Pertanyaan Husna berhasil mematik amarah Andaru tanpa melihat wanita lemah di depannya dengan sekali tarikan tubuh Husna terpelanting mengenai tembok di belakang tubuhnya.
"Argh!!!""Beraninya kau bertanya padaku hah?! Panggil aku tuan. Kau paham?" Andaru melepaskan cengkraman rahang Husna kasar."M— maaf,""Baik kamu ingin tahu jawabannya? Karena kamu tidak pantas menjadi istriku. Mulai detik ini kamu bukan istriku, aku haramkan kamu.""Tidak perlu di ulang. Aku tidak tuli dan pikun, kamu sudah menalak aku saat di rumah. Lalu untuk apa malam pertama itu? Jika kamu ingin menalak aku?" Dengan keberanian yang tersisa Husna memberanikan diri bertanya walau ia tahu konsekuensinya.Andaru terdiam mendengar perkataan Husna, ia sendiri tidak tahu apa yang ia pikirkan saat penyatuan dengan Husna wanita yang sangat ia benci dalam hidupnya."Kenapa diam?""Berani bertanya? Kau pikir siapa dirimu hah? Bagiku kau adalah wanita membawa sial. Sejak kau hadir di rumah hidupku seperti neraka, neraka!! Semua ini gara-gara kamu anak kampung. Aku tahu kenapa tidak menolak perjodohan itu? Wanita hina seperti dirimu hanya membutuhkan ini bukan?!" Andaru melempar beberapa lembar uang kearah wajah Husna hingga berhamburan ke lantai."A— aku,""Diam. Sekali lagi kau bersuara di depanku. Aku pastikan saat ini adalah hari terakhir kamu di dunia ini!!""Sayang kenapa tidak kamu usir dia? Setidaknya kita bisa menikah secepatnya."Wanita yang tidak di ketahui namanya bergelayut manja pada Andaru."Kau mengerti yang aku katakan wanita kampung?Sekarang kamu bukan lagi istriku, paham?!"Husna mengangguk tanpa tahu kata-kata yang mana di maksud Andaru. Sebab yang ia ingat adalah perlakuan tidak manusiawi dan kata talak."Lalu untuk apa kamu mengajakku bulan madu? Membohongi nenek hanya demi kepentinganmu sendiri.""Kau bodoh atau apa hah? Tentu untuk menutupi bulan maduku yang sebenarnya."Husna merebahkan tubuhnya setalah melaksanakan kewajibannya, mengadukan nasibnya pada sang pemilik kehidupan. Takdir cinta dan kehidupannya yang penuh dengan ujian tiada henti, sejak kecil hidup di panti asuhan dan bertemu dengan nenek Abila yang menjadikan dirinya sebagai pengasuhnya. Entah apa yang di pikirkan oleh nenek Abila sampai menjodohkannya dengan cucu termuda dari keluarga Adhicandra."Tidak perlu berdiam diri. Tujuan kami membawamu kesini untuk melayani kami. Pergi dan masak aku sudah lapar."Suara intimidasi dari seseorang mengejutkan Husna yang tengah memikirkan nasibnya setelah kepulangannya dari Bali nanti.Tanpa menjawab Husna gegas ke dapur untuk memasak untuk makan malam mereka."Ih!! Bener- bener dia ya. Apa dia tidak punya mulut untuk menjawab perkataan aku, gitu? Daru, aku mau kita makan di luar. Perempuan yang kamu bawa itu bikin kesel.""Ya sudah kita makan di luar. Ayo sayang kita pergi sekarang."Mereka pergi tanpa memberitahu Husna yang sibuk menyiapkan makan malam. Kurang dari satu jam semua makanan tersaji di atas meja namun sayangnya Husna tidak menyadari jika dirinya hanya seorang diri di resort."Tuan makan malam sudah tersaji."Berulang kali Husna mengetuk pintu kamar Andaru namun tidak ada suara terdengar dari dalam, menyadari jika Husna berada di dalam resort seorang diri dengan langkah lelah menutup semua makanan yang tersaji.Dua jam ia menunggu kepulangan Andaru dengan wanita yang tidak lain kekasih Andaru tidak kunjung pulang. Matanya yang sulit terpejam membuatnya keluar dari kamar berniat melihat keadaan di luar yang indah dengan lampu yang menghiasi setiap resort."Mereka disini, tanpa memberitahuku yang menunggunya di resort dan makanan yang aku masak tadi?" gumam Husna melihat bagaimana Andaru yang tidak hentinya memperlakukan wanitanya begitu istimewa."Kanapa kau ada disini? Tugasmu di resort bukan mengikuti kami, paham?! Atau kamu memperhatikan kekasihku? Dengar wanita kampung, kau tidak akan bisa bersaing denganku. Tahu apa penyebabnya? Aku Vlora Wijaya