Enrico meringis, menahan rasa nyeri terutama dibagian kepalanya yang sudah di bebat kain putih yang melingkar setelah Ester membersihkan darahnya dan meneteskan ramuan obat disana.
Kini wanita penyihir itu tengah duduk dibelakang tubuh Enrico, menggunakan kedua tangannya untuk menyalurkan energinya melalui punggung pria itu.
"Saya tidak berharap tuan akan meminta maaf kepada saya."
"Memangnya siapa juga yang mau meminta maaf kepadamu," sentak Enrico kesal, lalu meringis lagi karena sakit.
Ester yang baru saja usai menyalurkan kekuatan energinya langsung mengatupkan bibirnya menjadi satu garis lurus, menahan diri untuk tidak mengumpat, menyumpah serapahi pria sialan yang kini bahkan bergantung antara sembuh dan tidak pada dirinya.
Andai saja Enrico bukan tangan kanan King Demon Zeus, Ester tentu tidak akan mau menolong pria bodoh yang sudah menuduhnya sebagai pengkhianat itu.
Flashback On.Hanna bergelayut manja pada tubuh king Darius, berulangkali mengecup bibir pria iblis itu ketika Darius melangkah keluar sembari menggendong tubuhnya dari arah depan."Hanna, berhentilah menggodaku atau aku tidak akan pergi dan lebih memilih untuk mengurungmu didalam kamar ini."Hanna tersenyum sembari menggigit bibir bawahnya sendiri, lalu segera turun dari gendongan King Darius. Hanna dengan sengaja mengusap perutnya yang membuncit, wanita itu lalu merajuk dengan bibir yang mengerucut."Tidak Daddy, Aku ingin buah perssik."King Darius berdehem, menahan kedutan samar di bibirnya, "Apa kau benar-benar mengidam? Kenapa harus buah perssik yang letaknya cukup jauh di atas bukit.""Daddy tidak mau. Yasudah kalau begitu. Aku akan memintanya pada king Demon Zeus.""Mana
"Hahahaha!"Suara tawa King Demon Zeus terdengar menggema didalam ruang kerja setelah kepergian Hera.Tubuh Jesselyn jatuh terjerembab ke atas lantai, dengan kedua tangan yang terikat rantai. Wanita itu tampak begitu kacau, dengan pakaian compang-camping dan wajah merah padam karena menahan amarah yang menggelegak di dalam dadanya.Zeus lalu muncul dari balik tembok, melipat kedua tangan di depan dada seraya melangkah perlahan kearah Jesselyn. Suara langkah kakinya terdengar menghentak diatas lantai yang dingin, berdiri tepat di depan Jessy yang masih tertunduk menatap lantai.Zeus segera mengambil posisi jongkok, menggunakan satu kaki untuk menopang tubuh, dan tangan kanan mengangkat dagu wanita itu."Kau lihat itu tadi. Ilusi," Zeus tersenyum miring, menatap hidung dan mulut Jesselyn yang telah mengeluarkan darah segar, "Kau dan Darius membuat ilusi untuk membodohi Enrico. L
Jesselyn berjalan dengan tubuh sempoyongan, berpegangangan pada pohon-pohon di dalam hutan karena tubuhnya terasa lemah tak bertenaga.Wanita itu terus memanggil nama King Darius, berharap pria iblis itu mendengar dan tahu apa yang tengah terjadi padanya.Jesselyn benar-benar terlihat sangat putus asa.Selain karena tubuhnya yang remuk redam akibat siksaan Zeus, semua rencana yang telah dia susun harus hancur begitu saja karena kecerobohannya sendiri.Dan semua itu lagi-lagi terjadi karena Zeus.Andai saja Jesselyn bisa memutar waktu, mungkin dikehidupan sebelumnya ketika ia masih menjadi Hanna, wanita itu lebih memilih untuk tidak mengenal King Demon Zeus sejak awal."Aku tidak bisa mati begitu saja. Aku harus membalaskan dendam lamaku."Jesselyn bahkan tidak sanggup untuk melangkah lebih jauh lagi. Tapi kekeraskepalaan dan tekadnya benar-benar membuat wanita
"Argh! Aku benci kalah!"King Darius tertawa keras, melihat Hera yang kembali berteriak lantang karena kekalahannya. Sesuai kesepakatan mereka, siapapun yang kalah harus melumuri wajah sendiri dengan lumpur becek."King Darius, bisakah kau mengalah padaku! Sekali saja, ya.ya.ya." Hera menyatukan kedua tangannya didepan dada, mengedipkan kedua matanya berkali-kali dengan bibir mencebik lucu.Tampaknya jurus itu kini sudah menjadi jurus andalan Hera untuk meluluhkan siapapun yang menjadi lawannya, tanpa terkecuali King Darius sekalipun.Dan dengan wajah penuh lumpurnya, bukannya terlihat lucu, King Darius malah tertawa semakin lantang sampai perutnya terasa keram karena wajah Hera yang justru terlihat aneh.Deretan giginya tampak putih bersih, namun wajah cantiknya lenyap karena telah tertutup lumpur. Hera langsung mendelik jengkel hingga Darius terpaksa menghentikan suara tawa menggelegar
