Seorang pria dengan pakaian perlente saat ini sedang berdiri bersama para jajaran pria-pria kaya yang sama sekali tidak pernah kekurangan uang dalam hidup mereka. Tapi sayangnya kehadiran pria itu tidak lain hanya menjadi sebuah parasit, yang tidak pernah diinginkan.
Alex—pria itu bernama Alex. Dia adalah pria kelas bawah yang berada diantara mereka, manusia yang bergelimang harta.
Dengan begitu pintar Alex bergaul, menunjukkan sebuah kualitas kelas atas untuk menutupi dari mana ia berasal. Sampai akhirnya, saat mereka sadar jika Alex hanya sebuah parasit, maka semua sudah terlambat.
“Aku sudah menjarah semua isi dompet dan tas milik pria kaya itu, hahah...” ia tertawa karena malam ini begitu beruntung, uang yang ia dapatkan alangkah begitu banyak. Lantas Alex melempar tas dan dompet itu kesembarang arah.
Katakan saja jika saat ini Alex selalu beruntung. Dari mereka yang sudah ia ambil harta bendanya, sama sekali tidak pernah mengusut sa
“Hallo?”“Dimana kau?”“Aku sudah mengatakan jika aku akan pulang pada pelayan setiamu. Aku kira dia akan menyampaikannya padamu,” suara Dante begitu santai, seakan ia sedang berada dalam hati yang gembira, berbanding terbalik dengan Gerardo yang saat ini seperti benang kusut dan belum menemukan titik untuk bisa kembali sesuai dengan keinginannya.“Jam dua siang aku tunggu di Mansion!”“Tapi Ger...”Tuttt....Panggilan itu diputus secara sepihak, tentu saja Gerardo yang melakukan hal itu. Jika dulu ada dua orang yang bisa Ia andalkan—Teo dan Dante, sekarang ia hanya memiliki Dante.Banyak anak buah yang bisa Ia jadikan orang kepercayaannya, tapi sangat sulit untuk bisa percaya pada mereka. Bahkan Teo, yang sudah jelas lama bersamanya ternyata adalah mata-mata dan bodohnya Gerardo tidak pernah tahu hal itu.“Tuan, kita akan kemana?”“Kemba
Gerardo terus saja menghentak inti tubuhnya. Ia sama sekali tidak peduli dengan Rae yang saat ini sama sekali tidak merespon dan terus berusaha untuk menunjukkan jika ia kuat, bagaimanapun Gerardo memperlakukannya.“Aku akan membuatmu mengerti! Aku sudah memberi sebuah kesempatan untuk bisa bebas dari tempat ini,” katanya dengan tersengal.“Tapi kau memilih untuk tetap di sini bersama ku!”“A-aku tidak akan menyerah!” balasnya dengan berani, Rae sudah tidak bisa merasakan lagi menahan dirinya, sebaik apa pun ia bertahan lelah dan perih pada bagian inti tubuhnya mulai terasa.“Tidak ada kesempatan kedua! Mulai detik ini kau sudah kehilangan hak atas hidupmu sendiri. Kau adalah budak ku!!” tegasnya dengan mendorong tubuhnya untuk semakin menyatu dengan Rae.Rae mencengkram kain di bawahnya dengan kuat saat Gerardo mendesaknya semakin dalam dan menumpahkan semua benih-benihnya.Selesai menuntaskan
Dante mulai mengeluarkan stetoskop dan pengukur tekanan darah. Ia memeriksa semuanya dengan begitu lembut dan terliti. Keningnya sedikit berkerut saat ia melihat tanda kepemilikan di leher Rae. Bukan hanya satu atau dua, tapi cukup banyak. Itu artinya beberapa saat lalu mereka baru saja selesai bercinta. Ia mulai memeriksa semua secara keseluruhan, dan yang terakhir adalah pada bagian perut. Dante tersenyum miris, karena sepertinya Rae tidak bisa menjaga dirinya dan makan dengan baik selama ada ditempat ini. Dante mulai menyapkan perlatan infus dan menyiapkan beberapa obat, kemudian memasang infus itu dengan lincah hanya dengan satu kali percobaan. “Apa yang terjadi padanya?” tanya Gerardo, sesaat setelah Dante selesai memasangkan infus ditangan kiri Rae. “Boleh aku bertanya?” “Ck! Jangan bersikap seperti kau seorang dokter yang ada di rumah sakit,” cibir Gerard. “Jangan lupa dimana kau berada saat ini.” Dante hanya terkekeh mendengar itu. Mem
Beberapa jam berlalu, Rae masih belum sadarkan diri dan tentu saja Gerardo terus memantau kondisi istrinya itu secara langsung, kakinya terasa berat saat Ia ingin melangkah keluar hanya sekedar untuk menyegarkan diri.“Kenapa dia belum sadar juga, apa mungkin terjadi sesuatu?” gumamnya pelan.Gerardo berniat untuk memeriksa, tapi saat tangan kekar itu baru saja terulur, tiba-tiba kelopak mata Rae terbuka dan menatap tajam dari jarak yang begitu dekat.“Apa yang kau lakukan di sini? Apa belum cukup bagimu melakukan itu padaku?” Rae bertanya dengan penuh kekesalan, tapi ia memang tidak berdaya saat ini.“Aku sudah menolongmu! Jadi seperti ini balasan mu padaku, Nona Catalina?” Gerardo kembali menunjukkan egonya yang sangat tinggi di hadapan Rae. Alih-alih meminta maaf, pria itu justru ingin menunjukkan jika dirinya begitu berjasa.Rae tersenyum sinis, “Menjaga keselamatan ku adalah tugas mu, bukan? Jadi janga
