Bab 186. Sumpah Dokter Robert
==========
“Maaf, Mbak. Kami sungguh-sungguh minta maaf. Kami merasa, jika sejak awal pernikahan ini sudah banyak onak dan duri, maka selamanya kelak, keluarga merek aakan diterpa masalah. Berarti mereka tidak serasi. Itu kepercayaan di keluarga kami. Jadi, untuk apa diteruskan. Tolong, agar Mbak bisa memaklumi!”
“Baik, saya tahu sejak awal kalian memang tak menyukai Tiara, putri saya. Tak perlu mencari kambing hitam dan berbagai alasan. Putri saya memang bukan siapa-siapa, tak pantas mendampingi putra kalian yang sangat istimewa. Sangat tidak sepadan. Perlu kalian ketahui, kami
Bab 187. Pertengkaran Kecil Di Pagi Buta=========“Kalau sudah dijelasin Mama, kenapa Mas Robert masih ke sini?” Tiara menoleh. Kini mata mereka beradu. Jelas Tiara melihat ada keseriusan di mata kekasihnya. Tak ada keraguan di sana. Tetapi, Tiara bukan gadis penghayal. Tatapan penuh cinta itu, tak boleh dia harapkan lagi. Mata teduh itu bukan miliknya. Tiara menunduk kini. Menetralkan debar dengan buncah pedih di dada.“Ingin menegaskan sama kamu. Bahwa aku tak akan pernah mundur sejengkal pun Tiara!” Dr. Robert menyentuh dagu gadis itu, lalu menegakkan wajah yang tersaput mendung hingga berse
Bab 188. Watak Asli Deva===========“Ma-maksud Papa bukan seperti itu, aduh, papa salah ngomongnya, nih. Mama aja yang jelasin, ya! Tolong jelasin ke Tasya, Sayang!” Deva menoleh ke arah Alisya.Alisya menarik napas beberapa kali. Berusaha tetap setenang mungkin, meski hatinya kini bergejolak sesak. Cara Deva mendidik putrinya, tetap berdasarkan keangkuhan. Bibit keangkuhan itu dia tanamkan pula di hati putrinya. Sepertinya watak angkuh itu tak akan gampang lekang dari diri pria itu, bahkan akan dia wariskan pula pada anaknya. Rena bukan anak kandungnya, Deva menumbuhkan&nbs
Bab 189. Bulan Madu Alisya======Allah lah pemilik segala sesuatu di muka bumi ini. Tak ada yang melebihi kekuasaan Allah. Zat yang harus kita sembah, karena diri kita adalah milik-Nya. Kita harus akur, jangan sampai Allah mengambil Papa dan Mama, karena Allah marah. Itu yang Alisya tanamkan di hati kedua putrinya. Membujuk dan mendekati mereka dengan penuh kasih sayang.Tasya dan Rena mencoba memahami setiap kalimat yang diucapkan oleh Alisya. Keduanya saling menyesali diri, dan berjanji akan selalu saling menyayangi. Deva melihat perubahan kedua putrinya. Kini mereka terlihat sangat akur kembali. Itu berkat Alisya. Tetapi, masih ada yang m
Bab 190. Rencana Pernikahan Di Rumah Sakit========Tiara tak menolak kali ini. Di dalam kebimbangan, gadis itu mengikuti saran itu. Melakukan ibadah salat Duha di sana.Terucap untaian doa-doa dari mulutnya. Begitu lirih hingga menitikkan air mata.“Mungkin, tak ada gadis lain semalang diriku, Ya Tuhan. Di detik-detik menjelang akad pernikahan, semua masalah datang. Mas Ardho yang akan menggantikan tugas Papa untuk menikahkan aku, tiba-tiba menghadapi masalah pelik rumah tangganya sendiri. Bahkan dia terkapar tak berdaya kini. Papaku, juga sama. Dia yang memang suda
Bab 191. Permintaan Deva Saat Di Kamar Hotel==========“Mas?” Kembali Alisya meremas jemari Deva dengan makin kencang.“Maaf, Mbak. Suami saya memang kurang suka travelling sistem paket seperti ini. Dia terbiasa bebas gitu. Paket bulan madu ini adalah hadiah dari keluarga besar kami. Gak enak kalau gak kami terima. Mohon maklum, ya, Mbak!”“Oh, begitu? Pantes, Bapak ini sepertinya gak suka, ngelihat jadwal kita. Itu bagian dari pelayanan kita, kok, Mbak? Ya, sudah, kalau memang gak mau ke Jimbaran, boleh kok, nanti langsung ch
Bab 192. Serasa Malam Pertama Lagi (21+)===========“Itu, Mas! Udah aku sediain, kok!” Alisya menunjuk pakaian yang tadi sudah dia keluarkan dari dalam koper. Lalu bergerak cepat menuju kamar mandi, setelah menyambar gaun miliknya sendiri.Deva tahu apa yang dirasakan wanitanya. Tersenyum simpul dia meletakan tubuhnya di atas ranjang. Meraih ponsel lalu mulai mnegutak-atik benda itu sambil bersandar di bagian kepala ranjang. Masih hanya mengenakan handuk berwarna biru langit, Deva sengaja menunggu.Alisya keluar dari kamar mandi sudah dengan gaun lengkap. Tersentak wa
Bab 193. Ancaman Penculikan Anak-anak Alisya========“Udah sampai di mana, Sayang?” tanya Dokter Ilham melalui telepon.“Bentar lagi, sampai. Tapi, saya ingatkan, jangan pangil saya ‘Sayang’ Dok!” Rika menjawab. Gadis itu baru saja turun dari taksi lalu berjalan menuju gedung rumah sakit dengan langkah terburu.“Iya, maaf. Belum boleh, ya?” Sang Dokter terdengar sedikit kecewa.“Ya.”
Bab 194. Rencana Licik Orang sakit Hati============“Ok, apa yang bisa kubantu, coba!”“Tolong lindungi aku, bila nanti aku terjerat hukum, Mas! Bukan Mas Ardho, tetapi teman –teman Mas Ardho, maksudku! Mohon Mas Ardho sampaikan sama mereka, untuk melindungi aku.”“Bisa, aku akan telpon teman-teman. Tapi, terjerat hukum bagamimana maksud kamu? Coba ceritakan!”“Aku baru saja menyuruh seseorang menculik kedua putri Alisya.”“Apa? Keponakan kam