Seorang pria berusia sekitar 40 tahunan masuk ke dalam kantor HCO. Pria itu tidak terlalu tinggi. Hanya terpaut satu telunjuk saja tingginya dari tinggi badanku. Kulitnya kecokelatan, senada dengan mantel yang ia kenakan saat ini. Rambutnya pendek dan disisir ke belakang. Secara keseluruhan, tampilan pria tersebut adalah tipikal seorang pekerja kantoran pada umumnya.“Saya ingin menggunakan jasa HCO.”, katanya.Aku dan Satoru-san langsung bertatap-tatapan. Akhirnya setelah dua minggu, kami kedatangan klien baru!Aku pun bangkit untuk menyambutnya, serta mempersilakan dirinya duduk di sofa, tepat di samping Goto-san. Selanjutnya aku pergi ke dapur untuk mengambilkan teh bagi klien baru kami. Untung tadi aku sempat membuat teh gara-gara Goto-san datang dan sisanya masih ada. Jadi aku tinggal menuangkan ke dalam gelas. Tidak pakai lama, aku sudah kembali ke ruang tamu dan menyuguhkan teh tersebut kepada si klien.“Hajimemashite, nama saya Shiroyama Hiro.”, ucap pria bermantel cokelat ter
Shiroyama Hiro-san, berpamitan dengan aku dan Satoru-san tidak lama setelah dia menceritakan kasus yang akan ditangani oleh HCO. Intinya, kami diminta untuk mencari dan mendapatkan kembali bagian kepala dari seorang korban mutilasi di Shinagawa yang menghilang secara misterius. Rencananya, HCO dan Shiroyama-san akan memulai investigasi besok. Jadi sekarang...“Yum!”, aku melanjutkan makan cheese cake yang belum sempat kuhabiskan.“Apakah seenak itu? Aku jadi ingin mencobanya kalau kamu makan dengan lahap seperti itu.”“Satoru-san, tidak ada yang lebih nikmat dari cheese cake gratis! Hap!”Pria yang baru saja berbincang denganku itu terkekeh pelan, kemudian beranjak dari sofa. Dia berjalan ke arah gantungan jaket di samping pintu masuk HCO guna mengambil jaket hitam miliknya. Sambil mengenakan jaket itu, dia berkata, “Hari ini kantor akan kututup lebih awal. Kita akan keluar ke satu tempat. Akan kutunggu hingga kamu selesai menghabiskan cheese cake itu dulu.”.“Hm? Memangnya mau keluar
"Alat tulis... Ponsel... Cermin...”Aku bergumam kecil, memastikan barang-barang yang biasa ada di dalam tasku sudah hadir di dalam sana.“Oh! Kacamata dari Satoru-san! ... M-maksudku Satoru...”, ujarku sambil memasukkan benda pemberian pria itu ke dalam tas....Semuanya yang harus kubawa sudah masuk ke dalam tas.Hari ini adalah waktunya HCO dan Shiroyama-san melakukan investigasi di Shinagawa.Yup, untuk mencari bagian kepala korban kasus mutilasi itu....Normalnya, mengetahui fakta bahwa aku akan mencari potongan kepala manusia, aku akan merasa ngeri. Kemarin juga, ketika Shiroyama-san menunjukkan rekaman CCTV di rumah pelaku, aku masih merasakan kengerian itu.“Hari ini aku sama sekali tidak takut atau ngeri...”, gumamku.Aku menoleh ke arah cermin, memperhatikan pantulan bayangan diriku. Pandanganku langsung tertuju pada sepasang anting yang kini bertengger di kedua telingaku.“Apakah ini karena efek anting dari Satoru? Hebat... Mungkin mulai sekarang aku bisa menjadi asisten y
"Bukan manusia? Jadi benar-benar ada keterlibatan hantu dalam kasus kita?", tanya Shiroyama-san dengan sebelah alisnya terlihat naik.Satoru menghela napas panjang, kemudian menjawab, "Bukan. Mungkin apa yang akan kita hadapi nanti lebih parah dari hantu. Hantu adalah roh manusia yang masih bergentayangan di alam manusia. Energi mereka sangat kecil, sehingga gangguan terparah yang bisa mereka lakukan hanya membuat bunyi-bunyian aneh atau menampakkan diri. Sesuatu yang mampu menghilangkan atau memindahkan benda adalah makhluk yang jauh lebih kuat. Sayangnya, kita masih belum tahu pasti jenis makhluk supranatural apa yang bertingkah di sini.".“Yang terburuk kita akan berhadapan dengan apa?”, tanya Shiroyama-san lagi,"Shadow, atau sebutan yang lebih sering didengar orang awam adalah demon. Terakhir kali HCO berhadapan dengan shadow, kami berdua mengalami luka-luka. Bahkan asisten saya nyaris terbunuh akibat dicekik.""... Kedengarannya sangat berbahaya... Saya akan mengingat kata-kata
