Share

Belenggu Cinta Sang Pewaris
Belenggu Cinta Sang Pewaris
Author: Rafli123

1. Jatuh Talak.

Author: Rafli123
last update Last Updated: 2023-07-09 09:07:44

"Saya terima nikah dan kawinnya Husna Lavina binti wali hakim dengan mas kawin emas seberat 10 gram di bayar tunai."

"Bagaimana para saksi, sah?"

"Sah!!"

"Alhamdulillah,"

Tanpa terasa air mata Husna mengalir dari pelupuk mata teduhnya. Pria yang amat ia hormati kini telah resmi menjadi suaminya. Tidak ada kebahagiaan yang lebih besar dari hari pemihakannya meski dengan perjodohan. Jangan tanyakan cinta pada Husna, sejak lama ia menaruh hati pada pria yang kini menjadi imamnya. Namun cintanya hanya bertepuk sebelah tangan.

"Sayang sekarang kamu sudah menjadi cucu menantu nenek. Temui Andaru, suamimu."

Husna memeluk wanita yang tidak lagi muda di depannya dengan perasaan haru. Hidupnya telah berubah setelah bertemu dengannya meski ujian tidak ada akhir datang menghampiri.

"Ya, Nek. Terima kasih untuk semuanya," lirih Husna di sela isak tangisnya.

"Hei, berhenti menangis. Lihat cantiknya hilang nanti, tunjukkan senyum indahnya pada nenek,"

Husna tersenyum melepaskan pelukannya, berlahan berbalik arah di mana wajah dingin suaminya yang ada di depannya dengan santun Husna menyambut tangan Andaru dan menciumnya seketika tubuhnya bergetar ketika wajah Andaru mendekatinya. Mengecupnya dengan lembut, tidak ada yang tahu apa yang di lakukan pria yang kini mendekatkan wajahnya kearah kening Husna.

"Jangan mimpi kau bisa menjadi ratu di rumah ini. Ingat, kau tetaplah pengasuh nenekku. Pengasuh tetaplah menjadi pengasuh tidak mungkin menjadi Nyonya." ucap Andaru dingin tatapannya tajam menghunus jantung Husna.

Husna tersentak mendengar kata-kata yang di lontarkan pria di depannya. Kata yang hanya bisa ia dengar sendiri, Husna berusaha untuk menyembunyikan air matanya sedetik kemudian bibirnya mengukir senyum indah.

"Kau gila."

Dua kata yang lontarkan oleh Andaru berhasil menghilangkan senyumnya. Terdiam sesaat sebelum ia menjawab perkataan Andaru.

"Terima kasih,"

Pernikahan berlangsung dengan sederhana hanya di hadiri oleh keluarga besar Andaru dan kerabatnya. Husna adalah seorang yatim-piatu sehingga tidak ada satupun kerabat yang datang.

"Kalian istirahatlah. Husna, mulai hari ini kamar kamu bersama dengan Andaru. Andaru bawa pergi istrimu, perlakuan dia dengan baik. Ingat jika saja kamu menyakiti Husna itu artinya kamu menyakiti nenek." Kata Abila yang tidak lain nenek Andaru penuh penekanan.

"Nenek jangan khawatir, aku akan memperlakukannya dengan baik." lirih Andaru.

"Kau akan tetap disini?"

Suara bariton mengejutkan Husna dengan langkah tertatih Husna mengikuti Andaru yang berada di depannya. Tanpa memperdulikan dirinya yang kesulitan menaiki tangga Andaru terus melangkah semakin jauh darinya.

"Andaru!! Bantu istrimu menaiki tangga. Cepatlah buatkan nenek cicit ya!! Supaya ada penerus keluarga kita."

"Nenek jangan khawatir soal itu, oke!!"

"Menyusahkan." bisiknya di telinga Husna.

"M— maaf, tuan."

Husna mengikuti langkah Andaru ke lantai dua dimana kamarnya berada. Tubuhnya yang lelah dan lengket membuat Husna ingin segera ke kamar mandi namun ia urungkan melihat wajah tidak bersahabat dari pria yang kini berkacak pinggang.

Husna tahu jika kemarahan Andaru karena mendengar permintaan neneknya yang memintanya untuk membantu mengangkat ekor kebaya panjangnya yang menjuntai ke lantai, maka ia bersiap menerima kemarahan Andaru.

Brakkkk!!

"Layani aku sekarang!!"

Husna terkejut mendengar suara dingin Andaru, tubuhnya seketika mematung. Tidak di pungkiri hal itu adalah tugas dan wajib hukumnya Husna melayani suaminya, tetapi cara dan sikap Andaru membuatnya berfikir ribuan kali untuk menerima terlebih ucapan Andaru masih terngiang di telinganya.

