Share

2. Jatuh Talak 2.

Husna menundukkan wajahnya saat Andaru memberikan kode untuk tidak mengatakan apapun pada sang nenek.

"Benarkah kalian akan bulan madu?" tanya Abila wajahnya berbinar mendengar cucunya akan pergi bulan madu.

"Bukankah nenek ingin secepatnya memiliki cicit? Akan aku kabulkan impian nenek."

"Benarkah? Nenek tidak salah jodohkan kalian berdua. Kapan kalian akan berangkat?"

"Hari ini setelah sarapan. Husna, bersiaplah kita akan bulan madu,"

"T— tapi tuan,"

"Hei! Aku suamimu kenapa harus memanggilku, tuan? Panggil aku Daru atau mas,"

"I— iya,"

"Kabar ini sangat membahagiakan nenek, karena itu nenek ada sesuatu untuk kalian berdua."

Nenek Abila masuk kedalam kamar pribadinya, Husna ingin pergi namun suara seseorang menghentikan niatnya untuk beranjak.

"Jangan katakan apapun pada nenek mengenai kejadian di kamar. Jika tidak kau tahu sendiri apa yang akan terjadi pada nenek, kau yang akan di penjara karena membuat nenekku meninggal karena serangan jantung."

Bibirnya bergetar wajahnya begitu kaku mendengar kata yang keluar dari bibir Andaru pria yang belum genap 24 jam menjadi suaminya. Tidak!! Bukan suami tapi mantan suami. Karena semalam yang seharusnya di habiskan dengan bahagia berakhir dengan kata yang menyakitkan menerima keputusan dari Andaru pria yang tidak lain adalah cucu dari Abila Adhicandra sang pewaris dari kekayaan Adhicandra. Namun sayangnya pernikahan yang di impikan berkahir dengan kata talak.

"Kau tuli sampai tidak mendengar yang aku katakan?!" Geram Andaru melihat sikap Husna yang diam.

"S— saya janji tuan," lirih Husna, tanpa berani menatap manik tajam Andaru.

"Daru, apa kamu sudah gila harus bulan madu dengannya? Mama tidak setuju, wanita itu hanya pantas sebagai pembantu. Bukan menantu."

Andaru menoleh kearah wanita yang telah melahirkan dirinya, wanita dengan pakaian modis melangkah anggun ke arahnya.

"Mama, sudahlah aku tidak ingin berdebat."

"Tapi Andaru, kau—"

"Ada apa ini Fara? Apa kau yang membujuk mereka untuk membatalkan bulan madu?"

"Tidak Mama, aku hanya ingin memastikan jika Andaru tidak salah memilih tempat untuk bulan madu." sahut Fara tidak ingin menjadi bulan-bulanan ibu mertuanya.

"Semoga yang kau katakan itu benar Fara. Daru berapa lama kau akan di sana?"

"Satu minggu atau bisa lebih cepat. Nenek tahu aku tidak bisa meninggalkan kantor terlalu lama."

"Tidak, tidak, kau harus satu minggu disana bahagiakan Husna. Urusan kantor biarkan nenek yang menghandle-nya."

"Tapi nek,"

"Sudah, nenek bisa melakukannya. Lagi pula ada ayahmu, jangan pikirkan pekerjaan. Bersenang-senanglah disana,"

"Sayang ini untukmu,"

"Untukku, nek?"

"Ya, untukmu karena kamu sudah merawat nenek dan kamu juga sudah bersedia menikah dengan cucu nenek yang keras kepala itu."

"Nek, ini apa?"

"Hanya barang kecil untukmu. Nenek tidak bisa memberikan yang lebih dari ini tapi, nenek berharap kamu bahagia bersama dengan Andaru. Jika kamu tidak bahagia bersama dengan cucu nenek maka berpisah lah karena nenek tahu bagaimana sifat cucu nenek itu."

Husna terdiam sesaat memikirkan apa yang dikatakan oleh pria yang menjadi suaminya di waktu yang sama menjadi mantan suami sesaat setelah merengguh indahnya penyatuan cinta. Andaru menjatuhkan talak tanpa merasa bersalah namun, kesehatan sang nenek dan ancaman Andaru membuatnya enggan untuk menceritakan yang sebenarnya terjadi pada mereka berdua. Bahkan Husna tidak tahu apa yang dilakukan oleh Andaru, untuk apa bersandiwara jika mereka masih berstatus sebagai sama istri walau pada kenyataannya Andaru telah menjatuhkan talak padanya.

"Nak apa yang kamu pikirkan?"

Husna tersentak tersenyum pada wanita yang telah berjasa dalam hidupnya.

"Tidak ada nek,"

"Kamu bahagia?"

Husna kembali mengangguk tanpa menjawab perkataan Abila.

"Ya, aku bahagia nek."

"Bersiaplah nikmati bulan madu kalian dan segeralah kembali dan berikan kabar bahwa di dalam rahimmu ada penerus Adhicandra."

Husna hanya bisa tersenyum masam, tidak tahu apa yang bisa ia lakukan saat ini. Hatinya begitu gelisah saat akan pergi bersama dengan Andaru. Tidak ada ikatan pernikahan namun ia harus berpura-pura pergi berbulan madu dengan pria yang memiliki tujuan sendiri.

Keluarga besar Adhicandra berkumpul di ruang makan mereka saling pandang saat Husna duduk di samping Andaru. Cucu termuda di keluarga Adhicandra laki-laki yang arogan dan keras kepala.

"Husna makan yang banyak, jika kau akan pergi tetaplah bersama dengan Andaru. Nenek tidak ingin sesuatu terjadi padamu disana, hubungi nenek jika Andaru melakukan hal yang tidak seharusnya padamu. Jangan takut jika Andaru berani melakukan maka namanya akan di coret dari ahli waris dan kamu sebagai gantinya.