adalah kekasih Andaru Adhicandra. Kamu jangan mimpi untuk mendapatkan kekasihku karena kamu tetap lah seorang pembantu ingat itu."Vlora tersenyum miring melihat wajah sendu Husna."Sayang kamu ngapain sama pembantu itu? Ayo, kita kesana. Tunggu dulu!!"Andaru menghentikan langkahnya dan berpaling ke arah Husna. Di tatapnya wanita yang menundukkan wajahnya."Jangan katakan apa pun pada nenek. Jika kamu menyayangi nenek dan kamu masih ingin tinggal di rumahku maka bersikaplah sewajarnya seperti seorang pembantu. Jangan berkhayal karena diantara kita sudah tidak ada lagi ikatan apa pun dan aku sudah menjatuhkan talak padamu. Berbeda jika kita berada di rumah kau harus bersikap selayaknya sebagai istriku." ucapnya dingin, setelah mendorong tubuh Husna hingga terjatuh. Andaru memeluk Vlora pergi begitu saja dari hadapan Husna."Tidak sepantasnya seorang pria memperlakukan wanita dengan kasar terlebih pada istrinya." ucapnya mengulurkan tangan untuk membantu Husna namun, penolakan Husna membuat pria yang tidak lain adalah Hasta Putra Adiwangsa menarik kembali tangannya."T– terima kasih," ucapnya lirih."Jangan ikut campur, bung! Ini urusan aku dan wanita kampung itu. Paham?!" Andaru tidak terima ucapan pria bertopi di depannya."Akan menjadi urusanku jika main kekerasan. Negara ini negara hukum, aku bisa melaporkan perbuatan kamu ke polisi." Hasta tersenyum miring melihat gelagat wanita di samping Andaru."Kau pikir bisa melaporkan aku? Sepertinya kau tidak tahu siapa aku! Satu lagi wanita sialan itu istriku. Jadi apapun yang aku lakukan padanya tidak ada hubungannya denganmu, berhenti ikut campur bung, bisa jadi kau yang akan aku laporkan." ancam Andaru."Aku tunggu jika kau ingin melaporkan aku, pak Andaru Adhicandra." Hasta berbalik tetapi suara Andaru berhasil mengejutkan Hasta."Anda mengenal saya? Tapi anda juga perhatian pada istri saya, apakah anda menyukainya? Maka ambillah, dia hanya sampah buat saya! Sampah tempatnya di tempat sampah dan berkumpul dengan sampah yang lainnya." Andaru menarik sudut bibirnya ke atas."Kau–" Hasta menghentikan ucapannya saat melihat Husna menggelengkan kepalanya."CK! Sepertinya kalian cocok. Bagus kalau begitu, aku tahu aka yang akan aku lakukan setelah ini." usai mengatakan Andaru berlalu dari hadapan mereka.Air matanya meluncur begitu saja dari kelopak matanya berusaha sekuat apapun hatinya tetap merasakan sakit yang tidak terkira. Ucapan Andaru adalah cambuk yang mampu mengguliti kulit tubuhnya menghancurkan hingga ke dasar hatinya."Menangislah, jangan kau simpan rasa yang akan membuatmu sesak. Bangkit dan menata masa depanmu yang masih panjang."Suara seseorang yang tiba-tiba di sampingnya, seorang pria menyodorkan sapu tangan padanya. Husna memberanikan diri menatap pria bertopi, suaranya tidak setegas saat berhadapan dengan Andaru kini suara itu terdengar lembut."Hapus air matamu. Pria seperti dia tidak pantas kamu tangisi." imbuhnya sebelum pergi.Husna mencari sosok yang baru saja memberikan sapu tangan untuknya namun nihil Husna tidak menemukannya."Mencari Ku? Masuklah sudah malam, wanita baik-baik tidak akan berdiri di tempat seperti ini." Hasta tersenyum meski Husna tidak melihatnya."Kenapa anda begitu baik terhadap saya?" Husna menundukkan wajahnya tidak ingin menatap pria yang bukan mahramnya."Berbuat baik apa hanya pada orang yang di kenalnya saja?""M– maaf,""Masuklah nanti kamu sakit,"Tanpa menjawab Husna berbalik kembali ke resort tidak ingin melihat dua sejoli yang saling berbagi saliva.'Apakah takdir tidak sayang padaku? Tidak cukupkah aku menderita sajak kecil, dan sekarang aku kembali mengalaminya lagi?' lirihnya dalam hati."Wanita kurang ajar!! Apa yang kamu lakukan dengan pria itu hah? Kau memang wanita murahan!!"Plaaaaakkkk!!"Aww," "Kenapa, sakit? Bagaimana dengan ini hah?!" Andaru manarik kerudung Husna hingga kepalanya mendongak keatas."Bunuh saja mas, abis itu tinggal kita