Home / Thriller / Beneath the Mafia’s Veil / Chapter 6: Di Balik Kabut Ravenwood

Share

Chapter 6: Di Balik Kabut Ravenwood

Author: Selena Cipher
last update Last Updated: 2024-12-12 21:31:10

***

Malam itu mereka beristirahat di sebuah motel tua di pinggiran Ravenwood. Hujan masih mengguyur, menciptakan ritme monoton di atas atap yang bocor di beberapa sudut. Evelyn duduk di tepi tempat tidur, memeriksa luka di lengannya yang diperoleh saat perkelahian di dermaga. Leon berdiri di dekat jendela, tirai sedikit terbuka, memperhatikan jalan di luar dengan kewaspadaan tinggi.

"Sepertinya mereka benar-benar tidak akan berhenti sampai kita hancur," kata Evelyn, memecah keheningan. Ia menghela napas pelan sambil membalut lukanya dengan perban.

Leon tidak menjawab. Matanya tetap terpaku pada jalanan gelap, memastikan tidak ada yang mengikuti mereka. Akhirnya, ia berbicara dengan suara rendah, hampir berbisik. "Mereka sudah mengincar kita sejak lama. Tapi sekarang, mereka tahu kita semakin dekat dengan sesuatu yang penting."

Evelyn berdiri, mendekati Leon. "Kau yakin Damian yang mengatur semua ini? Bisa saja orang lain yang mencoba mengalihkan perhatian kita."

Leon mengangguk perlahan. "Pesan itu terlalu personal untuk bukan dari dia. Dia ingin memastikan kita tahu bahwa ini adalah peringatannya."

Evelyn termenung sejenak, lalu mengambil alat perekam kecil dari sakunya. "Kita punya rekaman ini. Mereka membicarakan sesuatu tentang pengiriman besar-besaran dalam waktu dekat. Mungkin ini cukup untuk memulai langkah selanjutnya."

Leon berpaling, menatap Evelyn dengan serius. "Kita tidak bisa bertindak gegabah. Damian bukan hanya seorang mafia biasa. Dia memiliki koneksi ke politik, militer, bahkan pihak berwenang. Setiap langkah kita harus direncanakan dengan matang."

Evelyn mengangguk, meski dalam hatinya ia merasa tak sabar. Setiap detik yang mereka habiskan di Ravenwood hanya memperbesar risiko mereka ditemukan.

Keesokan harinya, mereka memutuskan untuk menemui seseorang yang dapat membantu. Leon menghubungi seorang informan lama, seorang mantan agen intelijen bernama Viktor. Lelaki itu kini tinggal di sebuah apartemen kumuh di pusat kota Ravenwood, menjalani hidupnya dalam bayang-bayang.

Viktor menyambut mereka dengan senyum sinis, secangkir kopi di tangannya. "Leon, lama tak bertemu. Sepertinya kau tidak bisa jauh dari masalah."

Leon tidak membuang waktu. "Kami membutuhkan informasi tentang Damian. Sesuatu yang besar akan terjadi, dan kami perlu tahu apa yang ia rencanakan."

Viktor mengerutkan alis, lalu menghembuskan napas panjang. "Damian adalah pria berbahaya, dan kau tahu itu. Tapi aku mendengar sesuatu beberapa minggu terakhir. Ada pengiriman besar yang akan tiba di pelabuhan dalam dua hari. Senjata, bahan peledak, bahkan mungkin sesuatu yang lebih berbahaya."

Evelyn bersandar di dinding, mendengarkan dengan seksama. "Apa ada yang tahu siapa yang menjadi targetnya?"

Viktor menggeleng. "Belum jelas. Tapi ada desas-desus bahwa ini terkait dengan agenda politik. Damian mungkin bekerja untuk seseorang yang lebih kuat darinya. Kalau itu benar, kalian bukan hanya melawan dia, tapi seluruh sistem."

Leon menatap Viktor tajam. "Kau punya bukti konkret tentang pengiriman itu?"

Viktor tersenyum tipis. "Aku punya sumber. Tapi informasi seperti itu tidak murah."

Leon mendekat, matanya penuh intensitas. "Kau tahu saya tidak sedang bermain-main, Viktor. Berikan informasinya, atau saya akan mencari tahunya sendiri."

Viktor mengangkat tangannya, menyerah. "Baiklah, baiklah. Pengiriman itu akan tiba di dermaga Ravenwood, gudang nomor 17. Tapi dengar baik-baik, Leon. Kalau kau sampai ketahuan, aku tidak mengenalmu. Mengerti?"

Leon mengangguk singkat, lalu menarik Evelyn untuk pergi.

Saat malam tiba, Leon dan Evelyn kembali ke dermaga, kali ini dengan lebih banyak persiapan. Mereka membawa alat pemantauan tambahan, senjata cadangan, dan bahkan kamera kecil untuk merekam bukti.

