Home / Romansa / Affair with CEO (INDONESIA) / 01 - Pertemuan Kembali

Share

01 - Pertemuan Kembali

Author: Kaitani_H
last update Last Updated: 2023-10-29 15:07:49

BARU hari pertama kerja tubuhnya sudah terasa tidak keruan. Bukan karena jumlah pekerjaan yang mematikan, melainkan karena stamina tubuhnya yang kurang.

Jeanne baru tiba kemarin di Jakarta. Dalam keadaan lelah sehabis perjalanan panjang, dia masih harus mengemasi barang-barang juga membersihkan tempat tinggal barunya. Kalau tahu bakal begini akhirnya, dia pasti pergi dari jauh-jauh hari saja.

Sayangnya nasi sudah menjadi bubur. Semuanya sudah telanjur. Dengan tubuh lelah dia terpaksa menyeret kakinya untuk berangkat bekerja. Berkenalan dengan rekan kerja barunya yang untungnya tidak ada intimidasi serius dari mereka, karena Jeanne berasal dari kantor cabang.

Mereka bahkan langsung menyerukan pesta penyambutan nanti malam yang ingin sekali Jeanne tolak, tapi dia tidak mungkin bisa menolaknya, lantaran dialah bintang utama dalam perayaan itu.

J : Gue beneran mau balik cepet, terus bobok cantik, Bek!

J : Tapi kenapa masih ada pesta penyambutan segala macam, sih?

Jeanne mengeluh lagi pada kekasih bebek sawahnya yang ada di seberang sana. Walaupun dia sudah mengeluh seharian dan hanya dibalas dengan satu dua kata saja, nyatanya dia tetap mengulangi keluhannya tanpa jeda.

F : Sabar.

J : Iya, Bek. Kurang sabar apa gue coba? Punya pacar macam bebek sawah dari kutub aja gue bisa, apalagi cuma nahan capek setengah jam aja?

F : Niat banget.

J : Nggak terima, Bek?

F : Terima.

J : Syukurlah! Ntar gue pas balik sambil nyari cowok baru boleh, nggak?

F : Silakan!

J : Serius, nih?!

F : Canda.

J : Cih, kirain beneran boleh?

F : Mau nyoba macam-macam sama gue, Je?

Jeanne tersenyum tipis. Kemudian mengembuskan napas lega. Ternyata kekasihnya walau cuek bebek dan kadang keterlaluan jawabannya itu masih bisa peduli juga padanya.

J : Nggak, serem kalau lo lagi serius, gitu!

F : Pinter.

J : Izin ngilang dulu, ya, Paduka Bebek. Calon bini lo ini mau minum-minum sampai teler dulu.

F : Hati-hati.

Jeanne tersenyum membaca pesan itu. Inginnya sih menelepon dan bicara secara langsung, tapi si Fredy sibuknya kadang bisa sampai ngalahin CEO di perusahaannya sendiri. Dia bahkan membalas pesan Jeanne sambil mencuri-curi kesempatan dalam kesempitan begitu.

Entah percaya atau tidak, tapi Fredy beneran sering sibuk sekali. Jeanne sudah pernah melihat kesibukannya berulang kali. Makanya dia suka heran sendiri.

F : Jaga diri!

Satu pesan tambahan itu membuat senyuman Jeanne makin lebar dan penat yang dirasakan tubuhnya dengan perlahan memudar. Satu perhatian cowok cuek itu benar-benar bisa melelehkan hati siapa pun. Termasuk Jeanne.

"Senyam-senyum mulu, lagi kesurupan lo?" Tantri, rekan kerja baru Jeanne langsung mengomentari tindakannya.

"Ini karena pacar gue. Tumben-tumbenan dia bisa perhatian gitu, padahal biasanya mah amit-amit!" cibir Jeanne.

Tantri mengernyitkan dahi sambil menatap Jeanne dengan tatapan seperti mengatakan, 'Pacar kayak gitu kok masih lo pertahanin?'

"Ganteng banget, ya, orangnya?" tanya Tantri hati-hati sambil mengerjapkan kedua matanya takjub. Dia cukup syok mengetahui seorang Jeanne yang cantik dan energik itu ternyata punya pacar yang cuek bebek.

"Lumayan, sih, tapi isi kantongnya beneran bikin ngiler." Jeanne nyengir dengan wajah tanpa dosa yang sukses membuat Tantri menjatuhkan kepalanya di atas meja.

