Share

002b

“Ini kenapa jadi kita yang malah lari dan sembunyi sih?” Protes Salma sambil terus mengawasi ke arah pintu kaca untuk memantau pergerakan Gani dan perempuan yang berjalan di sebelahnya tersebut. “Kan kita nggak punya salah apa pun, ngapain malah kita yang kayak takut ketemu Gani?”

“Gue…” Mendadak aku terdiam dan sadar, karena tidak seharusnya aku lari dan sembunyi seperti orang yang sedang ketakutan atau merasa bersalah. “Kalo kita… ikutin mereka diem-diem gitu gimana?” Tanyaku dengan intonasi ragu. “Aneh nggak menurut lo?”

Salma diam saja dan menatapku untuk beberapa detik. Dia kemudian bergegas dan meninggalkanku yang masih berdiri di belakangnya. “Buruan! Sebelum kita kehilangan jejak mereka.” Desisnya tegas.

Hatiku berdegup dengan sangat kencang. Langkahku harus kupercepat supaya bisa mengimbangi langkah kaki Salma, yang secara hati-hati mengikuti dua orang yang masih sibuk bercengkerama dan tertawa, sambil berjalan beberapa langkah di depan kita.

Dari belakang, aku bisa mengenali dengan sangat cepat dan mudah, bahwa punggung laki-laki yang sekarang lagi aku pandangi adalah punggung Gani. Akan tetapi, aku sama sekali tidak bisa mengenali punggung perempuan yang ada di sebelahnya.

+

Gue cukup kenal dengan dua adik perempuan Gani, dan beberapa anggota perempuan lainnya dari keluarga Gani… Apa mungkin dia sepupunya yang gue belum kenal ya? Atau mungkin sodara jauhnya yang gue belum pernah ketemu?

Tapi bisa aja kan, perempuan itu rekan kerja atau client... Kali aja mereka memang butuh meeting di mall...

+

Gani dan perempuan itu saling menatap dan tersenyum lebar. Mereka mendadak berpelukan secara romantis seperti sepasang kekasih. Langkahku pun mendadak harus aku hentikan karena aku tidak ingin ketahuan oleh Gani dan perempuan tersebut. Tanganku bergerak memegang lengan Salma supaya dia berhenti melangkah maju, dan lebih baik ikut bersembunyi denganku.

Jika Gani dan perempuan itu hanya butuh meeting masalah pekerjaan, bukankah seharusnya langkah kaki mereka tidak mengarah ke sebuah bioskop? Dan jika mereka berdua hanya sebatas hubungan kerja, bukankah tidak seharusnya lengan kiri perempuan itu ada di lingkar pinggang Gani? Dan tidak seharusnya juga, lengan kanan Gani ada di pundak perempuan itu.

Bahasa tubuh mereka bahkan terlalu intim untuk ukuran sebuah rekan kerja atau keluarga. Dan sejauh yang aku ketahui, Gani sama sekali tidak memiliki hubungan yang cukup dekat dan akrab dengan keluarganya. Jadi kemungkinan besar, perempuan itu sama sekali tidak memiliki hubungan darah dengan Gani.

Tidak lama kemudian, bibir Gani dan perempuan itu pun saling mengecup manja. Mereka tersenyum senang dan saling berpelukan kembali. Tubuhku mematung sambil terus memandang ke arah Gani dan perempuan itu. Rasanya seperti ada yang mencengkeram dadaku dengan sangat kuat hingga terasa sangat sakit dan sesak.

“Kalo lo mau nyamperin mereka, gue temenin.”

Aku mengacuhkan kata-kata dari Salma barusan. Kedua mataku mulai terasa sedikit basah. Dan sebelum air mataku tumpah, aku memilih untuk segera berbalik badan dan terus berjalan dengan cepat, menghindari keramaian.

Langkahku terhenti di salah satu bilik toilet umum, supaya aku bisa menangis tanpa harus khawatir menjadi tontonan banyak orang. Sebisa mungkin, aku tidak menimbulkan suara yang bisa didengar oleh beberapa perempuan yang ada di luar bilik. Itu lah mengapa, telapak tangan kananku juga ikut membantu untuk menutupi mulutku yang sedikit mengeluarkan suara ini.

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status