lempar ke laut aku yakin nenek tua itu tidak akan mencarinya. Kita buat laporan ke kantor polisi kalau dia hanyut saat main di pinggir pantai." Vlora mengulas senyum kemenangan. Andaru seorang pria yang amat mencintainya sehingga akan melakukan apapun demi dirinya."Kamu benar sayang," Andaru menyeret tubuh Husna keluar dari resort dengan bantuan Vlora yang ikut menyeretnya."T– tolong lepaskan aku, tuan. Aku janji akan menuruti semua perintahmu," isak Husna, tetapi Andaru mengabaikannya.Andaru yang berhasil membawa tubuh Husna ke bibir pantai dengan cepat mendorong tubuh Husna. Tetapi tiba-tiba seseorang memberikannya bogeman mentah telat di wajahnya.Bugh Bugh Bugh!!Tiga puluhan berhasil mendarat di wajahnya sehingga tubuh Andaru tersungkur ke pasir. Ia begitu terkejut dengan pukulan yang ia dapatkan dari pria sama yang berapa
"L– lepas,"Husna berusaha untuk melepaskan diri saat Andaru mencengkram lehernya hingga rahangnya terluka. Namun, Andaru yang tidak peduli dengan hal itu semakin mempererat cengkeramannya sehingga Husna kesulitan untuk bernapas."Menyingkir dari hadapanku wanita sial! Pantas kau tinggal di panti asuhan, karena kau terlahir menjadi anak membawa sial!!!""T– tolong jangan sakiti aku," lirihnya berusaha untuk bertahan meski semakin tersiksa."Apa? Tolong jangan sakiti? Hahaha!! Kamu bodoh atau apa hah?! Kamu pikir aku peduli? Kalau perlu kamu mati sekarang!!"Dengan kasar Andaru mendorong tubuhnya hingga terjerembab sakit dan sesak yang ia rasakan namun, Husna tetap bertahan semua demi nenek Abila.Tidak peduli jika nyawanya akan hilang yang terpenting adalah kebahagiaan nenek Abila. Kekerasan dan hinaan yang ia dapatkan dari keluarga Adhicandra adalah makanan sehari-hari untuknya namun, tidak sekalipun Husna berniat untuk meninggalkan kediaman Adhicandra baginya yang memiliki hak atas
"Apa? A— aku hamil dok? Suami?" tanya Husna membuat sang dokter tertawa melihat wajah Husna.uanh syok."Ya Bu, di jaga janinnya. Apakah ada gejala seperti muntah, mual atau sebagainya?" tanya dokter lagi."Nggak dok, saya tidak mengalami hal itu. Hanya saja tubuh saya lebih cepat cape.""Itu wajar bagi ibu hamil hal ini akan berlanjut sampai kehamilan memasuki trimester kedua atau bisa lebih lama atau pun cepat, tergantung ibu dan janinnya sebab bawaan anak beda-beda. Nak sudah Bu, ibu tidak perlu di rawat." Husna mencerna setiap kata yang di lontarkan oleh dokter yang baru saja memeriksanya. Hamil? Terselip ketakutan setelah mengetahui dirinya mengandung keturunan Adhicandra."Wanita jalang tidak cukup kamu menghancurkan anakku. Sekarang kamu juga akan menghancurkan impianku, hah?! Kau seharusnya mati. Kau terlahir membawa sial!!" Husna yang baru keluar dari rumah sakit terkejut dengan suara dan tubuhnya yang tiba-tiba di tarik oleh seseorang yang sangat ia kenali."Argh!!""T— tol
Empat tahun kemudian....Sinar lampu yang begitu menyilaukan membuat pandangan Husna mengabur sulit baginya melihat untuk memastikan siapa orang yang berada di balik kemudi namun, tiba-tiba mobil melaju dengan kecepatan tinggi kearahnya.Husna yang tidak bisa menghindar lagi hanya mampu berteriak berusaha untuk menyelamatkan diri dari tempatnya berdiri hingga terdengar suara yang begitu keras dan tubuhnya melayang."Argh!!" Suaranya tercekat bayangan masa lalu begitu nyata menghantuinya setiap saat hingga ia tidak mampu untuk berdiri dan bangkit untuk menjalani kehidupan indah di depannya."Berhenti untuk mengingat hal yang menyakitkan, sudah waktu kamu bangkit. Ingatlah bukan hanya dirimu tapi ada sosok yang sangat membutuhkan kamu, Husna." "Apa yang bisa di lakukan oleh wanita lumpuh seperti aku? Jika dunia ini menginginkan aku seperti ini maka aku akan menerimanya dengan ikhlas, tidak ada lagi harapan semua sudah berlalu–" ucapnya lirih namun, kalah dengan suara seseorang yang me