Sebuah pohon oak yang sangat besar memamerkan kemegahannya pada setiap orang yang melihat. Rindangnya begitu memayungi dan memanjakan siapapun yang duduk di bawahnya. Saat ini pun aku merasa bagai ditimang-timang oleh kesejukan yang dihadirkan oleh pohon ini.“... Aku mengantuk... Sampai kapan aku harus di sini...?”, batinku.Sudah dua puluh menit aku duduk seorang diri di sebuah ayunan yang digantung pada salah satu dahan pohon tersebut. Diterpa angin sepoi-sepoi dan rindangnya pohon ini, tentu saja lama-lama aku mengantuk....Hm? Apa? Bukannya bekerja, malah duduk-duduk santai di bawah pohon? B-bukan! Aku bukan bersantai, ini masih bagian dari pencarian kami kok! Sungguh!E-ehem! Biar kuceritakan kepada kalian. Sekitar empat puluh lima menit yang lalu, petugas keamanan mengantarkan kami ke lokasi di mana gumpalan hitam tiba-tiba muncul. Yup, tempat yang terlihat di rekaman CCTV sebelumnya. Rupanya, tempat itu tidak terlalu jauh dari pos keamanan. Kami hanya perlu berjalan sejauh 10
BRUK!Sontak aku menoleh usai mendengar suara seperti benda yang terjatuh. Kedua netraku menangkap objek sebesar buah semangka. Bentuknya bulat, namun tak sempurna karena terdapat lekungan-lekungan pada beberapa sisi. Awalnya aku mengira bahwa benda itu adalah batu, akibat warnanya yang abu-abu....Sudah dua puluh lima menit aku berada di bawah pohon oak dan aku sudah hafal dengan apa yang ada di sekelilingku. Aku dapat berkata dengan mantap bahwa sebelum aku mendengar suara benda terjatuh, batu tersebut tidak ada pada tempatnya.“Apakah yang barusan jatuh adalah batu ini?”, batinku.Aku mencondongkan badanku, berniat memeriksa batu tersebut dengan lebih dekat.“Mau dilihat dari mana pun... Ini sih batu... - Eh? Barusan... Batunya bergerak?”Aku memicingkan kedua mataku, tak yakin dengan apa yang barusan kulihat....Batu tidak mungkin bergerak kan?...Tidak! Dia memang bergerak! Benda ini bukan batu! Itu ada kakinya!Dengan mata kepala sendiri, aku menyaksikan batu itu bergerak. Di
Aku dan Satoru sampai di Cielo, sebuah restoran Mexico di Higashi Shinagawa. Aroma semerbak makanan Mexico segera menerobos masuk ke rongga hidung kami. Wangi makanan yang dimasak oleh Restoran Cielo begitu menggugah, seakan memberikan informasi bahwa makanan di sana sangat nikmat. Kami pun tak ragu untuk menempati salah satu meja di pojok, kemudian memesan makanan."Ini tempat yang bagus. Apa kamu pernah datang kemari?", tanya Satoru, setelah pelayan meninggalkan meja kami."Belum pernah. Aku mencari tempat ini hanya dari internet. Semoga makanannya seenak yang dikatakan orang.", balasku sambil tersenyum lebar.Aku membiarkan punggungku beristirahat pada kursi dan menolehkan pandang keluar jendela. Ketika itu, aku baru sadar bahwa hujan menjadi semakin lebat. Angin kencang juga turut serta dengan kilat yang sesekali datang menghampiri."Uwah... Hujan badai…", celetukku.Aku tidak begitu suka setiap ada hujan badai. Pemandangan itu selalu membawaku kepada kenangan pahit yang tidak aka
Byur!Aku merendam badanku dalam air hangat dan menyandarkan kepala pada sudut bak mandi."Ha… Berendam dalam air hangat habis beraktivitas seharian memang paling menyenangkan..."Rasa lelahku seperti melebur dalam kenyamanan yang diciptakan oleh air dengan suhu yang pas. Kini tubuhku bak menjadi uap yang melayang-layang ringan tanpa beban.“Hyuh... Hari ini adalah hari yang sangat panjang... Aku sangat membutuhkan ini... Saatnya santai dan relaksasi...”...Aku mengatakan begitu, tapi aslinya kepalaku tidak bisa berhenti berpikir. Keping-keping ingatan berisi rentetan kejadian hari ini terus-terusan berputar. Mulai dari awal aku berangkat ke Shinagawa hingga ditutup dengan Satoru yang memeluk… Aaaaa!!Buru-buru kubasuh wajahku agar bayangan adegan itu menghilang!Astaga... Mukaku panas… Tapi aku tahu ini bukan gara-gara airnya. Gawat… Miki, tanamkan dalam benakmu bahwa Satoru tidak seperti laki-laki pada umumnya! Jangan berpikir bahwa dia memiliki perasaan romantis terhadap dirimu! J