"Dermaga nomor 17," bisik Leon sambil mengintip melalui teropongnya. Ia melihat beberapa truk besar parkir di luar gudang, dengan penjagaan yang jauh lebih ketat dibanding sebelumnya.

Evelyn memeriksa jam tangannya. "Kita punya waktu sekitar dua jam sebelum mereka menyelesaikan pemuatan. Kalau kita ingin mendapatkan sesuatu, ini saatnya."

Leon mengangguk, lalu memberi isyarat untuk mulai bergerak. Mereka menyelinap melalui jalur gelap di sekitar dermaga, berhati-hati agar tidak menarik perhatian para penjaga.

Namun, saat mereka mendekati gudang, mereka menyadari bahwa Damian sendiri ada di tempat itu. Pria itu berdiri di tengah kerumunan, berbicara dengan seseorang yang terlihat seperti pejabat tinggi.

"Ini lebih besar dari yang kita duga," bisik Evelyn.

Leon mengencangkan cengkeraman pada pistolnya. "Kita harus mendapatkan bukti yang cukup untuk menjatuhkannya. Jangan lakukan apa pun yang ceroboh."

Tapi semuanya berubah ketika alarm mendadak berbunyi. Mereka telah ketahuan.

"Leon!" Evelyn berteriak saat tembakan mulai menghujani mereka dari segala arah. Pertarungan besar kembali pecah, tetapi kali ini musuh jauh lebih terlatih dan bersenjata lengkap. Leon dan Evelyn melawan dengan segala kemampuan mereka, tetapi jumlah musuh terus bertambah.

"Saya akan mencari Damian!" Leon berteriak sambil melompat ke sisi lain gudang.

"Egois seperti biasa!" balas Evelyn, tetap bertahan di tempatnya untuk menahan serangan penjaga.

Di tengah kekacauan itu, sebuah truk besar mulai bergerak meninggalkan gudang, membawa muatan yang berisi senjata. Evelyn berusaha merekam nomor platnya, tetapi Leon masih terkunci dalam pertarungan sengit di dalam gudang.

Ketika akhirnya mereka berhasil meloloskan diri, Damian sudah menghilang, dan truk itu sudah jauh meninggalkan lokasi.

Malam itu, mereka tahu bahwa misi mereka baru saja berubah. Damian tidak hanya menjadi ancaman pribadi—ia menjadi ancaman bagi sesuatu yang jauh lebih besar.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 33: Fajar yang Menyala

    Cahaya pagi perlahan menyentuh permukaan laut, memecah kegelapan malam yang menyelimuti kapal penyelamat. Suara ombak yang tenang seakan menjadi pengingat bahwa, meskipun mereka selamat dari serangan sebelumnya, badai baru mungkin saja akan segera datang.Di ruang medis kapal, Hayes duduk di samping ranjang Evelyn. Matanya tetap tertuju pada layar monitor, seolah memastikan bahwa detak jantung Evelyn yang lemah masih bertahan. Wajah Evelyn tampak pucat, tetapi tubuhnya mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan. Leon, yang telah mendapatkan perawatan dasar, bersandar di tandu dengan tangan terbalut perban, matanya tetap memandangi Evelyn dengan penuh harapan.“Dia kuat,” kata Leon dengan suara serak, memecah keheningan.Hayes mengangguk pelan. “Dia selalu begitu. Tapi ini baru permulaan, Leon. Kita tidak bisa berhenti di sini.”Leon menarik napas dalam, mengabaikan rasa sakit yang menusuk di dadanya. “Apa yang kita miliki sekarang? Data itu... apakah cukup untuk mengalahkan Sokolov?”Hay

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 32: Kepergian yang Tak Terucap

    Hayes berdiri di tengah kekacauan, darah yang mengalir dari lukanya tak lagi terasa karena rasa sakit yang jauh lebih besar memenuhi hatinya. Ia menatap tubuh Claire Vega yang tergeletak tak bernyawa di sisi, wajahnya yang pernah dipenuhi dengan kebohongan kini tak bisa lagi memungkinkannya untuk menduga apa yang sebenarnya ada di balik tindakan pengkhianatannya. Kematian Claire terasa seperti sebuah pengingat betapa rapuhnya batas antara kebenaran dan kebohongan.Tim penyelamat berlarian mengelilinginya mencoba menenangkan kekacauan yang terjadi, tetapi dalam hatinya Hayes tahu tak ada yang bisa memperbaiki apa yang telah terjadi. Leon dan Evelyn telah hilang, tenggelam ke dalam kegelapan laut yang luas dan bahkan alam pun tidak memberikan kesempatan untuk mereka bertahan.Sementara itu, di kedalaman laut Leon merasakan tubuhnya melayang tanpa kendali. Kesadaran yang mulai memudar dan pikiran yang kabur, namun satu hal yang jelas terbayang dalam benaknya—Evelyn. Tubuhnya yang seharus

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 31: Pengorbanan di Ujung Harapan

