Entah mengapa kamu selalu menghiasi setiap hari ku meski sebenarnya aku tahu kamu sudah semu untukku
Fano membaringkan tubuhnya diatas kasur ukuran king miliknya sambil matanya menatay langit-langit kamar nya itu. Ia suka memandangi langit kamarnya karena disana ada sebuah foto dirinya dan juga Naya yang sengaja ia pasang dengan ukuran besar.
Alasannya hanya ingin saat ia menutup mata sebelum tidur dan membuka mata saat bangun tidur orang yang pertama ia lihat adalah Naya meski hanya sebuah foto namun itu sudah lebih cukup mengobati rasa rindunya.
Ah entahlah, meski sudah 8 tahun berlalu tapi wanita itu masih sama, masih menjadi ratu di hatinya yang bertahta.
Fano menerawang mengingat dengan jelas saat-saat ia masih bersama dengan Naya waktu itu, waktu dimana belum ada Syasa yang menjadi dinding pemisah antara mereka berdua dulu.
Flashback on
"N
Seseorang akan terbentuk menjadi keras mengikuti lingkungannya yang bertujuan untuk melindungi dirinya sendiri"Nay," panggil seseorang yang langsung menghentikan langkah kakinya. Naya menoleh ke sumber suara namun tak lama kemudian Naya langsung melanjutkan langkah kakinya lagi tanpa memperdulikan orang yang memanggilnya."Nay tungguin." Ucap orang itu lagi namun bukannya berhenti Naya malah mempercepat langkah kakinya untuk menghindari orang yang memanggil nya itu."Nay tunggu, kita perlu bicara." Ucap orang itu sambil berlari untuk mengejar langkah kaki Naya yang semakin cepat itu."Nay, mau sampai kapan kita seperti ini? 8 tahun sudah berlalu Nay. Apa dendam di hati lo itu masih hangat hingga lo tidak mau bertemu dengan kita?" Ucap orang itu yang langsung membuat langkah kaki Naya berhenti."Mau sampai kapan lo giniin kita? Kita ini teman Nay, apa sedikit pun te
Kehidupan mu begitu baik-baik saja saat ini setelah beberapa kali mencoba bangkit dan kembali terjatuh karena mengharapkan mu untuk kembali dan aku rasa kehidupan mu disana juga baik-baik saja bukan?Naya duduk di salah satu meja kosong di sebuah cafe menunggu kedatangan tunangannya. Mereka janji akan bertemu disini setelah melakukan operasi pada pasiennya. Iya, tunangan Naya adalah seorang dokter di salah satu rumah sakit terkenal di Jakarta.Masih terngiang-ngiang di telinga nya tentang ucapan para sahabatnya itu, eh salah mantan sahabat nya. Gara-gara mereka Naya kembali teringat ke masa sekolah dulu. Naya sebenarnya sangat merindukan akan kebersamaan mereka dulu waktu masih bersama.Masih teringat dengan jelas bagaimana mereka melalui setiap hari selama 3 tahun bersama-sama. Ada suka dan dukanya menghiasi hari-hari mereka.Saling usil namun tetap untuk saling menjaga, jika diingat-i
Kamu hanya seseorang dalam memori yang hanya pantas untuk di kenang bukan kembali mengulangNaya melangkah kan kakinya memasuki sebuah danau yang dulu sangat sering ia kunjungi bersama Fano di waktu libur. Setelah berpisah dengan Bian tadi entah kenapa hati nya tergerak untuk melangkah ke tempat kenangan nya bersama Fano ini. Mungkin saja karrna tiba-tiba tadi Bian sedikit mengungkit tentang Fano.Dapat Naya lihat, Danua yang dulu ja kunjungi itu begitu banyak perubahan saat ini. Tak ada lagi yang tersisa kesamaan dari yang dulu hanya air danau nya yang masih sama karena nggak bisa di ganti.Sebuah pohon rindang dengan kursi panjang di bawah Nya menjadi daya tarik bagi Naya untuk segera mengistirahatkan dirinya disana. Dulu di bawah pohon itu juga merupakan tempat favorit nya bersama Fano tapi bedanya sekarang di situ sudah ada kursi panjang.Naya duduk di kursi itu sambil beberapa kali menghirup uda
