Share

BMQ - 1

"Sebentar lagi, Mr. Herwingson, pimpinan kita dari kantor pusat akan datang. Saya harap kalian memberi sambutan terbaik untuknya." Ryan—asisten pribadi Arnold—memberi tahu kepada para direksi dan pegawai yang berdiri rapi di kedua sisi pintu utama. Mereka sudah siap sejak lima belas menit yang lalu.

Saat mobil sport berwarna merah berhenti di depan cabang AH Group, Ryan bergegas menghampiri mobil tersebut. Tanpa melihat pun, Ryan sudah tahu siapa yang berada di balik kemudi.

Pintu mobil terbuka otomatis ke atas. Seorang pria keluar dengan setelan kantor yang sangat rapi. Meski memakai kacamata hitam, aura ketampanannya tetap terpancar kuat hingga membuat belasan pasang mata para pegawai yang dominan perempuan berdecak kagum. Ini bukan pertama kalinya pria itu datang mengunjungi cabang perusahaannya. Namun, mereka tetap saja terpesona dengan ketampanan atasan mereka.

"Selamat datang, Sir," sambut Ryan dengan membungkuk sebagai tanda hormat.

Dia adalah Arnold Herwingson, pemilik perusahaan AH Group, perusahaan real estate yang berpusat di Spanyol dan sudah memiliki cabang di beberapa negara lainnya di benua Amerika, termasuk Los Angeles.

"Terima kasih sambutannya, Ryan," jawab Arnold dengan senyum. Inilah yang dikagumi para pegawainya.

Greta turun dari taksi. Dia terperangah melihat gedung bertingkat yang bertuliskan AH Group begitu megah. Dia tidak menyangka akan bekerja sebagai sekretaris di sana, meski semua yang terjadi di luar rencananya.

Ini hanya sementara. Setelah aku menemukan keberadaan Mark, aku akan mengundurkan diri dari perusahaan ini.

Usai menengadah ke gedung itu, Greta melanjutkan langkah menuju pintu utama. Tiba-tiba, langkahnya kian pelan saat melihat keramaian di sana. Matanya terbelalak dan mulutnya sedikit terbuka. Jantungnya seketika berdetak kencang.

"Apa itu pimpinan pusat yang dimaksud Miley? Dia sudah datang. Aku harus bagaimana?"

Greta berusaha mencari cara bisa masuk tanpa ada orang yang melihatnya. Secara kebetulan, seorang office boy berjalan melewati Greta sambil mendorong peralatan kebersihan ke arah belakang kantor. Dia langsung menemukan ide. Dia mengikuti langkah office boy dengan mengendap-endap dari belakang. Setelah sampai di dalam, dia bergegas mencari toilet. Namun, dia tidak menemukan satu pun toilet meski sudah berjalan ke sana kemari.

"Gara-gara mobil merah tadi, aku harus mengalami kesialan ini!" Greta bersandar di dinding seraya menetralkan napas yang terengah-engah. "Kantor ini luas sekali. Aku tidak tahu harus mencari toilet di mana lagi."

Akhirnya, Greta menyerah setelah lelah berkeliling. Dia menanyakan kepada salah satu pegawai yang lewat. Setelah mendapat arah, dia melangkah cepat menuju toilet. Untung saja, keadaan di dalam sangat sepi sehingga tidak ada yang melihatnya. Dia mencoba membersihkan noda di pakaiannya dengan air. Dia pikir cara itu efektif bisa menghilangkan noda. Kenyataannya, semua usahanya sia-sia. Penampilannya jadi semakin terlihat buruk.

Greta menggertakkan gigi sambil menatap pantulan dirinya di depan cermin. "Kalau nanti aku bertemu dengan mobil itu lagi, akan aku rusaki mobil itu! Lebih bagus lagi jika aku bisa bertemu dengan pemilik mobil itu. Aku akan memarahinya atau mungkin menghukumnya!"

Tak lama kemudian, beberapa derap langkah kaki yang melewati toilet itu mengganggu kegiatannya.

"Gawat! Sepertinya, pimpinan pusat akan sampai di ruangannya. Bagaimana jika dia melihat sekretaris barunya tidak ada di tempat? Aku bisa dipecat! Aku harus segera keluar sebelum dia sampai." Greta menatap nanar pakaiannya. "Semoga saja pimpinan pusat itu tidak memperhatikan pakaianku."

Ketika pintu lift terbuka, Ryan mengekori langkah Arnold menuju ruangan CEO yang terletak di sudut lantai teratas ini.

"Ryan, apa kau sudah menyiapkan seorang sekretaris selama aku di sini?"

"Sudah, Sir. Semua keperluan Anda selama di sini juga sudah saya siapkan sesuai keinginan Anda."

"Aku percaya dengan kinerjamu, Ryan. Oleh karena itu, aku sangat memercayaimu dalam melakukan sesuatu. Aku yakin sekretaris yang kaupilih pasti sangat berkompeten dan bisa diandalkan."