Andaru yang melihat Husna hanya diam mematung telah membangkitkan amarahnya tanpa memikirkan perasaan Husna, Andaru menarik tubuh Husna kembali mengeluarkan kata yang mengoyak hatinya.

"Kenapa diam? Bukankah sudah menjadi kewajiban seorang istri melayani suami? Sekarang aku meminta hakku. Cepat kemari atau kau lebih suka aku paksa?!"

Entah apa yang ada dalam hati Andaru ia mendorong tubuh Husna dengan kasar melepaskan pakaian yang melekat di tubuhnya penyatuan itu terjadi. Tanpa Andaru sadari linangan air mata mengalir begitu deras dari kelopak mata sendu Husna.

"Apa kau akan menjadi patung, disana? Ingat ini kamarku jangan sekali-kali kau tidur disana. Tempat tidurmu disini, cepat bangun aku tidak membutuhkan kamu lagi di sini."

Andaru menarik pergelangan tangan Husna menjatuhkan ke lantai tanpa belas kasih Andaru melemparkan selimut tebal pada Husna.

Husna terdiam melihat punggung Andaru laki-laki yang kini resmi menyandang status imamnya namun sayangnya sikap Andaru tetap sama dingin dan penuh kebencian padanya bahkan baru saja mereka melakukan penyatuan.

Andaru merutuki kebodohannya yang tidak bisa menahan dirinya saat melihat Husna yang kini telah halal untuknya. Kemarahannya pada sang nenek telah ia lampiaskan pada Husna, dengan merenggut kesuciannya adalah balasan yang tempat untuk wanita kampung. Lelaki mana yang tidak akan marah jika cintanya harus kandas dan menikah dengan wanita lain yang menjadi pilihan neneknya.

Husna memindai sekeliling lantai yang dingin tanpa adanya tikar untuk alas. Tempat tidurnya adalah lantai yang ia pijak, rasa nyeri dan tubuhnya yang remuk tidak membuatnya menyerah dengan tertatih Husna memungut pakaian yang berserakan akibat ulah Andaru.

Peletak

"Aww!!"

"Apa kau tuli hah?! Cepat bereskan kamarku dari kekacauan ini. Dan kau jangan sekalipun menyentuh barang pribadiku. Ingat, setiap detail kamar ini dan letak barangnya jika bergeser kau akan menerima konsekuensinya!!"

"Argh!!"

Tubuh Husna terhuyung ke depan jika tidak sigap wajahnya akan mencium lantai yang dingin meski harus mengalami luka bagian keningnya darah keluar membuat tatapan Husna menghambur.

"Berhenti berupa-pura. Cepat pergi ke kamar mandi jangan membuat kesabaranku habis."

Andaru mendorong tubuh kecil Husna hingga masuk kedalam kamar mandi, tubuhnya ambruk saat pintu tertutup dengan keras.

"Apa yang harus aku lakukan? Semuanya tidak seperti yang nenek pikirkan." lirih Husna.

Satu jam sudah Husna berada di dalam kamar mandi, suara dentuman musik memekikkan telinga, berlahan Husna keluar dengan daster panjang dan kerudung bergo menutupi rambutnya yang panjang. Husna terkejut dengan penampilan kamar suaminya yang minim cahaya sehingga Husna berusaha untuk melangkah menuju tempat tidurnya.

"Sudah aku katakan jangan menyentuh apapun yang ada dalam kamar ini jika kau akan tidur maka tidur di lantai karena tempat ini adalah milikku."

Husna menganggukkan kepalanya tanpa berniat untuk membantunya. Andaru yang ada di depannya menatap dengan tatapan mematikan, suara yang begitu dingin sarat dengan penekanan mampu menghadirkan ketakutan tersendiri.

"T— tapi mas,"

Husna berharap apa yang mereka lakukan tidak menyebabkan kehamilan yang membuat hati Andaru semakin membencinya, walau kenyataannya ia berharap Andaru berubah.

"Diam!!! Sejak kapan kau berani memanggilku dengan sebutan mas? Katakan?! Panggil seperti biasanya tuan. Kau paham?"

"B— baik tuan,"

"Bagus, mulai saat ini kau akan tidur di bawah. Oke, sebagai manusia aku memiliki rasa simpati padamu. Ambil selimut ini untuk alas, jika nenek datang ke kamar ini. Kau tahu apa yang harus kamu lakukan?"

"B— baik tuan, saya paham."

"Tunggu!!"

"Ada apa tuan?" Husna berusaha menekan rasa sakit yang semakin menjadi, tidak ingin terlihat lemah walau air matanya adalah bukti betapa dirinya yang rapuh dan tidak berdaya.

"Husna Lavina binti wali hakim. Mulai hari ini, detik ini aku talak kamu."