Entah kenapa godaan untuk selalu mengingat mu itu selalu ada tanpa jenuhHari ini adalah hari minggu, hari libur yang sangat di nantikan. Naina sudah siap di dalam mobil menunggu sang papa yang sejak tadi belum juga usai berperang dengan pakaiannya itu.Sudah beberapa kali Naina menyuruh untuk papanya menikah lagi namun jawaban papa tetap sama. Entahlah secinta apa papanya kepada sang mama sehingga saat wanita cantik itu pun telah tiada ia tetap setia dengan kesendiriannya tanpa berniat mencari pengganti.Jika membayangkan hidupnya kelak saat sudah dewasa seperti mama dan papanya pasti ia akan menjadi wanita yang paling bahagia di dunia ini. Naina jadi penasaran bagaimana papanya itu saat bertemu atau bahkan pacaran dengan mamanya. Pasti momen itu adalah hal yang paling membahagiakan bagi sang mama."Ah Naina jadi iri jika membayangkan kalian di imajinasi ku." Gumam Naina dalam hatinya sambil terseny
Entah apa jadinya pada hati ini saat mengetahui kebenaran dari semuanya saat kita kembali bertemuTapi tanpa di duga sebelumnya, langkah kaki Naya berhenti. Naya diam membeku ditempat nya itu. Bahkan matanya juga tidak berkedip sama sekali saat berpas-pasan dengan seseorang yang selalu menganggu nya selama ini. Orang itu juga sama, sama-sama terkejut dan tak percaya apa yang sedang di lihat oleh Mata nya sendiri.Kedua nya larut bersamaan tatap mata yang sama sekali tidak berkedip itu, seolah-olah sedang berbicara tanpa perantara mulut."Fan-o." Ucap Naya terbata-bata. Lidah nya tiba-tiba saja kelu menyebutkan nama Fano itu."Naya." Kini giliran Fano pula yang bersuara. Berbanding terbalik dengan Naya yang nampak sedikit shock itu. Fano malah nampak begitu bahagia saat ini.Baru selangkah Fano berjalan untuk mendekati Naya tiba-tiba langkah kakinya terhenti saat mata nya menangka
Ketika takdir dan waktu berkerja sama dalam menghancurkan diriku, disaat itulah kamu harus tahu bahwa hancurnya diriku itu karena kamuSesampainya dirumah, Fano langsung menuju lantai dua dimana kamarnya berada tanpa mengucapkan apapun pada Naina. Naina menaikkan alisnya karena merasa bingung dengan keadaan papa nya itu yang tiba-tiba saja berubah. Padahal tadi saat mereka pergi dan belanja di mall papanya itu masih baik-baik saja. Lalu apa yang sebenarnya sedang terjadi?Ibu Fano yang melihat Naina kebingungan langsung menghampiri cucu nya itu."Ada apa sayang?" Tanya Ibu Fano sambil mengusap lembut puncak kepala Naina."Nggak tau sih Nek, papa tiba-tiba aneh.""Aneh? Aneh kenapa hm?" Tanya ibu Fano, sebenarnya ia melihat semuanya saat mereka baru saja turun dari mobil. Ibu Fano melihat wajah Fano yang berbeda."Nggak tau Papa itu kenapa setelah bertemu sama
Rasa penasaran dan teka-teki entah kenapa berjalan beriringan dalam hidup gue saat ini. Tentang kamu, dia dan kita yang telah berlalu.Sejak pulang ke rumahnya Naya tak sedikitpun Bergerak dari tempat tidurnya. Ia terus saja memikirkan pertemuan nya bersama dengan Fano tadi.Beberapa pertanyaan terus saja berputar di otaknya saat ini mengingat dengan jelas ucapan gadis kecil yang memanggil Fano dengan panggilan papa."Apakah itu anak Syasa? Apakah mereka sudah menikah dan dikaruniai seorang anak? Ah, pasti nya hidup mereka telah bahagia selama beberapa tahun ini."Naya menggeleng kan kepalanya cepat menghapus setiap dugaan yang muncul. Bagaimanapun ia tak ingin terlalu cepat menyimpulkan semua yang terjadi hari ini. Tapi bayangan wajah Naina yang begitu mirip dengan Syasa begitu menghantui dirinya sendiri."Ck! Mengapa gue harus repot-repot memikirkan semua itu? Ast
"Kemari sayang," ucap ibu Fano pada Naina sambil menepuk kasur empuk disampingnya itu.Naina melangkah untuk mendekat ke arah nenek nya dengan perasaan yang bercampur aduk. Mimik wajah dari sang nenek yang terasa beda dari biasanya membuat Naina merasa bingung. Sebenarnya apa yang sedang terjadi dan tak ia ketahui sama sekali.Senyum wanita yang sudah tua itu begitu manis. Jarang sekali ia melihat neneknya bisa tersenyum seperti saat ini. Bukan jarang malah lebih tepatnya tidak pernah. Namun saat hanya dengan menyebut nama wanita itu, sisi lain nenek nya dan sang papa yang tak pernah ia ketahui muncul begitu saja."Berapa umurmu sekarang sayang?" Tanya ibu Fano saat Naina sudah duduk disampingnya."Hampir delapan tahun nek." Jawab Naina.Kembali wanita itu mengembang senyumnya hingga menampakkan bentuk keriput di matanya."Kau sudah sangat besar ternyata, tap