"Terima kasih, Sir." Seharusnya, Ryan bangga mendapat pujian dari Arnold. Namun, hatinya gelisah memikirkan sekretaris baru yang dipilihnya kemarin. Semoga dia benar-benar bisa diandalkan. Jika tidak, aku pasti akan dimarahi dan dipecat Mr. Herwingson.

Ketika melihat dua orang pria yang berjalan ke arahnya, Greta merapikan rambutnya cepat-cepat dan berpura-pura menyiapkan tugasnya sebagai seorang sekretaris. Dia mencoba mencari pena di dalam laci meja. Saat membuka laci pertama, dia menemukan beberapa map dan alat tulis yang lengkap. Dia tidak tahu isi map itu, tetapi dia keluarkan semuanya dan sebuah pena. Namun, pena itu justru terlepas dari tangannya dan terjatuh ke lantai.

Saat akan mengambilnya, Greta melihat dari bawah mejanya ada dua pasang sepatu berwarna hitam mengkilap berjalan melewati mejanya. Matanya membulat. Saat akan berdiri, kepalanya terbentur meja. Dia merintih kesakitan sembari memegang kepalanya.

Arnold dan Ryan menghentikan langkahnya ketika mendengar suara Greta. Greta merasa malu dengan kecerobohannya tadi. Arnold menatapnya datar, sedangkan Ryan menatapnya tajam. Greta segera berdiri, lalu menunduk. "Selamat pagi, Sir."

Arnold mengangguk kecil. "Pagi." Kemudian, dia masuk ke ruangannya. Greta menoleh ke arah pintu yang sudah tertutup, lalu duduk dan menghela napas lega.

"Untung saja, ada yang memberitahuku letak ruangan CEO sehingga aku bisa tepat waktu berada di sini." Greta menggosok-gosok kepalanya karena terbentur tadi. "Aku tidak akan pernah melupakan kejadian hari ini. Benar-benar membuatku dalam masalah!"

Semenit kemudian, Ryan keluar dari ruangan Arnold dan memberi tahu Greta bahwa Arnold memanggilnya.

"Baik, Sir." Greta beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan ke ruangan Arnold. Baru saja dia akan mengetuk pintu, pintu itu terbuka otomatis. Greta berdecak kagum melihat kecanggihan pintu itu. Saat dia masuk, pintu itu pun tertutup otomatis.

Greta berdiri di depan meja Arnold. "Anda memanggil saya, Sir?"

Arnold bersandar di punggung kursi seraya menatap Greta datar. "Jadi, kau yang akan menjadi sekretarisku?"

"Benar, Sir." Jantung Greta berdegup tidak karuan. Kedua tangannya yang berada di samping badan, meremas-remas roknya.

"Apa namamu?"

"Nama saya Greta Monica, Sir."

"Apa kau pernah bekerja sebagai sekretaris sebelumnya?"

Greta menggeleng pelan. "Belum pernah, Sir. Ini pertama kalinya saya bekerja sebagai sekretaris."

Hening sesaat. Arnold membaca satu per satu biodata yang terlampir di surat lamaran kerja milik Greta. Alisnya terangkat sebelah. "Kau dari Finlandia? Jauh-jauh datang ke Los Angeles untuk bekerja?"

Greta tergagap. Matanya bergerak gelisah. "Benar, Sir." Dia terpaksa berbohong meski sebenarnya bukan itu tujuan utama dia datang ke Los Angeles.

"Kau pasti sudah tahu Ryan, 'kan? Dia adalah asistenku. Dia yang akan menjelaskan apa saja tugasmu nanti. Saya harap kau bisa melakukan semua tugasmu dengan baik. Saya tidak suka pegawai yang ceroboh, tidak disiplin, dan," Arnold menegakkan tubuhnya, "berpakaian kotor."

Greta membelalakkan matanya. Dia menelan salivanya. Badannya merinding seketika. Inilah yang dicemasnya sejak di toilet tadi. Apa aku akan dipecat? Ah, benar-benar memalukan jika itu memang terjadi di hari pertamaku bekerja!

"Untuk hari ini, saya maafkan. Namun, untuk lain hari, saya akan menghukummu supaya besok dan seterusnya kau terbiasa untuk menggunakan pakaian yang bersih. Kau paham?"

Greta tertegun dengan pernyataan Arnold. menatap pakaiannya yang terlihat sedikit basah dan masih ada bekas noda. Dia merasa tersindir oleh penuturan Arnold. Gadis itu tersenyum paksa. "Baik, Sir."

"Kau bisa kembali ke mejamu. Sebentar lagi, Ryan akan memberitahu tugas-tugasmu."

Greta pamit undur diri, lalu bergegas meninggalkan ruangan Arnold. Dia menghela napas lega. "Syukurlah, aku tidak jadi dipecat. Ternyata, Mr. Herwingson itu tidak seperti yang aku pikirkan. Dia baik dan bijak."

"Bisa kita mulai sekarang, Greta?" Ryan mendekati meja Greta.

Mata Greta membulat saat melihat setumpuk map yang dibawa Ryan. Apa lagi ini? Aku harus mengerjakan semuanya?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status