Bab 23. Para Benalu Kehilangan Induk Semang
=======
“Bu Alisya! Kita sudah sampai, Bu!” Pak Dadang mengurangi keceapatan mobil lalu berhenti sebentar menunggu pintu pagar dibukakan.
Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh, berlari kecil menuju gerbang. Membuka gembok besar, lalu perlahan pintu pagar terbuka. Pak Dadang melajukan mobil yang dikendarainya ke halaman.
Alisya terpana, menatap takjub rumah besar dan megah di hadapan. Hanya berlantai dua, tetapi megahnya tak kalah dengan rumah utama yang ditempati oleh keluarga Wibawa yang di dekat Kodam sana.
“ini rumahnya, Bu! Silahkan turun!”
Alisya melongo.
“Kenapa, Bu Alisya?”
&nbs
Bab 24. Kedudukan Pelakor Tetap Di Keset Kaki=====Perempuan itu sudah sangat terbiasa masuk ke dalam kamar utama. Kamar yang dihuni oleh sang tuan rumah bersama pasangan halalnya. Fajar dan Alisya. Tetapi, Desy telah menguasai dengan caranya, sejak sang Tante membawanya turut serta tinggal di rumah itu. Bagai benalu menumpang hidup pada induk semangnya. Menghisap habis kebahagiaan yang susah payah diciptakan oleh Alisya, bahkan tega mengambil suaminya juga.Ibarat sebuah Bus, Alisya kini hanya seorang penumpang. Numpang mandi dikamar mandi yang tersedia di kamar itu, numpang menyimpan pakaian di lemari besar yang terletak di dalam kamar itu, dan numpang tidur beberapa jam di ranjang besar itu. Jam dua belas malam tiba di rumah karena lembur, esok pagi pukul enam tepat, sudah pergi lagi ke pabrik&nbs
Bab 25. Rencana Busuk Mantan Mertua dan Pelakor======“Mas, berapa tahun hubungan kita, aku tak pernah hamil, bukan? Itu artinya kau tak bisa punya anak! Kenapa Alisya bisa hamil, Mas? Pikirkan itu! Berhenti menyesali kepergian perempuan itu! Dia telah mengkhianatimu, Mas!”“Keluar! Keluar! Jangan pernah temui kau!”“Tidak! Aku tidak akan pernah keluar lagi dari rumah ini, bila Alisya sudah pergi! Aku akan menggantikan dia! Itu janjimu padaku! Itu komitmen kita!”“Janji? Komitmen! Dengar! Aku tidak pernah mencintaimu! Aku tak pernah berjanji apa-apa padamu! Kau menyerahkan dirimu karena kau butuh aku! Kau yang menyukaiku, bukan aku!”“Apa? Kau tega berkata seperti itu, Mas? Kau mencampakka
Bab 26. Penyusup di Keluarga Sang Konglomerat=====“Saya akan menggendong Nak Rena ke kamarnya, Bu!” Pak Dadang membuka pintu mobil lalu menggendong tubuh Rena yang masih tertidur pulas di pangkuan Alisya.“Yang mana kamarnya, Bik?” tanya supir itu kepada Asisten Rumah Deva.“Ibu tidur sekamar dengan putri Ibu? Atau tidur terpisah, Buk?” Bik Warsih balik bertanya pada Alisya.“Sekamar aja, Bik,” jawab Alisya cepat.“Mari saya tunjukkan!”Alisya menurunkan koper dan tas besar pakaian mereka dari dalam mobil, lalu menyeretnya masuk.“Mari saya saja yang bawa, Buk!” Bik warsih tergopoh-gopoh membantunya setelah mengantar Pak Dadang ke kamar utama ru
Bab 27. Deva Mendaftarkan Gugatan Cerai Alisya======Sang Mama terlihat semringah. Sepertinya wanita itu suka kalau Raja dekat dengan Alisya. Entah mengapa, Raja merasakan perhatian sang Mama kini tercurah besar pada dirinya. Bertolak belakang dengan dulu. Bila dulu Deva adalah segalanya bagi sang Mama, kini sepertinya berbalik arah. Perhatian wanita itu sekarang begitu besar untuknya.“Maaf, Bu. Saya terbiasa hidup hemat, jadi pikirannya gimana biar irit aja, hehehe ….”“Bagus, dong! Calon istri direktur memang harus penuh perhitungan, gak boleh foya-forya gak jelas, iya, kan, Ja?” Wanita itu menatap putranya.Raja tersenyum, wajahnya sedikit merona. Berbeda dengan Alisya, perempuan itu malah mengernyitkan keningnya dengan keras. Entah apa maksud
