Share

Terpaksa Merawat Bayi

Alvin duduk di meja kerja sementara Bagas tampak berseri-seri dan ceria menatap Alvin.

Alvin menelpon sekretarisnya Bella, "Halo Bel, batalkan semua jadwalku hari ini, Saya tidak masuk kerja! Carikan juga Baby Sitter, suruh datang ke rumah!" perintahnya.

"Baik Pak .... Apa? " Bella terhentak kaget, merasa ada yang salah dengan telinganya. "Baby Sitter?"

“Ya ... Baby Sitter, apa kamu tuli?” ucap Alvin kemudian menutup telponnya begitu saja.

"Kenapa Tuan Alvin butuh Baby Sitter? Mungkinkah Tuan Alvin akan mendirikan anak perusahaan yang berhubungan dengan dunia Baby Sitter atau Bayi?" gumam Bella.

Setelah menelpon Bella, Alvin menelpon Pengacaranya dan menyuruhnya untuk menyelesaikan masalah yang baru saja menimpanya.

"Ahaha," tawa Bagas saat Alvin menengok ke arahnya, Bagas seakan serius menatap Alvin dari sofa.

Alvin menelan ludah, "Ada apa dengannya? senang sekali melihatku," gumam Alvin.

Alvin entah kenapa secara reflek menyembunyikan kepalanya di balik laptop, "Baaaaa," ucapnya memperlihatkan kembali mukanya ke Bagas.

"Ahaha," Bagas semakin riang seakan mendapatkan hiburan dari Alvin.

Alvin melakukan ciluk ba beberapa kali. “Ada apa denganku?” gumamnya sambil geleng-geleng kepala menyadari tingkah konyolnya dalam menggoda Bagas.

Tidak berselang lama, bau pesing tercium di ruangan kerja pribadi Alvin, "Bagas ... Kamu mengompol yah?" teriaknya.

Bagas menyeringai kemudian mulai cemberut karena merasa tidak nyaman setelah mengompol.

Alvin mendekati Bagas sambil menutup kedua lubang hidungnya, perutnya mual mencium bau pesing yang semakin menyengat, "Kamu benar-benar membuatku kesal."

"Eh ... Kamu meledekku?" umpat Alvin melihat Bagas memanyunkan lidahnya.

Alvin tidak kunjung menangani Bagas yang mengompol, membuat Bagas cemberut, dan sesenggukan.

"Kamu mau menangis, hah? Berhentilah bersikap seperti itu! tunggu sampai Bi Rahmi datang! Aku sudah sangat pusing mendengar tangisanmu, ditambah bau pesing yang kamu buat membuatku stres," gerutu Alvin.

Bagas menggeliat-geliat dan menangis setelah sekian lama tidak kunjung di bersihkan oleh Alvin.

"Halo Bel, apakah kamu tahu cara menangani Bayi yang mengompol?" Alvin menelpon Bella dengan headset bluetooth menempel di telinganya.

Bella gelagapan ditanya tentang hal yang tidak diketahui olehnya. Akan tetapi, sebagai bawahan yang penurut dan takut Alvin marah karena tidak bisa menjawab pertanyaannya, dia segera browsing dengan laptop, berusaha mencari tahu jawaban pertanyaan Alvin.

"Untuk menjaga keamanan bagi Bayi, produk popok harus sangat hati-hati di buat karena kulit bayi sangat sensitif. Popok harus nyaman, bahan yang di gunakan harus sangat lembut, berpori, dan berdaya serap tinggi. Teknologi terbaik saat ini berada di Jepang, Tuan," jawab Bella.

Bella mengira pertanyaan Alvin berhubungan dengan produk baru yang akan di luncurkan perusahaan K&B Grup atau anak cabang yang akan didirikan seperti produk popok bayi yang berhubungan dengan pertanyaan Alvin dan juga Baby Sitter.

"Jangan bertele-tele, aku bertanya tentang bagaimana cara menangani bayi yang mengompol, melepaskan popok, dan hal tentang bayi yang mengompol bukan untuk mendirikan perusahaan popok," maki Alvin.

Alvin sangat emosi mendapat jawaban Bella yang tidak berhubungan dengan maksud pertanyaannya.

Alvin menghela nafas, melihat-lihat popok yang di kenakan Bagas tidak begitu layak. "Berdaya serap tinggi apanya? apa memang aku harus mendirikan perusahaan popok?"

Bella segera mengetik ulang di laptopnya mencari hal yang di maksud oleh Alvin. Dia kemudian mulai menjelaskan dan membimbing Alvin sesuai dengan petunjuk hasil pencarian di laptopnya.

Alvin dengan susah payah menangani Bagas yang mengompol sesuai dengan petunjuk Bella yang sangat rumit baginya. Sesekali dia juga akan marah karena penjelasan Bella sangat berbelit dan tidak sesuai dengan penjelasan yang diinginkan olehnya.

Seorang Presiden Direktur sepertinya terpaksa harus menangani hal yang membuatnya sangat jijik dan menggelikan. Jika saja dunia tahu, dia mungkin akan mengurung dirinya selama berhari-hari karena telah melakukan hal yang begitu memalukan baginya yaitu menangani bayi yang mengompol.