Tubuh Husna terhuyung kebelakang air matanya mengalir begitu deras, lidahnya kelu, tenggorokan tercekat sehingga suara teriakan tertahan di tenggorokan. Ingin menanyakan apa yang terjadi padanya sehingga harus di talak setelah berapa jam menjadi suaminya bahkan mereka melakukan berapa saat yang lalu dan kini suaminya telah menjatuhkan talak padanya.

"Menyingkir dari hadapanku. Malam ini kau tidur disana. Besok pagi sebelum aku terbangun kau harus pergi dari kamar ini."

Husna diam sejenak tempat yang di berikan oleh Andaru adalah lantai yang berada di sudut kamarnya. Usai menerima selimut tebal Husna membaringkan tubuhnya membungkusnya dengan rapat sehingga Andaru tidak bisa melihat tubuhnya yang bergetar karena tangisnya.

Sesuai keinginan Andaru keesokan paginya setelah menjalankan Salat subuh Husna mengerjakan semua pekerjaan meski menahan sakit yang tidak kunjung hilang. Nenek yang telah memperingatkan dirinya untuk tidak melakukan sebab kini statusnya adalah menantu bukan lagi seorang pelayan.

"Apa kamu yang mengerjakan semua ini, Husna? Kamu adalah nyonya di rumah ini untuk apa kamu mengerjakan tugas asisten rumah tangga? Apakah kamu tidak ingin melayani suamimu?"

"N— nenek, aku—"

"Nek, aku dan Husna akan berbulan madu. Apakah nenek menyukainya?"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Belenggu Cinta Sang Pewaris    101. TAMAT.

    "Kapan kamu kenal aku? Sejak lama aku menyembunyikan siapa aku. Tapi kamu menuduh aku sengaja melakukan ini padamu? Bahkan saat aku masih sekolah aku sudah menyembunyikan semuanya, kamu ingat saat aku meminta untuk resepsi pernikahan kita? Hari itu adalah hari spesial di mana aku ingin mengatakan padamu yang sebenarnya aku ingin memberikan kekuatan itu padamu tapi nyatanya aku yang di berikan kejutan ini darimu. Sudahlah Kay, kita tidak perlu lagi membahas yang tidak penting jalani hidup kita." "Tidak bisa Zel, aku cinta sama kamu. Aku akan mempertahankan pernikahan kita apapun itu,""Dan aku akan menceraikan kamu Kay. Seberapa kuat kamu mempertahankan, sekuat itu pula aku akan pisah dari kamu.""Tidak akan. Jika aku tidak bisa mendapatkan kamu maka tidak ada satu orang pun yang bisa memiliki kamu."Kayan menari kasar pergelangan tangan Zelena namun tiba-tiba dari arah samping seseorang mencekal tangan Kayan yang ingin menyentuh wajah Zelena.Bugh!!"Brengsek dia wanita! Lawan aku j

  • Belenggu Cinta Sang Pewaris    100. Zelena Adalah Sang Pewaris

    "Anda jangan becanda pak Hasta. Zelena hanya anak kampung bahkan saya sendiri yang menikahinya. Lelucon Anda kurang kreatif pak Hasta." Ujar Kayan tertawa bahkan ibu dan istrinya turut tertawa tetapi tidak dengan Iva dan Denta mereka saling pandang dan menarik kerudung yang di pakai oleh Zelena."Aku tidak bercanda dengan orang asing. Aku lebih suka bercanda dengan keluarga." "Tapi tidak mungkin kalau Zelena anak pak Hasta, karena waktu itu saya menikahinya–""Dengan dia?" Hasta menunjuk kearah Andaru dan Indri mereka mendekati terkejut dengan sikap orang tua dan saudara Kayan pada Zelena."Sayang kamu kenapa nak? Jadi ini yang membuat kamu tidak ingin menghubungi dan minta pada kami untuk diam? Ini yang kata kamu akan menyelesaikan semuanya seorang diri? Lihat bahkan di hadapan kami dan banyak orang mereka tidak menghargai kamu sayang," Husna dan Indri saling melepaskan tangan Denta dan Iva yang berbuat kasar pada Zelena."Ini lelucon,"Hasta meminta mereka untuk pergi begitu juga p

  • Belenggu Cinta Sang Pewaris    99. Hanya Benalu.