"Yang Mulia Raja, tolong saya!"Erik memejamkan kedua matanya dengan tubuh menegang kaku.King Demon Zeus sudah tidak tahan lagi. Dengan amarah yang sudah mencapai ubun-ubun, pria iblis itu segera menyeret Hera hingga membuat Erik mengeluh lega setelah terlepas dari godaan wanita iblis itu.Pakaiannya yang robek dimana-mana membuat Yasmin segera beringsut mendekati pasangannya itu.Enrico dan beberapa pria disana juga turut mengalami hal yang sama, bukan karena Zeus yang mengamuk, melainkan Hera yang tiba-tiba bertingkah semakin menyebalkan hanya untuk memancing amarah Zeus.Hera mendekati semua makhluk berjenis kelamin pria, merobek pakaian mereka dan terus menggodanya dengan belaian jemari tangannya.Sementara king Demon Zeus, yang hendak menarik Hera selalu mendapatkan delikan sinis. Hera berteriak lantang kearah Zeus untuk tidak mengganggunya yang katanya sedang bermain.
Tiupan angin kencang membuat jendela kamar terbuka lalu tertutup kembali dengan sendirinya. Zeus terbangun, menoleh kearah samping dan tidak mendapati Hera disana.Lilin yang menjadi satu-satu penerangan di dalam kamar juga telah padam, membuat Zeus segera bergerak turun untuk menyalakan cahaya apinya.Diluar, langit terlihat sangat gelap karena mendung.Namun keberadaan Hera yang tidak ia temukan didalam kamar tengah malam seperti ini membuat Zeus bingung, kemana dan dimana wanitanya itu pergi.Hera tidak biasanya pergi tanpa bicara padanya terlebih dahulu seperti malam ini.KWAK!Kepala Zeus sontak langsung tertoleh kearah jendela kamar, tepatnya pada seekor burung gagak yang tiba-tiba sudah hinggap disana dengan suaranya yang cukup nyaring di dengar oleh telinga.Zeus tampak mengerutkan keningnya, mengamati gagak tidak biasa yang terlihat ingin meny
King Demon Zeus memejamkan kedua mata, duduk seraya menyandarkan punggungnya di sandaran kursi. Setelah menyelesaikan ritual selama kurang lebih 24jam, alih-alih segera kembali kedalam kamarnya sendiri, iblis itu malah berada di ruang kerja membuat Enrico yang menyadari kondisi tuannya segera bergegas masuk kedalam sana.Enrico menatap khawatir kearah tuannya itu, apalagi setelah melihat Zeus yang terlihat tampak mengerutkan keningnya beberapa kali, tampak tengah menahan rasa sakit dalam tubuhnya sendiri."Aku akan segera pulih setelah melakukan meditasi.""Ya. Tapi anda butuh waktu cukup lama untuk bermeditasi."Pria iblis itu kemudian membuka kedua matanya yang semula masih terpejam, menatap kearah Enrico dengan pandangan syarat akan ketegasan."Pergilah, Enrico. Awasi sangkar emas itu."Enrico menatap kearah tuannya itu dengan pandangan gusar, "lalu siapa yang a
Hera memejamkan kedua matanya dengan kedua tangan terlentang lebar dan membiarkan angin menerbangkan rambut panjangnya yang tergerai panjang. Wanita itu tengah berdiri menghadap kearah sungai Dewarabiru, bernostalgia ketika teringat akan banyak hal yang terkenang dalam memorinya pada tempat ini.Dulu ketika ia masih buta, sungai Dewarabiru adalah kenangan terindah dimana Hera bisa merasakan dunia. Bersama Anastasya dan juga Jesselyn yang selalu menemaninya dan menjadi mata kedua ketika Hera masih buta.Bahkan, Jessy sendiri sudah seperti sosok ibu bagi Hera. Ibu pengganti ketika Luna Quin telah tiada, karena Jesselyn lah yang mengajarkan banyak hal sejak dirinya masih kecil.Hera merasakan sesak dan rapuh ketika lagi-lagi teringat akan momen persahabatan mereka saat itu. Namun kini, semua itu tinggal angin lalu.Jesselyn telah pergi dari dunia ini, dan penyebab kematian Jesselyn tidak lain dan tidak buka