"Kenapa Bi Rahmi lama sekali?" gerutu Alvin.

Alvin mondar-mandir di depan rumah menggendong Bagas yang sudah di bersihkan. Dia menunggu Bi Rahmi pulang membawa popok dan pakaian untuk Bagas.

Tidak berapa lama, Bi Rahmi pulang dengan membawa berbagai perlengkapan untuk Bagas. Alvin kemudian menyuruh Bi Rahmi mengenakan popok dan pakaian untuk Bagas.

Bi Rahmi yang tidak bisa melakukan perintah Alvin, meminta di pandu oleh Alvin. Alvin dengan sedikit jengkel memandu Bi Rahmi sambil menatap layar handphone miliknya. Bi Rahmi dan Alvin sangat hati-hati tidak ingin tubuh mungil dan lemah Bagas kenapa-napa karena kesalahan Mereka.

Seharian itu, Alvin di buat sangat kesal dengan Bagas. Baby Sitter yang datang juga tidak dapat membuatnya puas. Dia sudah menelpon Bella berulang kali untuk mengganti Baby Sitter, tetapi Bagas tetap saja terus menangis, Bagas tidak mau dengan yang lain kecuali Alvin.

Alvin terpaksa harus merawat dan terus bersama Bagas. Dia juga berbagi kamar tidur dengan Bagas. "Bagas ... Kamu tidur yang pulas yah! jangan mengompol! Aku sudah sangat lelah olehmu."

Alvin memandangi Bagas di tempat tidurnya. Tidak berapa lama, mereka berdua tertidur pulas.

Keesokkan harinya.

Alvin kembali tidak masuk ke kantornya. Dia bekerja dari rumah dan sesekali akan ditelpon oleh Bella jika ada hal yang mendesak.

Alvin berada di ruangan kerja pribadinya bersama Bagas yang dia dudukkan di sofa. Dia tampak melamun memikirkan hal yang membuatnya merasa sangat aneh yaitu dapat tidur sangat pulas pada malam hari.

Tok

Tok

Tok

"Masuk Bi, tidak di kunci," teriak Alvin mengira Bi Rahmi akan membawakan camilan untuknya dan camilan Bayi untuk Bagas.

"Tuan Alvin, Tuan besar dan Nyonya besar datang ke sini," ucap Bi Rahmi setelah memasuki ruangan kerja Alvin.

"Apa?" sentak Alvin kaget dan mulai panik, "Bibi, rawat Bagas sebentar, aku akan menemui mereka, jangan biarkan Bagas menangis!"

Bi Rahmi mendekati Bagas yang sedang bermain mainan yang dibelikan olehnya kemarin. Bagas tidak menyadari jika Alvin keluar dari ruangan itu, Bi Rahmi mencoba mengalihkan perhatian Bagas dan terus mengajaknya bermain.

"Kenapa Ayah dan Ibu datang kemari?" gumam Alvin sambil melangkah menuruni anak tangga.

"Alvin … kenapa kamu tidak masuk kantor? Kami berdua ke sana dan kamu tidak berada di sana. Apa kamu sudah malas bekerja, hah?" Bu Karina mengomeli Alvin.

"Tidak ada apa-apa Bu, Alvin hanya sedikit tidak enak badan. Lagian, Alvin juga bekerja dari rumah," jawab Alvin kemudian duduk di depan Ayah dan Ibunya.

"Sudahlah, tidak perlu mengomel mamih sayang! itu bukan tujuan kita datang kemari. Selama Alvin tidak melalaikan pekerjaannya tidak perlu di permasalahkan," ucap Pak Jaya menengahi.

"Memangnya apa tujuan Ayah dan Ibu?" Alvin mulai sedikit curiga melihat gelagat kedua orangtuanya.

"Kami akan menjodohkanmu dengan Nanda, Kali ini kamu tidak boleh menolak! Kamu sudah berusia 28 tahun, ayah Nanda juga terus mendesak Papih," terang Bu Karina.

Nanda merupakan putri dari rekan bisnis Pak Jaya dan sudah menyukai Alvin sangat lama.

"Tidak Yah, Bu ... Alvin tidak mau menikah dengan gadis itu. Berapa kalipun Ayah dan Ibu membahas perjodohan Alvin dengan Nanda, Alvin akan terus menolaknya," Alvin dengan tegas menolak Ayah dan Ibunya.

"Kali ini Ayah serius. Kamu harus mau atau Ayah Nanda akan membatalkan kontrak kerjasama dengan perusahaan kita," ujar Pak Jaya mencoba membujuk Alvin.

"Alvin akan mencari perusahaan lain untuk beker..., " Alvin mengerutkan kening, menghentikan ucapannya mendengar Bagas yang menangis kencang.

Oak

Oak

Oak

Bu Karina dan Pak Jaya tersentak kaget mendengar tangisan Bayi dari lantai dua. "Alvin ... Bayi siapa itu?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status