Share

001b

Asumsi dari Salma barusan, cukup membuatku lumayan terkejut. “Enak aja ya! Gue nggak bego tau...”

“Lah terus, ngapain lo tiba-tiba bisa ngebahas soal pernikahan sama Gani?”

“Ya kan kita pacaran serius udah lama, Saaall... Wajar dong kalo gue kepengen tau, sebenernya hubungan kita itu mau dibawa ke arah yang mana. Lagian, gue juga nggak yang tiba-tiba ngebahas soal pernikahan ke Gani kok... Kita tuh sebenernya udah mulai bahas di awal-awal pacaran malah. Dan gue bahkan nggak pernah ngeburu-buru, atau maksa Gani buat nikahin gue. Gue tuh simply, cuma pengen nanya lagi aja, soal kejelasan hubungan kita itu bakalan kayak gimana nantinya.”

“Cuma gara-gara pembahasan itu, Gani minta putus sama lo?” Tanya Salma sekali lagi.

Aku mengangguk pelan. “Gani bilang, dia butuh waktu buat ngerenungin semuanya. Hidup dia, gue, hubungan kita…”

“Merenung harus banget ya, pake acara kalian udahan dulu segala?” Salma mendengus kesal, lalu menggelengkan kepalanya. Dia melipat kedua tangannya dan menyilangkan kakinya sambil menatapku. “Memangnya nggak bisa apa, dilakuin tanpa kalian harus putus?”

Aku terdiam sejenak karena Salma ada benarnya. Akan tetapi, aku juga bisa memahami, mengapa Gani memilih untuk mengakhiri hubungan kita terlebih dahulu. Tidak banyak orang yang mengetahui tentang latar belakang keluarga Gani. Tiga tahun pacaran membuatku tahu persis apa yang menjadi ketakutan dan kekhawatiran mantan kekasihku itu. Aku sangat paham bagaimana sedih dan terlukanya dia di masa kecilnya. Tapi tentu saja, aku tidak bisa menceritakan semuanya kepada Salma dan Kartika, karena ini ranahnya sudah terlalu pribadi.

“Ya, kayak yang gue bilang tadi. Dia itu butuh waktu buat sendiri... Dia itu tipe orang yang anggep pernikahan itu hal yang serius. Gani nggak mau sembarangan, apalagi sampe kawin cerai. Itu juga salah satu alasan kenapa gue setuju untuk putus…” Jawabanku tidak sepenuhnya kejujuran, namun aku juga sama sekali tidak berbohong.

Hening sejenak…

Aku memilih untuk berpura-pura sedang tidak menyadari apa pun, ketika Salma dan Kartika saling berkomunikasi lewat lirikan satu sama lain. Mungkin mereka menyadari bahwa aku tidak bisa menceritakan semuanya karena privasi Gani yang tetap ingin aku jaga. Atau mungkin juga, mereka sedang mengkomunikasikan suatu hal yang aku tidak pahami sama sekali.

“Selama kalian putus, Gani pernah ada ngehubungin lo nggak?” Tanya Kartika.

“Nggak pernah…” Jawabku sambil menggelengkan kepala dengan pelan.

“Kalo lo gimana?” Tanya Salma. “Lo pernah ngehubungin Gani?”

“Nggak pernah juga.”

Why?” Tanya Salma. “Tadi katanya kangen…”

“Ya kangen sih kangen, Sal… Tapi nggak gue juga dong, yang ngehubungin dia duluan. Kan Gani yang minta putus… Kalo gue yang maju, kesannya malah kayak gue dong, yang maksa dan ngejar dia banget buat nikahin gue.”

“Kalo sosmed gimana?” Tanya Salma lagi. “Lo memang nggak coba kepoin akunnya Gani?”

“Percuma. Nggak ada yang bisa dikepoin dari sosmednya Gani. Ige dia itu isinya portofolio kerjaan semua.”

“Gila, gila… Pasti ada yang nggak beres sih ini.” Keluh Salma yang kemudian mendengus kesal dan menyandarkan punggungnya ke sofa. Dia menatapku, lalu menatap Kartika. “Jalan sekarang aja yuk! Capek gue…”

Aku menatap Salma dan Kartika secara bergantian. “Kalian berdua mau pulang sekarang?”

Kartika tersenyum manis. “Gue yang pulang. Kalian berdua yang jalan.”

“Gue?” Tanyaku sambil menatap Kartika. “Nggak mau ah. Gue lagi pengen di rumah aja.”

“Eits! Nggak bisa.” Salma langsung duduk tegak sambil menatapku dengan serius. “Kita berdua udah kasih lo waktu buat sendiri. Dan itu udah lebih dari cukup ya, Dinda. Jadi hari ini, waktunya lo ngikut gue jalan.”

Komen (2)
goodnovel comment avatar
sweetie
semangat kak ...
goodnovel comment avatar
Irma_Asma
semangat Kak
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status