Aku tahu kalau Tatsuya yang mengetahui sejarah perasaanku pada Evan bukanlah pilihan yang baik. Selama tiga hari berturut-turut, Tatsuya selalu membahas dan bertanya tentang awal mula aku berkenalan dengan Evan, hingga apa yang membuatku jatuh cinta kepada lelaki itu.
Tatsuya sebenarnya cukup menghargai bagaimana perasaanku kepada Evan, hingga dirinya mendengar ba
Ajakan Deril untuk menjalin hubungan membuatku berada dalam kebimbangan yang amat besar. Apalagi lelaki itu aktif membangun komunikasi tanpa menyinggung masalah jawabanku.Aku memang memberinya waktu selama seminggu untuk memikirkannya. Bukan hanya tentang isi hatiku yang apakah siap menerima Deril sebagai kekasihku, tetapi apakah kami benar-benar mampu menjaga hu
Setelah jam istirahat tiba, aku segera beranjak dari kantor untuk pergi mencari kado untuk Mbak Siska seperti permintaan Evan. Padahal rencanaku sebelumnya adalah makan siang dengan Tatsuya untuk mendengar lebih lanjut tentang kepindahan lelaki itu. Pindah ke Prancis? Berarti Tatsuya akan mengunjungi salah satu kota paling romantis di dunia, yaitu Paris.Aku menuj
Sejak terbangun subuh tadi, aku belum merasakan rasa kantuk. Padahal semalam tidurku juga tidak nyenyak. Apalagi kalau bukan kejadian di mobil Evan."Bagaimana aku bisa bertemu dengannya?"
Makan malam yang harusnya menjadi kesempatan diriku untuk mendengar penjelasan Evan, malah tidak tercapai karena lelaki itu buru-buru pulang setelah mendengar kabar Karin yang sakit demam."Membenarkan kabar perceraiannya, lalu pergi begitu saja?" gumamku mengingat kejadian semalam. Aku bahkan mendengkus pelan, merasa bahwa seolah Evan mempermainkanku.
Menghabiskan dua hari di Yogyakarta, tak lantas membuatku dapat bernostalgia dengan bahagia. Selama waktu itu, aku selalu bertemu dengan Deril. Menguatkan lelaki itu sebisa mungkin.Namun sesekali Evan juga mengirimkan pesan kepadaku terkait pekerjaan, padahal jika kutelisik lebih dalam lagi, pria itu hanya ingin menjalin komunikasi. Salah satunya adalah meminta laporan dari setiap divisi dengan formal digital. Padahal Evan bisa m
Mendapat jatah libur seminggu membuatku memutuskan untuk pulang ke Bandung. Bertemu dengan kedua orang tuaku setelah lama kami tak saling berjumpa. Terakhir kali adalah ketika aku masih berada di Yogyakarta, meski begitu komunikasi kami tetap lancar.Aku pergi ke Bandung tanpa memberitahu siapapun. Bagiku rehat dari pekerjaan dan pemikiran tentang Evan juga Deril mungkin akan membuatku sedikit merasakan kedamaian. Kuharap begitu.
Aku dan Evan telah berterus terang akan perasaan kami masing-masing. Meski aku sendiri belum tahu, sebenarnya kami ini apa? Masih sebatas atasan dan bawahannya, atau lebih dari itu?Selain itu, aku juga masih memiliki urusan yang harus aku selesaikan dengan Deril. Mengingat lelaki itu saat ini ada di Jakarta. Ini salah satu bukan hal yang mudah juga bagiku, karena
Setelah ayah dan ibu mendengar kabar tentang kebakaran yang terjadi di indekos, mereka berniat datang ke Jakarta. Namun dengan cepat aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan sementara menginap di tempat Ruri. Padahal saat ini aku masih berada di dalam apartemen Evan.Sudah dua malam aku menginap di sana, meski aku selalu berkata agar ke tempat Ruri saja. Bagaimanapun aku masih sedikit canggung jika harus tinggal di tempat lelaki itu. Padahal Evan sendiri menginap di rumahnya yang lain."Kurasa kita perlu berbelanja lagi," ujar Evan yang datang pagi ini.Aku terpaksa mengambil cuti bekerja, karena masih harus memutar otak, memikirkan tempat tingga