"Gue nggak nyangka lo orangnya matre banget, Je! Sumpah!"

"Ya mau gimana, ya? Hidup di zaman sekarang itu kalau cowoknya nggak ada duit dan nggak mau kerja, terus dia mau modal apa? Modal tampang doang sama cinta? Emang tampang bisa bikin perut kenyang?! Emang cinta bisa bikin rumah mewah?"

"Real." Tantri juga setuju. Memang yang satu itu tidak bisa didebat oleh siapa pun termasuk dirinya. "Kira-kira gantengnya pacar lo sekelas siapa?" tanyanya, karena anak divisi mereka rerata memang punya tampang di atas rata-rata.

"Kalau anak satu divisi kita sih, mungkin masih sekelas sama si Govan kali, ya? Yang jelas dia lebih ganteng daripada CEO kita." Jeanne berkata dengan wajah tanpa dosa andalannya.

"Heh, Pak Alan maksud lo?" Tantri menegakkan tubuh dan langsung menatap Jeanne syok.

Sumpah ini si Jeanne mikir kalau Govan kelasnya ada di atas rata-rata CEO perusahaan yang jadi idaman banyak perempuan? SUMPAH?! Matanya si Jeanne nggak rabun, kan? Padahal CEO itu duitnya pasti lebih banyak daripada Govan yang anak departemen pemasaran seperti mereka.

"Iya, Alan si sad boy yang gagal nikah itu!" Jeanne tertawa tanpa dosa. "Udah jadian belum dia sama sekretarisnya? Katanya dia pernah selingkuh sama sekretarisnya dulu, kan?"

Tantri mengerjap dengan tatapan horor. Dia benar-benar syok mendengar berita itu keluar dari mulut seorang Jeanne. Lagian Jeanne tahu dari mana? Jeanne kan bekerja di kantor cabang yang berada di Bandung? Kenapa dia bisa tahu gosip CEO kantor pusat yang ada di Jakarta?

Belum sempat merespon apa-apa suara lain menyahut di antara percakapan mereka. "Sejak kapan kamu suka mencampuri urusan pribadi saya, Jeanne!"

Alan. Dengan wajah datar dan tatapan yang teramat mengancam serta mematikan. Keberadaannya saja sanggup membuat semua orang di ruangan itu tak berkutik. Bahkan Tantri yang sebelumnya hendak menyahuti ucapan Jeanne dan menanyakan kebenarannya jadi urung melakukannya.

Dia lebih takut dipecat oleh atasannya yang super duper galak di luar akal sehat itu. Sumpah, dulu si Risa pakai pelet apa sampai bisa menaklukan atasannya ini yang sadisnya tidak perlu ditanya lagi ini?

"Selamat sore, Pak Alan! Ada yang bisa saya bantu?" Jeanne dengan wajah tanpa dosa tengah tersenyum manis ke arah Alan yang sedang memelototinya.

Alan mengembuskan napas panjang. Percuma juga dimarahi, tidak akan mempan dan malah bikin dia jadi emosi sendiri. "Pekerjaan kamu bagaimana kabarnya?"

"Udah kelar, dong!" jawab Jeanne dengan bangganya.

Alan menyipitkan kedua matanya. "Yakin?"

Jeanne mengangguk mantap. "Saya kan baru masuk hari ini Pak. Jadi pekerjaan saya cuma sedikit. Ini mau cepat-cepat dikelarin juga karena temen-temen mau bikin pesta penyambutan gitu buat saya. Bapak mau ikutan, nggak?"

Tawaran itu sukses membuat seisi divisinya menarik napas berat. Pikiran mereka semua berkecamuk. Terutama soal Jeanne yang entah bagaimana bisa terlihat cukup akrab dengan atasan mereka yang garangnya bukan main itu.

"Oh, kalau begitu saya ikut."

"Heh?!" Jeanne tampak kaget.

Ini cuma basa-basi, ya?! Cuma basa-basi aja dan pasti udah kelihatan jelas banget, kan, ya? Kok dia bisa-bisanya nerima ajakan absurd Jeanne ini?

Bukan hanya Jeanne saja yang kaget, melainkan semua yang ada di sana. Mereka terlonjak dan refleks berteriak kaget mendengar jawaban Alan sebelumnya.

