Bab 175. Janji Di Rumah Sakit
===========
“Ok, aku minta maaf. Aku harus bagaimana, Sayang! Tolong beritahu aku. Aku janji akan mengikuti apa mau kamu.”
“Kamu gak akan bisa, Mas. Watak asli kamu mamang seperti itu, lanjutkan saja! Aku bisa apa.”
“Katakan, Sya! Aku harus bagaiamana?”
“Kenapa Mas Deva memutuskan sendiri permintaan Dr. Robert tadi. Asal Mas Deva tahu, Tiara sudah menemuiku terlebih dahulu, dia dan Mamanya memintaku hal yang sama. Pada saat itu, Mas Deva baru saja keluar dari ruang ICU. Itu sebab aku tak mau memenuhi keinginan Tiara. Bagaimana bisa aku mengeluarkan pembunuh suamiku dari penjara
Bab 176. Dendam Membakar Intan===========“Jadi pengen cepat pulang, Sayang.” Deva menatap wajah istrinya sendu.“Sabar, dua hari lagi.” Besok boleh enggak, ya?”“Jangan maksa, dong, Mas!”“Gimana, aku udah kangen banget. Masa aku minta di sini, bulan madu di ranjang pasien, apa kata orang?”“Makanya di tahan!”“Baiklah, Nyonya. Aku akan bertahan.”“Harus! Belajar mengendalikan keinginan. Tak selalu keinginan kita bisa
Bab 177. Kejutan Dari Rena Saat Deva Pulang========“Selamat datang, silahkan masuk!” Intan membuka pintu utama rumah besar itu sambil membentangkan kedua tangan.“Kenapa dia masih ada di rumah ini?” bisik Deva di telinga Alisya. Tampak dia terkejut melihat keberadaan Intan di rumah itu. Hari ini adalah hari kepulangannya dari rumah sakit.“Maksud Mas, apa?” Alisya jauh lebih terkejut. Sama sekali dia tak paham apa maksud kalimat Deva. Bukankah memang selama ini Intan tinggal bersama mereka? Kenapa Deva mempertanyakannya sekarang?&n
Bab 178. Tamparan Alisya Buat Intan=========“Jadi udah jelas, kan, apa yang Ante sering bilang sama Rena! Papa Deva itu bukan papa yang baik. Dia jahat, dia mau mencuri Mama Rena. Mau ambil Mama Rena, mau dia jadiin mama buat Tasya aja. Papa Rena itu sebenarnya adalah Papa Fajar. Orangnya baik, tapi udah dijahatin sama Papa Deva, makanya masuk penjara.”Alisya kaget. Darah langsung menggelegak, seperti naik sampai ke ubun-ubun. Jadi ini yang telah dilakukan Intan selama ini. Kenapa? Setelah aku tampung dia selama ini? Susah senang dia tak pernah aku lalaikan. Ternyata dia musuh dalam selimut. Duri di dalam rumah tanggaku. Oke, duri ini harus kucabut, dan kubuang ke jalanan! Emosi kia
Bab 179. Buah Jatuh Tak Jauh Dari Pohonnya=========“Intan! Apa lagi yang kamu tunggu! Keluar sekarang!” Alisya berteriak kencang. Wanita itu tak lagi bisa mengontrol emosi yang membakar. Tak bisa menahan amarah, meski Rena semakin ketakutan.“Ok, aku keluar!” Gadis itu buru-buru mengeluarkan tas besar dari dalam lemari pakaian. Memasukkan baju-bajunya secara asal. Lalu meraih sebuah map dari dalam laci lemari. Rena tetap menangis sambil mencengkram ujung baju Intan. Itu membuat gerakan Intan sedikit terhalang.“Ada apa ini?
Bab 180. Aisyah Menyelamatkan Rena==========Intan dengan tubuh Rena yang tetap terseret tak mau lepas, kini sudah berada di teras rumah, diirngi dengan seluruh keluaga besar yang kebingungan untuk membujuk bocah itu. Bik Warsih berlari-lari menuju pintu gerbang. Sebuah mobil berwarna putih memasuki halaman rumah besar itu. Berhenti persis di samping mobil Raja.Seorang gadis berbusana syar’i keluar dari dalam mobil. Dua buah boneka besar dia peluk. Boneka yang masih berbungkus plastik transfaran. Boneka yang hampir sebesar tubuh Rena. Bocah kecil yang tengah berteriak histeris itu tiba-tiba menghentikan tangisnya. Mata kecil
Bab 181. Ardho Keluar Dari Penjara==========“Ok, terima kasih infonya! Ingat, begitu pernikahan adiknya selesai, kembalikan dia ke dalam penjara!”“Siaaap, Pak!”Para Bodyguard Deva kembali fokus mengintai situasi di rumah Rika. Sang Narapidana di sambut hangat oleh Dr. Robert, calon adik iparnya.“Selamat datang, Mas!”Dr. Robert menyalam calon kakak iparnya.“Terima kasih. Dr. Robert, kan? Senang bisa bertemu. Terima kasih akhirnya adikku mau mengakhiri masa lajangnya. Padahal usianya sudah lebih dari cukup, teman komp
Bab 182. Obat Perangsang Di Dalam Minuman========“Maaf, Din. Aku mau bicara, penting.”Suara pria sangat berwibawa. Tak ada kesan kalau dia sedang butuh sesuatu, tetapi sebaliknya Dindalah yang seolah butuh dia.“Bicara apa? Sepertinya gak ada yang penting, gugatan ceraiku sudah di pengadian, kamu tunggu aja panggilan sidangnya. Toh, kamu sudha keuar dari penjara. Jadi orang-orang tak akan menuduhku lagi sebagai perempuan egois, yang menuntut cerai karena suami di penjara. Sekarang tidak ada lagi alasan yang memberatkan aku. Tetapi, selamat, ya. Akhirnya kamu bebas. Sudah, aku matikan telponnya,” ujar Dinda tetap ketus.
Bab 183. Menuntaskan Hasrat Beriring Dendam===========Ardho kembali dari belakang dengan dua gelas minuman di tangannya. Teh manis hangat untuk Dinda, dan kopi buat dirinya.“Silahkan diminum!” ucapnya menyerahkan gelas untuk Dinda.“Makasih, Mas!” Dinda menerima gelas itu. Menyeruput beberapa teguk, lalu meletakkannya kembali di atas meja.“Jadi, kita mulai saja, ya! Pertama dulu masalah gugatan kamu, aku setuju. Aku tak akan menahan perceraian kita. Karena itu yang terbaik buat kita, iya, kan?” Ardho me