tanya Riko, khawatir."Coba telfon ke nomornya," saran Reno.Tut-tut."Gimana? Ngga diangkat ya?" tanya Reno."Nomornya ngga aktif," jawab Riko.Mereka semua mengkhawatirkan Raka yang tak kunjung pulang sejak pergi tadi pagi. Raka pamit untuk mencari pekerjaan dengan melamar ke berbagai perusahaan. Namun, hari sudah gelap, tapi tidak ada kabar apa pun darinya."Bapak akan mencarinya, kalian di rumah saja," tuturnya."Tapi, Pak. Ini sudah malam, Bapak mau nyari Kak Raka di mana?" cegah Reno."Di mana saja, kalau perlu pergi ke semua kantor yang kakak kalian datangi," jawabnya.Setelah perdebatan, Riko dan Reno akhirnya menemani sang ayah mencari Raka bersama-sama. Malam sudah sangat larut, jam tangan Riko yang melingkar di tangan kiri menunjukkan pukul 12.30 malam."Uhuk-uhuk""Bapak kenapa, Pak? Kita pulang saja ya, bapak pasti lelah
Dua orang pasien dilarikan ke rumah sakit kota. Namun, satu diantaranya telah meninggal dunia. Menurut pemeriksaan rumah sakit, pasien sudah meninggal sejak semalam dan baru ditemukan siang hari oleh warga sekitar. Masih belum diketahui apa penyebab meninggalnya korban, karena tidak adanya bekas tindak kejahatan ataupun kekerasan fisik."Kak Raka, kenapa jadi begini?" isak Riko. Belum hilang rasa sedih, belum kering airmata, kini harus mengetahui kenyataan pahitnya kehidupan."Gimana nasib kita, Kak? Apa yang harus Reno lakuin?" Reno memeluk tubuh sang kakak yang sudah terbujur kaku. Semalaman tubuh Raka kedinginan di luar sana. Siapa yang tega melakukan hal itu padanya?Pergi dengan niat baik, dengan harapan besar pulang membawa kabar baik. Memang benar, diterimanya Raka di Yasashi merupakan keberuntungan yang sangat besar. Namun, Raka harus pulang tanpa nyawa sebelum memberitahukan kabar baik itu kepada keluarganya.Kini tinggal Riko dan Reno, kehilanga
Riko dan Reno memakamkan ayah dan kakaknya di TPU (Tempat Pemakaman Umum) tak jauh dari rumah. Sekarang hanya tinggal mereka berdua, mau tidak mau mereka harus mencari pekerjaan untuk biaya hidup sehari-hari. Riko dan Reno terpaksa putus kuliah. Menyesal, mengapa tidak sejak lama mereka bekerja sambilan, meski dengan cara sembunyi-sembunyi. Setidaknya, Riko dan Reno tidak akan kesulitan seperti sekarang."Bapak, Kak Rama, istirahat yang tenang di sana. Jangan khawatirkan aku sama Reno, kami sudah besar, bisa jaga diri." Riko menaburkan bunga-bunga indah di atas makam ayah dan kakaknya.Meski sakit, mereka harus kuat dan bersabar. Riko yakin, di atas sana ayah dan kakaknya selalu melindungi dan mendoakan yang terbaik untuk mereka."Sekarang apa yang harus kita lakukan?" tanya Reno pada kakaknya, Riko. Selisih usia mereka hanya satu tahun dan Reno adalah yang paling kecil di antara mereka bertiga."Mungkin aku akan mencari kerja, kuliah tidak bisa dilanjutk
Rama pulih lebih cepat dari dugaan dokter. Maka, dia pun keluar dari rumah sakit lebih cepat. Hanya satu hari setelah dia sadar dari koma dan bangun dari maut. Setelah itu, semuanya seakan menjadi keanehan tersendiri. Bukan hanya orang yang melihat, Rama sendiri pun merasa sangat aneh dengan dirinya. Baik dari segi wajah, penampilan, sikap, semuanya aneh. Seperti bukan dirinya, meski dia sedang kehilangan ingatan. Rama yang awalnya hampir tidak pernah bercermin, entah kenapa sekarang menjadi sering sekali. Bukan karena wajahnya jelek. Wajah tampan Rama bahkan mengalahkan artis papan atas di negaranya. Rasa tidak percaya diri dan ketakutan yang menjadi penyebabnya. Siang itu, saat Rama pulang dijemput Zoe dan Kakek Seno, semua orang menatapnya. Bukan tatapan hinaan dan ejekan yang selama ini dia terima, melainkan tatapan kekaguman seorang fans kepada idolanya. "Wah, coba lihat pria itu!" "Aku baru melihat ada pasien sepertinya. Gagah, berwibawa
Sore hari, di kediaman Kakek Seno.Rama keluar kamar setelah selesai mandi. Suasana rumah tampak sepi, tak satu pun penghuni yang menunjukkan sosoknya. Rama berjalan menuruni tangga, menyusuri area rumah keluarga besar itu.Berkeliling di lantai satu, tidak terasa Rama telah sampai di depan kamar yang memiliki nama. Ruang kerja Haris, begitulah yang tertulis. Karena kamar tersebut adalah ruang kerja ayahnya, Rama memberanikan diri memegang gagang pintu hendak membukanya. Namun, pintunya terkunci. Apa mungkin disimpan kakek?Deru suara mobil terdengar sampai ke dalam. Siapakah gerangan penghuni rumah yang pulang? Clif berjalan mendekat ke arah jendela, untuk melihat si pemiliki mobil tersebut."Paman Joseph," lirihnya.Sepertinya Paman Joseph baru saja pulang dari restoran. Dia memiliki 3 restoran yang tersebar di beberapa tempat. Ketiga anak Kakek Seno memiliki pekerjaan yang cukup memuaskan. Namun, perusahaan yang dirintis oleh orang tua Rama meru