Alan menatap satu per satu karyawan kantornya dengan wajah tanpa ekspresi andalannya. "Apa ada larangan kalau saya tidak boleh ikut? Bukannya tadi saya sudah ditawari dengan jelas oleh teman kalian ini?"

Jeanne hanya tersenyum masam. Ekspresi wajahnya jelas-jelas sedang menunjukkan, 'Lo udah tahu kalau tawaran tadi cuma basa-basi, kenapa malah lo iyain, hah?'

Alan hanya mengangkat sebelah alis merespon isyarat Jeanne untuknya. Isyarat pasti yang mengatakan bahwa dia tidak peduli mau basa-basi atau tidak, itu bukan salah dan masalahnya.

Lagi pula, malam ini dia memang tidak punya kerjaan lain selain pulang ke apartemennya. Jadi tidak ada masalah jika dia akan ikut bergabung dengan pesta anak-anak dari divisi pemasaran.

___

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Affair with CEO (INDONESIA)   EPILOG

    AKHIR-AKHIR ini Alan jadi sering disebut zombie. Dia tidak protes dengan julukan itu, karena dia pun mengakuinya sendiri. Hidup tanpa Jeanne membuat harinya terasa sepi, seperti hidupnya sudah tak berarti lagi. Namun dia tahu dengan pasti kalau Jeanne sedang menantinya kembali.Lalu akhirnya, semua penderitaannya selama ini akan berakhir hari ini. Dengan rindu yang memenuhi dada dan membuatnya merasa sesak yang begitu menyiksa. Alan memandangi pantulan dirinya yang dibalut jas putih bersih dengan senyum tipis menghias bibirnya.Semoga tidak ada drama lain yang bisa membatalkan acara pernikahannya atau dia benar-benar akan gila."Kamu masih belum siap juga?" Arnold melihat putranya yang sedang berkemas dan tak kunjung selesai sejak tadi.Penampilan Alan hari ini terlihat lebih baik dari hari kemarin. Mungkin karena sebentar lagi dia akan bertemu dengan calon istrinya setelah tiga minggu lebih mereka tidak pernah berhubungan lagi.Arnold sebenarnya cukup khawatir saat Jeanne tidak bisa

  • Affair with CEO (INDONESIA)   51 - Rindu Tidak Tertahankan

    SEMALAM Alan terpaksa harus tidur di sofa ruang tamu, karena kamarnya benar-benar sudah tidak layak huni. Pagi harinya dia hanya bisa menatap kepergian Jeanne serta kedua orang tuanya seperti zombi.Tubuhnya terasa lelah dan remuk redam, tapi kini dia harus ditinggalkan sendirian. Walaupun demi kebaikan, tapi tetap saja rasanya menyesakkan.Apalagi saat dia tiba di kantor, masalah yang tersisa kemarin ditambah dokumen menumpuk di atas meja kerjanya ... Alan merasa pusing langsung menyerang kepalanya."Selamat pagi, Pak!" Glen menyapa seperti biasa.Alan memang selalu datang lebih awal, tapi dia akan berhenti di parkiran untuk mengecek kabar terbaru tentang perusahaan. Jadi dia bakal terlambat masuk ke ruangannya."Pagi," jawabnya lelah. "Untuk sementara waktu, tolong kosongkan jadwal temu saya dengan klien. Saya mau menyelesaikan semua dokumen dan masalah yang masih tersisa hari ini. Dan juga, tolong bantu Tantri agar bisa menjadi sekretaris sementara saya yang baik."Glen mengernyitk

  • Affair with CEO (INDONESIA)   50 - Janji untuk Kembali

    "JADI, kalian mau langsung menikah saja bulan depan?" Bulan tersenyum bahagia saat mengatakannya. Itu berarti, sebentar lagi Jeanne akan resmi menjadi menantunya dan dia bisa segera menggendong cucu yang sudah lama diidam-idamkannya.Jeanne ganti menoleh ke sisi lain tubuhnya. "Jangan dong, Tante! Saya masih pengin melajang dulu sampai bulan depan, minimal samp—ai ..."Jeanne menelan ludahnya susah payah saat Alan langsung memajukan wajah hingga berada di depan wajahnya. Tangan pria itu entah sejak kapan sudah memegangi tangannya dan mencengkeramnya dengan kuat."Melajang gimana maksudnya, ya? Perasaan hubungan kita masih baik-baik aja dan nggak ada masalah apa pun akhir-akhir ini?" katanya dengan nada tajam. Kalau terus dibiarkan, Jeanne bisa makin seenaknya saja dan rencana pernikahan mereka bakal molor lama.Padahal Alan sudah ingin mengikat wanita ini agar bisa terus bersamanya setiap hari. Kalau dia masih mau mengulur waktu lagi, Jeanne pasti akan mencari pria lain lagi setelah i