Melihat Rae yang sudah semkain pucat, Gerardo tidak bisa berpikir dengan baik. Ia terus mengutuk siapa saja yang sudah ceroboh atau bahkan sengaja membuat istrinya seperti ini.“Bagaimana?” tanya Gerardo dengan wajah pucat.“Aku sudah berusaha, tapi sepertinya racun ini sudah menyebar. Hanya saja tanda vital semua normal, bahkan detak jantung sama sekali tidak mengalami penurunan,” jelas Dante.“Lebih baik kita ke rumah sakit sekarang.”Tanpa berpikir panjang, Gerardo segera menggendong Rae. Infus sengaja Dante matikan. Hal ini benar-benar di luar dugaan, karena selama Dante tinggal di tempat ini sama sekali tidak pernah terjadi hal seperti ini. Bahkan mereka rela mencoba semua makanan di hadapan Gerardo, sebelum makanan itu masuk ke mulut Tuan mereka.Dante langsung mengambil alih kemudi, sedangkan Gerardo duduk di kursi penumpang dengan memeluk Rae. Menatapnya penuh cinta, bahkan sesekali menepuk pipi Rae agar
Semua wanita yang ada di paviliun saat ini sedang berkumpul, atau lebih tepatnya sengaja dikumpulkan atas peritah Gerardo dalam satu ruangan khusus.Beberapa dari wanita yang menganggap dirinya adalah kesayangan Gerardo merasa tidak terima dengan perlakuan kasar yang mereka terima. Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba mereka harus berkumpul seperti ini.“Pelayan!”Seorang pelayan lari tergopoh, mendekati Sky yang saat ini sedang berkacak pinggang dan menatapnya.“Iya, Nona, ada yang bisa saya bantu?” pelayan itu menunduk, meskipun dalam hati ia mengumpat atas pada sifat sombong Sky.“Di mana Gerardo? Katakan padanya jika aku tidak suka diperlakukan seperti ini!” Sky merengek, layaknya anak kecil yang permennya di ambil orang.“Maaf, Nona Sky, tapi saya tidak bisa menyampaikan pesan anda. Selain karena Tuan tidak ada di tempatnya, saya juga tidak bisa keluar dari ruangan ini kecuali mendapat pa
Aldric berjalan dalam kemarahan dan ketidakberdayaannya. Ingin rasanya ia membawa serta sang adik bersamanya, tapi kenyataan yang Gerardo katakan membuat hatinya terluka.Dengan susah payah, Al berusaha untuk meyakinkan diri jika semua yang pria itu katakan adalah sebuah kebohongan. Tapi ternyata, adiknya sendiri sama keras kepala seperti dirinya. Sungguh, Al ingin murka pada Ed, karena dendam masa lalu, kini adiknya terpaksa terkurung bersama pria itu.Aldric benar-benar tidak pernah rela.“Apa yang terjadi, Al? Apa adikmu baik-baik saja?” Ed yang terbaring berusaha untuk bangun, rasa khawatir jelas terlihat di wajahnya.Aldric enggan menjawab, putra sulungnya itu melangkah pergi begitu saja tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Namun Teo memilih untuk diam, dan mendekati ranjang Eduardo.“Dia baik, Paman,” jelas Teo dengan senyum merekah. “Hanya saja saat kami datang, Rae baru saja meminum obat, jadi dia tertidur pula
Hari sudah berganti, keadaan Mansion masih saja sama. Semua orang dicurigai menjadi otak dibalik keracunannya Rae. Tidak pernah sekali pun hal seperti ini terjadi, bahkan jika memang orang dalam yang melakukan ini maka ia harus berpikir puluhan kali untuk melakukan itu.“Bagaimana, apa sudah ada titik temu?” suara berat milik Gerardo membuat Dante tersenyum getir.“Sepertinya orang itu sudah merencanakan ini dengan baik. Tapi aku yakin, kita pasti akan menemukan siapa pelakunya.”“Orang itu tidak boleh lepas dengan mudah, Dante!”“Aku akan berusaha.”Panggilan terputus, Gerardo kembali masuk dan menemui Rae yang sudah sadarkan diri. Setelah kedatangan Eduardo, tubuh Rae kembali memberikan respon terhadap sentuhan alat medis. Lebih luar biasa lagi saat masuk, Gerardo melihat Rae sudah duduk dengan menatapnya sinis.Sekarang, Gerardo kembali dikejutkan oleh istrinya itu. Rae sudah berdiri di depa