Share

BAB 6B

Dapur itu ramai oleh suara tawa. Kiran sengaja membelikan jam tangan untuk Haidar karena miliknya hilang. Entah ketinggalan saat sedang wudhu atau jatuh dimana, Haidar tidak ingat persis kapan hilangnya.

“Ah iya, jam berapa mau berangkat nanti malam, Mas?” Kiran mendadak teringat dengan pesan dari Ibu mertuanya kemarin malam. Mereka diminta datang untuk makan malam bersama. Ada teman lama yang hendak berkunjung.

“Nanti sepulang Mas dari kantor kita langsung berangkat. Biar shalat maghrib di sana saja. Takut macet di jalan kalau berangkat habis maghrib. Tidak enak sampai tamu Ayah dan Ibu menunggu.”

Kiran mengangguk setuju. Haidar memang selalu pulang setiap jam makan siang. Lokasi kantor yang hanya memakan waktu sepuluh menit perjalanan menggunakan sepeda motor membuatnya leluasa setiap jam istirahat tiba.

Sayang, harapan kadang tak seiring dengan rencana. Haidar mendapat cukup banyak pekerjaan yang harus diselesaikan hari itu juga. Posisi tutup bulan membuat pekerjaan tak bisa ditunda.

Lepas maghrib, mereka sampai di rumah orangtua Haidar. Pasangan itu saling berpandangan saat melihat Xpander silver terparkir di halaman rumah. Siapakah? Seingat Haidar dan Kiran, mereka belum pernah melihat kenalan orangtuanya menggunakan mobil itu.

“Assalamualaikum.” Haidar Kiran mengucap salam berbarengan.

“Waalaikumsalam.” kompak yang ada di ruang tamu menjawab salam bersamaan. “Ah, ini dia, akhirnya yang ditunggu datang juga. Sudah lapar ni perut ini.” Candaan Hakim membuat ruangan itu ramai oleh suara tawa.

“Ini Haidar? Wah sudah besar rupanya.”

Haidar menoleh pada Ratna dan Hakim. Melalui tatapan mata dia bertanya siapa yang sedang menepuk-nepuk pundaknya saat ini.

“Ini Om Fajar, Dar.”

“Oooh, Om Fajar yang dulu sering kesini?” Haidar langsung ingat. Dia bergegas menyalami lelaki yang mengenakan kemeja putih dengan merk ternama itu. “Sudah lama tidak kesini, Om?” Haidar menarik tangan Kiran pelan dan memintanya bersalaman.

“Om Fajar ini sudah lama keluar dari tempat kerja, Dar. Dia sekarang sudah menjadi pengusaha properti. Tahu PT. Tunggal Berjaya? Nah itu perusahaanya.” Hakim menjelaskan dengan cepat.

“Ooh yang sekarang sedang menggarap perumahan subsidi dengan target seribu rumah tahun ini ya, Pak Fajar?” Kiran tersenyum.

“Betul.” Fajar mengangguk cepat. “Mbak Kiran ini …?” Fajar menggantung ucapan yang bernada tanya.

“Dulu saya bekerja di bidang perbankan, Pak. Sampai saat ini masih sering mengikuti perkembangan progres developer yang cukup qualified untuk diprospect menjadi nasabah. Naluri.” Kiran terkekeh yang disambut anggukan paham dari Fajar.

“Bu Ratna? Boleh pinjam toilet? Ini Raya katanya kebelet.”

“Oh boleh, mari saya antar Bu Rika.” Ratna sigap melangkah lebih dulu.

Kiran menyipitkan mata saat melihat anak Fajar yang di dorong kursi roda. Sejak tadi, wanita itu memang lebih banyak diam dan sesekali ikut tertawa.

“Itu anak saya, anak tunggal, namanya Raya. Dia diberi keistimewaan sejak lahir. Allah sengaja menitipkan kaki yang tidak berfungsi padanya agar bisa sabar dan banyak belajar dalam menjalani kehidupan.”

Kiran menarik napas panjang. Hari itu, untuk pertama kalinya dia bertemu Raya. Gadis itu pendiam dan sepertinya sedikit kaku dengan orang baru. Wajahnya biasa-biasa saja. Jika dibandingkan Kiran, jelas orang akan bersepakat Raya tak ada apa-apanya.

Namun, siapa sangka justru gadis biasa saja itu mampu membuat karam bahtera rumah tangganya dengan Haidar? Ah … lebih tepatnya bukan Raya yang membuat bahtera mereka karam, tapi Kiran sendirilah yang memilih melompat dan berenang menuju dermaga yang tak lagi sama dengan tujuan semula.

Langkah kaki melambat saat memasuki area pekuburan. Jalanan yang becek dan sedikit berair membuat pelayat memelankan langkah karena khawatir tergelincir.

Kiran membeku saat keranda diturunkan. Di sana, lubang menganga telah siap menanti tubuh yang asalnya dari tanah kini akan kembali ke dalam perut bumi.

“Raya ….” Kiran berbisik lirih. Bahkan sampai detik mantan madunya itu akan dikuburkan, Kiran masih belum percaya sepenuhnya kalau wanita itu telah tiada untuk selamanya.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Nur Janah
itu awal mula masalah Haidar dan Kiran di mulai
goodnovel comment avatar
Migi Ayu Lestari
d tung lg up nya kak...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status