    Puncak tebing itu terasa seperti ujung dunia. Angin laut yang keras memukul wajah Leon menggigit kulitnya yang sudah terluka, dan melontarkan suara riuh yang terasa jauh dari kenyataan yang ia hadapi. Di punggungnya, Evelyn terkulai lemah, hanya bisa menggenggam bahunya dengan cemas. Rasa sakit dari tubuhnya yang terluka semakin menggerogoti kekuatannya, tetapi Leon tidak bisa berhenti. Tidak sampai Evelyn aman.Leon mengangkat senjatanya sambil menatap pasukan Sokolov yang semakin mendekat, setiap gerakan mereka seperti bayangan kematian yang menunggu untuk menghabisinya. Matanya berkilat dengan kebencian yang tak terhingga dan meskipun tubuhnya hampir hancur, ia tidak akan membiarkan mereka menang."Aku tidak akan membiarkanmu mendapatkan apa yang kau inginkan, Sokolov!" pikir Leon, giginya bergemeretak saat ia menghadap musuhnya yang sudah siap menyerang.Tembakan pertama dari pasukan Sokolov meledak, tetapi Leon sudah siap. Ia bergerak cepat, memutar tubuhnya yang sedang menggendo

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 30: Langkah Terakhir

    "Aku tidak akan meninggalkanmu, Evelyn. Tidak pernah, bahkan jika itu berarti aku harus merangkak menuju keselamatanmu."-Leon ArdianUdara di dalam gua semakin terasa berat dan lembap, seolah menekan mereka dengan ancaman yang tak terlihat. Evelyn berbaring lemah di sudut, tubuhnya menggigil meskipun keringat dingin membasahi wajahnya. Ia memandang langit-langit batu yang gelap, mencoba mengatur napas yang terputus-putus. Rasa sakit di perut dan kakinya seperti bara yang terus membakar, membuat setiap tarikan napas menjadi perjuangan."Aku menyusahkan mereka." Pikiran itu terus menghantui Evelyn, menggema di kepalanya seperti sebuah mantra yang menyiksa. Ia ingin berbicara, ingin meyakinkan Leon bahwa ia baik-baik saja, tetapi tubuhnya seolah tak lagi mendengarkan.Leon duduk bersandar di dinding gua, mengamati Evelyn dengan mata yang penuh rasa bersalah. Luka di pinggangnya berdenyut tajam, tetapi rasa sakit fisik itu nyaris tak berarti dibandingkan dengan beban yang menghimpit dada

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 29: Di Ambang Kehancuran

    Udara di dalam gua terasa berat, dingin, dan lembap. Bayangan dari cahaya bulan yang menerobos masuk dari celah di mulut gua menciptakan pola-pola gelap di dinding batu. Suara langkah kaki musuh terdengar samar dari kejauhan, seperti lonceng kematian yang terus mendekat.Leon berdiri di mulut gua, tubuhnya tegang seperti kawat yang ditarik terlalu kencang. Napasnya pendek-pendek, luka di pinggangnya semakin terasa menyakitkan, tetapi ia tidak peduli. Matanya menatap tajam ke arah hutan di luar, mencoba menangkap setiap gerakan yang mencurigakan.Di belakangnya, Evelyn terbaring di tanah dingin dengan napas berat. Tubuhnya menggigil, wajahnya pucat seperti kertas, dan kain yang membalut lukanya sudah mulai merah pekat oleh darah. Hayes berlutut di sisinya, tangan gemetar saat ia mencoba memperbaiki balutan pada luka di perut Evelyn.“Kita butuh sesuatu untuk menghentikan pendarahannya,” kata Hayes dengan nada putus asa. “Dia tidak akan bertahan lama seperti ini.”Leon tidak menjawab. R

  • Beneath the Mafia’s Veil   Chapter 28: Amarah yang Membara

    ***Hutan itu tak lagi terasa seperti tempat perlindungan. Bayangan pepohonan yang biasanya memberi ketenangan kini seperti jerat yang terus menghimpit, mengurung mereka dalam ketakutan yang tak terucapkan. Langkah kaki Leon, Evelyn, dan Hayes menyatu dengan gemerisik dedaunan, berpacu dengan suara langkah berat para pemburu di belakang mereka.“Cepat! Mereka sudah dekat!” bisik Leon sambil menoleh ke Evelyn dan Hayes. Ia menunjuk semak tebal di depan mereka. “Kita sembunyi di sana.”Mereka bertiga merunduk di balik semak-semak, menahan napas. Evelyn mencengkeram tasnya erat-erat, tubuhnya bergetar tak terkendali. Tubuhnya sudah terlalu lelah, dan rasa pening yang menyerang membuat pandangannya sedikit kabur.Hayes, yang bersembunyi di sebelah Evelyn, mencoba meredam napasnya yang memburu. Wajahnya basah oleh keringat, dan matanya melebar karena rasa takut yang tak terhindarkan.Leon, di sisi depan semak, menggenggam senjatanya dengan kekuatan yang hampir menyakitkan. Matanya tajam, m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status