Bab 165. Bukan Cinta, Tapi Obsesi
==========
Rasa itu justru bertambah dalam. Justru ada tekad yang menyeruak, aku harus bisa menyembuhkan sakitmu. Tekat itu menyiksaku, Ai. Itu sebab aku menjaga kamu! Itu sebab aku perintahkan bodyguard itu mengikuti ke mana pun kamu pergi. Bukan untuk memata-matai, tetapi aku ingin tahu keadaanmu setiap saat, Ai.”
Aisyah tercekat. Pandanganya kian mengabur. Bulir air bening menghalangi pandangannya. Kembali jemari Raja menyeka lembut mata basah itu.
“Tolong pahami rasa di hatiku ini, kumohon! Jika memang tak kau terima rasa ini, setidaknya jangan usir aku! Jangan suruh aku pergi, ya, Ai! Aku ingin menjagamu, menyembuhkanmu, meskipun tak bis akau balas r
Bab 166. Katakanlah, Ai! Aku Akan Mendengarkan=============“Ya, itu bukan cinta, tetapi obsesi yang gila.”“Ya, mencintai tidak mesti memiliki, bukan? Sekalipun itu sakit rasannya. Tetapi akan memberi kita rasa tenang. Kita ikut bahagia, bila orang yang kita cinta itu bahagia. Itulah yang namanya cinta sejati."“Begitukah, Mas?”“Ya, jangan ada dendam. Kalau dendam, kita tidak akan tenang.”“Mas Raja tetap mau bertahan di dekatku sekalipun aku mengusir Mas Raja, apakah itu artinya –“&nb
Bab 167. Pertemuan Dinda Dengan Aisyah==========“Tapi, Mas Raja juga keren, kok, Pak. Iya, kan, Kak? Dan sepertinya, Mas Raja naksir Kak Rika, deh, hehehehe …,” celetuk Arfan membuat wajah Rika merona.“Hust! Arfan!” Rika melotot, tetapi langsung menunduk.“Kak Rika juga suka, kan? Ya, Allah, semoga Kakakku berjodoh dengan Mas Raja, aamiin.”“Arfan!” Rika mencubit gemas pipi adiknya, jelas terlihat dia semakin tersipu.“Amini, dong, Kak. Masa malah dimarahin!” Arfan tertawa melihat wajah kakaknya 
Bab 168. Raja Dan Rika Bertemu Di Rumah Sakit==========Dua orang bocah perempuan berlari di koridor rumah sakit. Pak Dadang, sang supir pribadi mengiringi mereka. Alina tertinggal di belakang, di dorong dengan kursi rodanya oleh seorang perawat pribadi.“Mama … Mama ke mana aja, sih, kita kan, kangen!” Rena dan Tasya langsung menghambur memeluk Aisya begitu mereka tiba di kamar rawat Deva.“Iya, Sayang. Maafin Mama, ya. Papa kalian sakit, tapi sekarang udah sebuh, kok. Makanya kalian di jemput untuk datang ke sini.” Alsiya membelai dan menciumi kedua putrinya.&n
Bab 169. Rika Terluka=========“Selamat sore! Eh, Mama udah datang jenguk Mas Deva? Maaf, Kami baru datang, tadi ada urusan penting. Hey, ada Rika juga, ya?”Raja berdiri di ambang pintu. Seorang gadis berhijab ada di sampingnya, tersenyum begitu manis kepada mereka semua.Rika tersentak kaget. Gadis itu bagai membeku di tempat berdirinya.“Kapan datang, Rika?” Raja tersenyum hangat ke arah Rika. Pria itu lalu menghampiri mereka. Menyalam dan mencium tangan ibunya, lalu menatap lembut kepada gadis itu. Sementara Aisyah masih berdiri di ambang pintu.“Ba … ba &helli
Bab 170. Tak Semua Perempuan Seberuntung Alisya============“Maaf, saya udah waktunya kembali pulang. Mohon jizin, ya!” Tetiba Rika bangkit. Pembicaraan Alina dengan Aisyah terpaksa terhenti.“Lho, kok buru-buru? Mbak Rika baru aja sampai, lelahnya juga belum hilang, kan? Perjalanan Mbak Rika jauh, lho?” Alina terkejut.“Maaf, Bu! Sebenarnya saya udah janji dengan supir taksi yang tadi mengantar saya kemari, kebetulan ayah saya juga sedang di rawat di rumah sakit dekat rumah. Makanya agak buru-buru. Maaf, ya, Bu. Gak bisa lama.”&n
Bab 171. Anestesi Cinta===========“Saya turun di sini saja, Pak!” kata Rika setelah beberapa saat mobil yang membawanya meninggalkan rumah sakit.“Kenapa di sini? Ini jalan raya, lho?” Dr. Ilham menolak.“Eh, Dokter yang di ruangan Pak Deva tadi, kan?” Rika tersadar, mata jernihnya menoleh pria yang kini tak lagi memakai seragam putihnya. Penampilannya kini tampak berbeda. Tadi terlihat begitu dewasa dan berkharisma. Hinga Rika enggan bahkan minder untuk menyapanya. Sekarang pria itu terlihat seperti pemuda pada umumnya. Tampan, selalu tersenyum, dan begitu hangat sikapnya. Seolah-olah, Rika adalah
Bab 172. Aku Ingin Itu, Mas==========Rika terpana. Bahkan Raja belum sempat menyatakan isi hatinya. Kenapa dia merasa begitu sakit saat tahu Raja telah punya kekasih? Toh, pria itu belum menyatakan apa-apa. Lalu pria ini? Kenapa dia tampak begitu menyayangi dirinya, padahal ini kali pertama mereka bertemu.Apa arti semua ini? Adakah rasa yang sempat tumbuh kepada Mas Raja hanyalah langkah untuk aku bertemu dengan Dokter ini? Apakah ini hikmah dari sakit hati karena aku merasa dipermainkan oleh Mas Raja? Ya, Tuhan, aku tak paham dengan semua ini. Hanya kumohon pada-Mu, tolong hindarkan aku dari orang-orang kaya yang berniat tak baik padaku. Aku 
Bab 173. Vitamin Cinta Alisya==========Alisya bangkit dari duduknya. Kini wanita itu berdiri tepat di sisi ranjang. Alisya mengikis jarak di antara wajah mereka. Deva menunggu. Menanti sentuhan hangat penuh cinta dari bibir lembut istrinya. Tangan kanannya melingkar di bahu Alisya, saat keduanya terpaut menjadi satu. Pagutan itu masih sangat lambat, namun desir kerinduan tertangkap dengan jelas.“Ups, maaf!”Sepasang pengantin baru itu tersentak kaget. Seseorang masuk ke dalam ruangan itu tanpa permisi. Segera Alisya tegak berdiri, merapikan kembali rambut dan blus yang dikenakannya. Menyapu bibirnya dengan ujung jemari, seolah sesuatu masih menempel di sana. Wanita it