    Setelah malam itu Zelena tidak lagi memperdulikan kebutuhan keluarga Kayan. Waktunya ia habiskan untuk bekerja dan bekerja menyelesaikan tugas rumah dan menikmati harinya tanpa mengikuti perintah dari anggota keluarga Kayan untuk memasak makanan yang mereka sukai.Hanya menghitung jam lagi maka semuanya akan terungkap dan Zelena pun tidak ingin terlalu lama menundanya lagi.Terdengar suara teriakan dari luar terdengar dengan jelas jika itu adalah suara Gaina dan menantu kesayangannya."Zelena. Kamu ngapain aja di dalam kamar hah? Kamu udah tau pagi-pagi harus menyiapkan apa dulu sebelum berangkat bekerja, apa harus aku ingatkan setiap hari setiap saat dan setiap detik? Jadi orang pemalas minta ampun." Gaina menggedor kamar Zelena dibantu oleh menantu kesayangannya. Namun pada saat mereka mendorong pintu bersamaan dengan Zelena yang membuka pintu sehingga tubuh mereka tersungkur ke depan beruntung Zelena membantu Shella sehingga tidak sampai terjatuh karena akan sangat membahayakan ka

  • Belenggu Cinta Sang Pewaris    98. Dia Istriku.

    Zelena menoleh kearah pria di sampingnya sosok yang tidak di kenalinya menatapnya dengan tatapan sulit di artikan."Hapus air mata kamu." Ucapnya tegas."Terima kasih," Zelena meraih sapu tangan yang di sodorkan pria di sampingnya."Tidak perlu terima kasih, sudah seharusnya aku lakukan itu. Hum, Zelena bisa kita bicara sebentar?" Tristan berusaha untuk bicara dengan Zelena meminta maaf atas apa yang sudah terjadi dalam hidupnya. Tidak di pungkiri kesakitan yang di alami oleh Zelena karena ulahnya yang turut adil dalam taruhan itu."Maaf sepertinya saya harus pulang sekarang." Zelena berlaku meninggalkan Tristan. Tidak bermaksud untuk menghindar tetapi getar di ponselnya yang membawanya pergi dari hadapan Tristan."Zelena tunggu!""Kamu tidak ingin mendengar aku bicara? Setidaknya izinkan aku mengatakan sekarang,""Mengatakan sekarang?""Ya, aku minta maaf. Karena aku, kamu jadi seperti ini, kenalkan aku Tristan dan aku adalah –""Kenapa tidak di lanjutkan?""Aku adalah orang yang te

  • Belenggu Cinta Sang Pewaris    97. Di Kantor Yang Sama.

    Setelah perdebatan panjang Zelena berhasil pergi untuk memulai dengan mencari informasi perusahaan yang ingin ia datangi. Sesuai arahan sang adik tentunya Zelena mendatangi kantor di mana Kayan sebagai direktur."Selamat pagi mbak bisa saya bantu?" sapa resepsionis."Pagi mbak, begini saya datang sesuai informasi yang saya dapatkan dari pak Kayan jika perusahaan ini sedang membutuhkan karyawan. Saya di minta, "Pak Kayan? Kamu siapanya?" "Saya,""Saya apa cepetan!""Saya temannya dan kebetulan saya,""Tunggu dulu, saya kasih kabar pak Kayan dulu." Zelena mengangguk memilih menunggu sampai wanita di depannya selesai menghubungi seseorang yang mungkin saja adalah Kayan."Mbak langsung aja naik ke atas. Pak Kayan sudah menunggu katanya." Ujarnya acuh tanpa melihat kearah Zelena."Terima kasih Mbak, selamat bekerja. Jangan lupa tersenyum," Zelena berbalik melanjutkan langkahnya menuju lift.Sampai di lantai yang di maksud Zelena di kejutkan dengan kehadiran Kayan yang ada di depan lift.

  • Belenggu Cinta Sang Pewaris    96. Bermain-main.

    Kayan melempar semua barang yang ada di kamar mengingat kata-kata yang diucapkan oleh Tristan mengenai Shella kekasihnya meski mereka sudah menikah secara siri namun Kayan berusaha untuk menyembunyikannya dan selalu menganggap bahwa Shella adalah kekasihnya bukan istri."Kay Ada apa sih kamu buang barang sampai hancur gini? Ada apa? Bukannya kamu siap-siap mengajak kita untuk makan di luar tapi kamu cuma marah-marah di kamar seperti ini. Apa kamu tidak jadi menerima jabatan sebagai direktur?" Gaina mendatangi kamar pribadi milik Kayan yang tidak seperti biasanya pulang kerja memilih berdiam diri di dalam kamar utama."Mama kalau aku memilih mempertahankan Zelena apakah mama bersedia menerima sebagai menantu?" Kayan bertanya dengan hati-hati.Gemuruh dalam hatinya mengingat jika Zelena yang sebenarnya telah lama menempati hatinya kini harus menjadi jalan untuk mendapatkan harta yang di inginkannya."Maksud kamu apa? Jangan bilang kamu akan memilih Zelena dan mengembalikan semua harta y

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status