Share

Be My Queen
Be My Queen
Author: Steffy Hans

Prolog

Pagi ini, hari yang spesial untuk Greta. Pasalnya, dia akan memulai hari pertamanya bekerja sebagai sekretaris di AH Group, cabang perusahaan properti terbesar di Los Angeles. Untuk itu, dia sudah bangun lebih awal dari biasanya supaya semuanya bisa disiapkan dengan baik. Mulai dari merapikan kamar, membuat sarapan, hingga menyiapkan setelan kantor dan sepatu heels yang akan dia pakai untuk pagi ini.

Selesai dengan rutinitas harian, Greta buru-buru mandi dan memoles wajahnya dengan alat make up seadanya di depan meja rias. Bibirnya yang sudah terpoles lipstik tersenyum di depan cermin rias saat teringat percakapan terakhir di telepon semalam bersama Miley, teman kuliahnya dulu.

"Aku ingatkan lagi ya, Gre. Perhatikan penampilanmu besok. Gunakan juga pakaian terbaikmu. Aku tidak mau kau dipecat di hari pertama, apalagi Mr. Herwingson itu tipe yang disiplin, tegas, dan perfeksionis."

Temannya itu memang sangat perhatian dan peduli dengannya. Sejak pertama kali menginjakkan kaki di Los Angeles, Miley adalah satu-satunya orang yang dia kenal. Itu pun mereka tidak sengaja bertemu saat Greta sedang putus asa mencari keberadaan Mark Squest, kekasihnya yang pergi tanpa kabar sampai detik ini. Miley pun menyarankan agar Greta bekerja untuk bertahan hidup sampai dia bisa bertemu dengan Mark. Sangat kebetulan, di perusahaan tempat dia bekerja ada lowongan kerja sebagai sekretaris. Saran Miley langsung diterima Greta tanpa pikir panjang.

Greta menatap lurus ke cermin melihat penampilannya sendiri. Senyumnya kian mengembang. "Perfect. Mr. Herwingson pasti akan terpesona dengan penampilanku."

Sebuah pesan singkat baru saja terkirim ke ponselnya. Tatapannya beralih untuk melihat pesan tersebut.

"Miley?" Ternyata, temannya yang mengirim pesan itu. Senyumnya memudar kala membaca isi pesan tersebut. Dia mendesah pelan. Miley harus datang lebih awal karena harus menyiapkan laporan untuk rapat dadakan bersama atasannya dan tidak bisa menjemput Greta.

"Mau tidak mau, aku harus berangkat sendiri tanpa Miley."

Greta bergegas memasukkan beberapa alat make up ke tasnya, lalu keluar dari apartemennya. Sayangnya, niat untuk datang lebih awal terhambat saat taksi yang ditumpanginya berhenti di pertengahan jalan. Salah satu ban taksi itu bocor. Dia pun bingung harus berbuat apa, sedangkan waktu terus bergulir semakin cepat.

Tidak ada pilihan lain.

Untuk mempersingkat waktu, Greta memutuskan berjalan kaki sambil sesekali menoleh  ke belakang, apakah ada taksi yang lewat atau tidak. Dia berharap di dalam hati agar tidak datang terlambat di hari pertama bekerja.

Karena semalam hujan turun sangat lebat, banyak genangan air di pinggir jalan. Dia pun melangkah dengan hati-hati agar pakaiannya tidak kotor. Tiba-tiba, ada sebuah mobil sport merah melaju sangat cepat dari arah belakang sehingga tidak sengaja mencipratkan genangan air ke pakaiannya. 

Greta memekik kaget saat melihat sebagian pakaiannya kotor. Dia mengumpat kesal ke arah mobil merah yang sudah bergerak jauh. "Gara-gara mobil itu, penampilanku jadi tidak sempurna lagi. Bagaimana ini? Mau pulang untuk ganti baju sudah tidak ada waktu lagi."

Seketika, sebuah taksi lain berhenti untuk menawarkan tumpangan. Greta bergegas naik dan melupakan sejenak pakaiannya yang kotor itu.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status