"Mama ini tidak adil untuk anakku. Ingatlah—"

"Yang berhak bicara disini hanya aku. Siapapun yang tidak setuju maka tinggalkan rumah ini."

"Nenek tidak percaya pada cucu sendiri? Atau nenek ikut kami saja? Jadi nenek bisa memastikan keadaan Husna sana, gimana nek?"

"Cucu nakal!! Bukan begitu konsepnya. Nenek hanya memastikan jika kamu akan menjaga Husna dengan baik, kau membawanya dengan sehat maka pulang juga harus sehat."

Andaru memutar bola matanya jengah mendengar penuturan sang nenek yang tidak hentinya mengingatkan dirinya untuk menjaga Husna.

Husna menarik koper keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua berdampingan dengan nenek Abila. Tidak ada yang mengantarnya selain nenek yang sedang senantiasa mengikuti langkah Husna, berbeda dengan anggota keluarga yang lain mereka hanya berbisik melihat Husna pergi dengan Andaru.

"Husna jangan lupa hubungi nenek jika sudah sampai,"

"Tentu nek, jaga diri nenek. Aku akan segera kembali demi nenek."

Abila merasa ada yang berbeda dengan Husna namun Abila mengabaikannya ia begitu bahagia melihat sang cucu menikahi wanita pilihannya.

[Ikuti mereka, pastikan tidak ada yang menyadari terlebih Andaru.]

****

Di bandara Husna menarik koper miliknya dan juga milik Andaru pria dengan tinggi 180 meninggalkannya tanpa berniat untuk membantu. Tanpa di sadari oleh Husna seseorang berdiri dari jauh mengepalkan tangannya melihat sikap Andaru pada Husna namun, ia tidak mampu untuk melakukan apapun untuk menolong Husna.

"Maaf," lirihnya beranjak dari kursinya.

"Kirim seseorang untuk mengikuti Husna. Pastikan dia tetap aman." ucapnya sebelum meninggalkan pria yang dengan cekatan menghubungi seseorang untuk memantau Husna.

"Baik Tuan Hasta." sahutnya walau ia tahu bosnya tidak akan mendengar jawabannya.

Tidak jauh dari posisi pria yang berkaca mata hitam dan masker menutupi sebagian wajahnya berlalu melewati Andaru yang memeluk seorang wanita seksi.

"Sayang kamu sudah lama?"

"Tidak lama hanya untuk menunggumu. Dimana wanita itu? Kau yakin akan membawanya bersama kita? Kamu tahu tujuan kita ke Bali untuk apa? Bagaimana jika dia melaporkan tindakan kita pada nenek?"

"Dia tidak akan menceritakan apapun pada nenek. Mulai hari ini kita habiskan waktu berdua, aku akan membawamu keliling Bali."

Tidak jauh dari dua sejoli yang saling berpelukan Husna tertunduk lesu menatap dua koper besar dan satu koper kecil miliknya. Mengikuti langkah Andaru yang semakin jauh di depan.

"Inikah tujuanmu membawaku? Inikah pada akhirnya?" gumam Husna melihat sepasang sejoli bercumbu di mobil.

***

Penerbangan yang memakan waktu kurang dari dua jam cukup untuk Husna tertidur setidaknya ia akan istirahat selama di pesawat dan terbangun jika sudah sampai. Ia tidak ingin melihat kegiatan yang di lakukan oleh Andaru bersama wanita cantik yang kini duduk di depannya.

Di Bali Husna memilih masuk kedalam resort yang di sewa Andaru. Tidak peduli jika tatapan tidak suka dari wanita yang bersama Andaru meski di sayangkan oleh Husna yang baru tahu jika wanita seksi itu adalah kekasih Andaru.

"Sayang kamu pilih kamar yang mana?"

Andaru membuka setiap kamar yang ada di resort terdiri dari dua kamar tidur, satu ruang makan menyatu dengan dapur dan ruang tamu. Sesaat Husna takjub dengan resort yang terlihat mungil dari luar namun begitu indah dan rapih saat memasukinya.

Husna memilih menggeser tubuhnya saat suara manja wanita yang tidak ia ketahui namanya tersenyum angkuh padanya.

"Aku pilih kamar ini saja. Lebih luas dan indah,"

Sikap manja wanita yang bersama Andaru mematik rasa penasaran Husna, yang ia tepis secepat kilat tidak ingin mendapat masalah. Bukan dirinya tapi nenek yang memiliki riwayat penyakit jantung yang ia pikirkan.

"Oke, sayang, kamu istirahat dulu."

"Daru, kamu mau ke mana?"

Langkah Andaru terhenti berbalik kearah wanita seksi di depannya.

"Sayang kamu tahu nenek, kan? Sebentar lagi pasti menghubungi gadis itu. Apa kamu mau rencana indah kita jadi berantakan, hum?"

"Tentu tidak, tapi. Kenapa jadi ribet gini sih?!"

"Nggak ada yang ribet sayang, kamu tunggu sebentar,"

Andaru menemui Husna yang merapikan barang miliknya ke dalam lemari yang tersedia di kamarnya.

"Husna jika nenek hubungi kamu, buat alasan yang masuk akal kenapa kamu di kamar berbeda denganku."

Satu detik dua detik Husna diam membuat Andaru kesal.

"Kau tuli hah?!"

Husna menghentikan kegiatannya mendengar suara Andaru yang meninggi.

"Apakah aku ada hak untuk bicara di sini? Jika ada maka aku tanya padamu, mas. Apa salahku sampai kamu talak?"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status