Bibi Imas terkejut mendengar penuturan Husna tetapi hatinya bahagia Husna berubah pikiran."Kamu yakin Husna? Bibi senang jika kamu berubah pikiran. Bibi akan siapkan semua, siang ini kita akan pergi ke kota agar kamu segera di tangani." Bibi Imas mengusap punggung Husna hal ini yang sejak lama ia tunggu kesediaan Husna untuk melakukan terapi agar bisa berjalan lagi seperti semula."Bibi apa sudah ada tanda pendonor untuk anakku? Aku tidak tega melihatnya yang terus menanyakan kapan dia bisa melihat," lirihnya pengingat kembali ucapan putrinya semalam. Husna menatap manik teduh Bibi Imas yang terkejut dengan perkataannya."Kamu tidak perlu memikirkan itu, Bibi sudah menghubungi beberapa rumah sakit meskipun itu belum ada hasilnya, tapi percayalah tidak akan lama lagi akan ada pendonor mata untuk Zelena. Husna sebenarnya ada seseorang yang ingin mendonorkan mata untuk putrimu dan semua sangat cocok tapi–" Bibi Imas menghela napasnya dan melihat lagi wajah Husna yang begitu berharap putr
Tubuh Husna terdiam Andaru memanggilnya beruntung sang putri tertidur sehingga tidak banyak bertanya padanya. Suara yang sangat ia benci seumur hidupnya. Pria yang telah menjatuhkan talak setelah merenggut miliknya yang berharga."Ada apa tuan?" Bibi Imas berbalik berhadapan dengan Andaru dan kekasihnya."Bonekanya jatuh," Andaru mendekati Husna yang memeluk tubuh Zelena. Air mata yang membuatnya benci kembali mengalir bahkan, ia tidak tahu kenapa cairan bening keluar tanpa meminta izin padanya."Ah! Ya, benar ini boneka milik cucu saya yang tertidur. Sekali lagi terima kasih," Bibi Imas meraih boneka yang di berikan oleh Andaru padanya."Ya," Andaru menyipitkan matanya sosok wanita yang duduk di atas kursi roda memeluk putrinya yang tertidur pulas dalam pelukannya. "Kamu lihat siapa sih? Ayok, kita sudah ditunggu oleh mereka di atas kenapa sejak tadi kamu memperhatikan wanita itu?" Vlora tidak menyukai tatapan Andaru yang begitu indah pada wanita yang di duduk di kursi roda. "E– en
"Zelena!" Husna berusaha untuk menyelamatkan putrinya yang terlepas dari pelukannya sehingga ia menjatuhkan tubuhnya untuk menangkap tubuh mungil putrinya. Husna tidak memperdulikan keselamatan dirinya ia hanya ingin menyelamatkan putrinya."Zelena, sayang. Kamu tidak apa-apa nak?" Husna memeluknya dengan erat hal yang menjadi perhatian banyak pengunjung di restoran. Husna seorang wanita lumpuh dan putri yang buta sungguh sangat memprihatinkan namun, siapa sangka disaat dirinya kesulitan untuk bangun tiba-tiba sosok laki-laki mengangkat tubuh Husna dengan mudahnya tidak peduli dengan pandangan orang lain bahkan ia pun menghancurkan batasan antara dirinya dengan Husna."Apa kalian baik-baik, saja?" tanya Hasta dengan sigap menyelamatkan keduanya walau dia tidak mampu untuk menghalau tubuh keduanya tapi setidaknya baik Husna maupun Zelena tidak sampai mencium lantai."Husna, Zelena! Maafkan bibi meninggalkan kalian. Sebaiknya kita kembali," Bibi Husna membantu Hasta dan mendorong kursi
Zelena yang mendengar ibunya tengah berbincang di ruang keluarga meski Zelena tidak mampu memastikan."Sayang, kamu mau kemana?" Pelangi menyentuh pergelangan tangan putrinya yang berjalan kearahnya."Aku tidak kemana-mana mah," ujarnya lirih.Bibi Imas melanjutkan lagi perbincangan mereka bersama dengan Husna. Menyadari putrinya yang begitu merindukan sahabat yang desa sehingga Husna bersama Bibi Imas memutuskan untuk berkeliling di taman yang tidak jauh dari apartemen."Mama apakah temannya begitu indah?" Husna menganggukkan kepala menimpa apa yang ia lihat."Sebentar lagi aku akan melihat dunia ini dan tentunya wajah Mama dan juga Bibi Imas." "Mau berkeliling bersama dengan Mama atau bersama dengan Bibi?" mereka menikmati suasana sore yang begitu menyejukkan. Husna yang tidak bisa menahan kekagumannya setelah melepaskan tangannya dari genggaman tangan Bibi."Aku sama Bibi saja, Aku tidak ingin Mama kelelahan karena aku." ucap Zelena."Sayang, Mama tidak mungkin kelelahan hanya untu