Bab 28. Serangan Mantan Istri Deva ======“Ada tamu yang mau bertemu Ibuk,” Bik warsih mengetuk pintu kamar. Alisya baru saja selesai mandi setelah pulang kantor sore ini.“Bian, Lena yang buta pintu Mammma,” kata Rena langsung beringsut turun dari atas ranjang besar itu.“Rena gak sampai, Sayang. Pegangan pintu kamar ini masih terlalu tinggi untuk Rena. Biar mama, aja, ya!” Alisya cepat-cepat merapikan baju tidur yang baru saja dikenakannya. Sebuah handuk berwarna biru langit masih membalut rambut panjang di kepalanya.“Sebentar!” serunya sambil berjalan menuju pintu kamar. Rena mendampinginya.“Siapa, Bik. Perasaan saya tak ada janji dengan siapa-siapa?” tanya Alisya begitu pintu kamar dia buka.
Bab 29. Deva Menolak Tawaran Rujuk======“Mama!”Seorang bocah perempuan berteriak, Tasya! Tetapi, Warsih segera mengalihkan perhatiannya. Mereka tengah bermain di ayunan yang tersedia di pojok halaman sebelah kanan rumah itu. Tasya dan Rena tampak akrab. Celoteh mereka terdengar riang.“Mas Deva ….” Lirih suara Sonya memanggil mantan suaminya.“Maaf, Pak. Saya terpaksa mengusirnya keluar!”Alisya salah tingkah. Kini dia menunduk, bersiap menunggu apapun ucapan laki-laki itu, karena telah mengasari mantan istrinya.Tetapi, Deva tak berkata apa-apa. Lelaki itu hanya menatap Alisya lekat. Yang di tatap semakin gelisah. Bahkan Alisya langsung berpikir akan segera meninggalkan ruma
Bab 30. Sentuhan Pertama Deva di Leher Alisya====Mobil Sonya telah hilang dari pandangan. Ponsel Deva berdering, saat berjalan kembali menuju teras, menghampiri Alisya dan Rena.“Ya, Raja! Ada apa?” Deva menjawab panggilan di ponselnya.“Mas, sekretaris aku tadi pagi ngajuin resign karena mau nikah. Kebetulan temanku, si Fajar, nelpon barusan, nawarin sepupu dia yang baru selesai kuliah. Tinggal nunggu wisuda aja. Aku terima, Ya, Mas! Gak enak nolak lagi. Kemarin aja udah aku tolak gara-gara Mama nyuruh tempatkan Alisya di kantor.”“Terserah kamu! Kan, sekeretaris kamu! Kamu aja yang mutusin!”“Ok, Mas. Aku iyain, nih! Besok dia mulai masuk, ya, biar dibimbing dulu&n
Bab 31. Penyusup Di Keluarga Besar Wibawa=======Suasana berbeda di rumah Fajar. Lelaki itu baru saja menerima telepon dari sahabatnya, Raja. Sesuatu yang telah direncanakannya, kini sudah mulai berjalan begitu sempurna. Sengaja dia meminta Raja agar menerima Desy bekerja di kantor yang dimiliki oleh keluarga temannya itu. Alisya juga ada di sana.Fajar sama sekali belum bisa terima, Alisya telah mencampakkannya. Alisya adalah miliknya, selamanya akan menjadi miliknya. Berharap Alisya urung menggugat cerai dirinya. Akan direngkuhnya kembali wanitanya, bagaimanapun caranya. Fajar yakin, ada seseorang di sana yang sedang berusaha mengambil hati istrinya. Belum tahu pasti siapa, tapi Fajar berusaha akan mencari tahu secepatnya. Tidak akan ada siapapun yang bisa memiliki Alisya. Alisya dici