Share

Beda Usia, Beda Usaha
Beda Usia, Beda Usaha
Penulis: Alma Varda

001 - Adinda

Ada banyak hal mengenai akhir dari hubunganku dengan Gani yang masih belum bisa aku ceritakan secara jelas kepada kedua teman baikku saat ini. Bukan karena aku tidak bisa mempercayai Salma dan Kartika, tapi kondisi pikiran dan hatiku sampai detik ini masih berantakan, sampai aku sendiri pun bingung harus menjelaskan kepada mereka dari mana, dan bagaimana aku bisa putus dengan mantan pacarku tersebut.

“Din?” Salma berusaha menyela diamku. “Jadi gimana lo sama Gani?” Dan dia mengulang pertanyaan yang sama untuk yang ketiga kalinya, karena aku belum memberikan jawaban selain ‘ya, gitu’.

“Gue bingung mesti cerita ke kalian dari mana…” Jawabku pelan sambil menatap ke arah langit-langit apartemenku.

“Gimana kalo lo coba ungkapin, apa aja yang sekarang lagi ada di pikiran sama hati lo?” Saran Kartika.

Aku terdiam dan merenung sejenak. Hal pertama yang saat ini bisa aku ungkapkan adalah pikiran dan hatiku yang sedang kacau, terlalu banyak, rancu, dan berdesakkan. Sampai aku sendiri pun bingung untuk memilih bagian mana yang harus aku ungkapkan terlebih dahulu.

Akan tetapi, aku tidak bisa hanya diam saja tanpa penjelasan secara terus-menerus. Salma dan Kartika sudah berusaha meluangkan pagi mereka untuk menemuiku, dan aku tidak ingin membuat usaha dan kehadiran mereka menjadi sia-sia.

“Jadi… gue udah resmi putus sama Gani…” Kataku setelah terdiam selama beberapa menit. Aku menyadari betapa tidak pentingnya pernyataanku barusan. Salma dan Kartika sebelumnya sudah aku kabari secara singkat melalui chat. Dan aku juga terpaksa harus membatalkan rencana kita bertiga untuk pergi bersama, karena aku butuh waktu untuk tenang dan memproses semuanya sendiri terlebih dahulu.

“Oke. Kita berdua udah tau hal itu. Trus, penyebab kalian bisa putus itu apa sebenernya?” Tanya Salma dengan tidak sabar.

Aku memandangi Salma dan Kartika secara bergantian. Entah mengapa, ketika mulutku hendak mengungkapkan penyebabnya, hatiku terasa begitu sesak dan bergetar. Bukan kata-kata yang akhirnya terucap, tetapi malah tangisku yang kemudian pecah.

Aku pikir, aku sudah bisa mengendalikan air mataku, setelah satu minggu aku menghabiskan waktu luangku hanya untuk menangis. Kenyataannya, hatiku masih terasa sakit. Sedihnya bahkan masih terasa sama persis ketika Gani mengucapkan kata putus untuk yang pertama dan yang terakhir kalinya.

Kartika langsung berpindah duduk di sisi kananku sambil menyerahkan tiga lembar tisu kepadaku. “Gue tau, ini pasti nggak mudah buat lo lalui…” Suara Kartika selembut tangan kirinya yang sedang mengelus punggungku ketika aku mengusap air mataku yang mengalir.

“Gue kangen sama Gani, Kar…” Kataku yang masih mengusap sisa tangisku.

“Lo berantem soal apaan sih sama Gani?” Salma berusaha menebak. Pertanyaan Salma tersebut membuatku teringat akan satu hal, bahwa aku dan Gani, bahkan hampir tidak pernah bertengkar. Kalaupun kita berdua punya masalah atau kesal terhadap satu sama lain, pertengkaran kita berdua tidak pernah sampai berlarut-larut atau berlebihan. Itu pun, paling maksimal adalah kita yang hanya saling beradu argumen, dan pasti langsung selesai.

Aku menggelengkan kepalaku secara pelan. “Kita nggak ada berantem sama sekali...”Aku kembali menatap ke arah langit-langit apartemenku. Pikiranku mengingat kembali pada kejadian beberapa hari yang lalu. “Jadi… gue tuh sempet ngebahas soal pernikahan ke Gani. Terus kita berdua ngobrolin tentang hubungan kita, masa depan kita, pokoknya banyak yang kita omongin... Dan sejak saat itu, gue jadi ngerasa Gani mulai jaga jarak aja sama gue...” Aku menghela nafas berat sekali. “Ya, gue sebagai pacar, bisa ngerasain kalo dia perlahan berubah. Gue ngerasa, dia tuh kayak lagi berusaha ngejauhin gue...” Aku kembali menatap Salma dan Kartika secara bergantian. “Terus, ya gitu... Puncaknya itu pas mendadak, Gani udah ngeberesin barang-barangnya tanpa sepengetahuan gue. Pas gue pulang dari kampus, dia ngajak gue bicara tentang banyak hal, yang intinya dia perlu waktu dan... dan akhirnya ya… dia yang minta putus…”

“Ini bukan karena Gani yang nggak mau tanggung jawab sama lo kan?” Salma terdengar sangat kesal, sambil menatapku ke arah perutku. “Lo nggak lagi hamil kan ya ini?” Kedua mata Salma berbolak-balik menatap ke arah wajah dan perutku secara bergantian.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Trifena FOA
Congrats for your first novel ...️ Semangat terus nulisnya .........
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status