  • Affair with CEO (INDONESIA)   49 - Pulang

    ALAN memejamkan matanya. Menarik napas panjang, kemudian mengembuskan napasnya secara perlahan. Tidak bisa. Dia tidak boleh melakukannya. Dia sudah berjanji untuk menjadi pria setia, maka dia harus menepati janjinya apa pun yang terjadi nantinya.Alan menarik tangannya tepat saat ponsel yang ada di mejanya bergetar. Dia mengambil ponselnya dan membuka sebuah pesan yang masuk ke sana.Arnold : Sayang sekali kamu tidak mau pulang malam ini, kalau pulang, kamu pasti bisa merasakan bagaimana rasa masakan calon istrimu ini.Pesan dari papanya itu sukses membuat Alan langsung mengernyitkan dahi. Masakan calon istri ... maksudnya masakan Jeanne? Memangnya Jeanne bisa memasak?Seingatnya, Jeanne tidak bisa memasak dan tidak bisa melakukan pekerjaan rumah. Makanya dia mau mencari calon suami yang kaya raya agar dia tidak dibuat repot mengurus masalah rumah, karena dia bisa menyewa asisten rumah tangga.Lalu, siapa maksud calon istri di sini? Dia benar-benar Jeanne kekasihnya atau wanita lain y

  • Affair with CEO (INDONESIA)   48 - Rayuan Setan

    JEANNE menyerah. Dia memang paling tidak cocok melakukan pekerjaan rumah. Walaupun untuk cuci piring dia sudah bisa menguasainya, tapi tetap saja masih ada satu atau dua gelas yang pecah karena ulahnya. Jeanne memang tidak dimarahi, tapi dia merasa tidak enak hati.Sepertinya dia memang harus membatalkan niat untuk menjadi calon menantu di rumah ini atau dia akan menghabiskan semua piring dan gelas kesayangan calon mertua baiknya ini.Jeanne mengembuskan napasnya lelah. Padahal dia hanya membantu cuci piring dan gelas. Dia memang sedang diajari memasak juga katanya, karena sejak tadi dia hanya disuruh mengupas sayuran, mengiris cabai dan bawang, lalu disuruh menggorengnya di wajan.Sisanya Bulan yang membereskan untuknya, karena Jeanne benar-benar tidak tahu apa yang harus dia lakukan dengan bahan-bahan yang sekarang sudah berada di wajan.Bahkan dia juga tidak tahu apa yang Bulan tambahkan ke dalam wajan. Mungkin saja bumbu dapur seperti garam dan sedikit penyedap rasa atau mungkin j

  • Affair with CEO (INDONESIA)   47 - Jeanne Pergi

    ALAN merasa kepalanya mau pecah. Satu masalah muncul, masalah lainnya langsung bertebaran. Setelah menyelesaikan harga saham dan persoalan video yang kekasihnya perankan, Alan menyadari dirinya sedang butuh seorang teman. Dia butuh hiburan, tapi kekasihnya tidak ada di sekitarnya.Padahal dia hanya butuh ditemani. Dibiarkan menyender dengan manja untuk menyingkirkan pusing dan lelah yang dia derita. Dia hanya butuh hal yang sederhana, seperti menyampaikan sedikit keluh kesah yang sedang dirasakannya atau mungkin hanya diam saja dan tiduran di paha kekasihnya.Namun kenyataannya Jeanne tidak ada di sana. Kekasihnya tidak ada di sekitarnya.Alan melirik jam di tangannya. Sebentar lagi jam makan siang usai. Jarak dari kantor dan apartemen memang tidak terlalu jauh, tapi tidak akan cukup untuk dia bermanja-manja dengan kekasihnya, karena Alan pasti ingin melakukannya sampai puas.Alan sudah menghubungi Jeanne, berniat meminta Jeanne datang ke sana dan menemaninya bekerja, tapi sialnya pon

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status