Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 125A. Minta Diantar

Share

Bab 125A. Minta Diantar

Author: Syatizha
last update Huling Na-update: 2025-01-25 18:39:42

"Mohon maaf, jangankan kata-kata Tante, nama Tante aja aku gak ingat. Emang Tante ini siapa? Kok tiba-tiba datang ke sini, duduk di sampingku terus ngomong kayak gitu."

Jawaban Nida membuat Gita tersentak kaget. Raut wajah Nida yang sebelumnya sangat tegang, berubah seperti orang yang kebingungan. Tidak hanya Nida yang menunjukkan ekspresi wajah bingung, Gita juga sama.

"Eh, masa kamu gak kenal aku? Kamu pasti bohong!" Gita mendorong bahu Nida yang hampir terjungkang.

'Apa jangan-jangan Nida amnesia? Wah, kalau dia lupa ingatan itu lebih bagus. Dengan begitu, rahasiaku akan tetap aman. Tapi, kok ... Namira bisa tahu kalau orang yang menyembunyikan Nida selama ini adalah aku? Ah, bikin pusing aja nih anak,' ucap Gita dalam hati.

"Emang aku gak kenal. Orang gak kenal kok dipaksa kenal, aneh." Nida berkata sangat ketus. Kalau dari sikapnya, Nida memang berubah. Dia sudah tidak merasa takut lagi pada Gita. Kalau dulu, setiap diajak bicara Gita, Nida selalu merundukkan kepala. Hanya ses
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Kaugnay na kabanata

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 125B. Tidak Apa-Apa

    Gita sudah berada di dalam mobil. Ia kembali melajukan kendaraannya. Gita tak mengerti, kenapa sekarang Nida bisa amnesia? Rasanya tidak mungkin kalau Nida tidak mengenalnya? "Kenapa sih anak itu? Apa benar dia amnesia? Kalau emang benar, berarti bagus. Tapi, Bu Fatma bagaimana nasibnya? Apa dia udah di penjara atau justru masih di rumah Pak Daniel? Sebaiknya aku ke sana saja. Aku ingin memastikan Bu Fatma ada atau tidak, dan ingin mengancam Namira agar tidak buka mulut perihal kej4hatanku dulu."Kendaran yang ditumpangi Gita sudah memasuki halaman rumah Daniel Bragstara setelah menempuh jarak perjalanan sekitar satu jam-an. Gita mematikan mesin mobil. Ia tahu, kalau di rumah ini sekarang sudah tidak ada Daniel. Jari lentik Nida terulur menekan bel. Tidak berselang lama, terlihat wanita yang tengah berbadan dua membuka pintu."Tante Gita?" pekik Namira terkejut melihat kedatangan wanita yang telah melahirkan Evan."Hai, Non Namira. Senang sekali kita bertemu lagi," kata Gita terseny

    Huling Na-update : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 126. Mengenal Korban

    Gita melajukan kendaraan dengan kecepatan di atas rata-rata. Ia tak langsung pulang ke rumah, ingin mampir di salah satu restoran. Kepala Gita sangat pening, pikiran dan perasaannya sangat tidak tenang. Banyak hal yang membuatnya takut. Di dalam restoran, Gita memilih tempat duduk paling pojok. Ia mengeluarkan sebungkus r0kok, memantik, dan menghisapnya dalam-dalam. Gita juga memesan minuman beralkohol untuk menemani kesendiriannya. Sekelebat bayangan masa lalu yang kelam dan membuat dirinya terpuruk seolah menarik di pelupuk mata. Gita bagai orang tak waras. Mengisah rok0k dan menegak minuman beralkohol.Tidak terasa, waktu telah beranjak sore. Para pengunjung satu persatu berdatangan. Pandangan Gita mulai mengabur. Di atas meja, satu botol minuman beralkohol serta cemilan yang sudah habis membuat senyum Gita getir. Melirik jam dinding yang terdapat di restoran, rupanya sudah jam empat sore. Sekarang suaminya tak ada di rumah dan tidak akan pulang. Gita pulang ke rumah dalam keadaan

    Huling Na-update : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 127A. Kelumpuhan

    Kini, Gita sudah berada di ruang darurat rumah sakit. Nida sudah menghubungi Bianca agar memberitahu Evan kalau ibunya mengalami kecelakaan. Menyuruh Bianca dan Evan langsung datang ke rumah sakit untuk menemui Gita. Sebab, Nida tidak menyimpan nomor handphone Evan, maka ia menghubungi Bianca lebih dulu. "Pak Joko, Papah Yuda dikasih tau gak, ya?" tanya Nida pada lelaki yang duduk menemaninya sedari tadi. Seragam sekolah Nida penuh dengan d4rah Gita karena sempat mengangkat tubuh wanita itu menyingkir dari kendaraan. "Maaf, Non. Pak Joko juga enggak tau. Tapi, sebaiknya Mas Evan saja yang memberitahu Pak Yuda."Nida menganggukkan kepala. Ia urung memberitahu Yuda perihal Gita yang mengalami kecelakaan dan sekarang keadaannya tengah kritis. Tidak berselang lama, Evan dan Bianca datang. Pada saat Nida menghubungi Bianca, mereka sedang perjalanan pulang. "Nida, bagaimana keadaan mamahku?" tanya Evan sangat mencemaskan keadaan wanita yang telah melahirkannya. "Aku belum tau, Kak. Dar

    Huling Na-update : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 127B. Kelonin

    "Astaghfirullah, serius, Kak? Kakak gak salah denger 'kan?" Nida tampak tak percaya mendengar kondisi Gita saat ini. Baru tadi siang Gita menemuinya. Gita sempat mengucapkan kalimat seperti ancaman. Namun, sekarang Gita sudah tidak berdaya. Dia tergolek lemah, tidak sadarkan diri. Masih mengalami koma. "Enggak, Nida. Dokter sendiri yang bilang."Hati Nida langsung mencelos. Antara kasihan dan ... entahlah. "Pantesan tadi ... kepalanya banyak mengeluarkan darah, Kak.""Kita doakan saja semoga Tante Gita cepat sadar dari komanya, cepet sembuh lagi."Nida yang mendengar ucapan Bianca meringis. Bingung, mau diaminkan atau tidak. Nida hanya khawatir kalau nanti Gita udah sembuh, akan berbuat j4hat lagi. "Eh, kamu kok bukannya diaminin malah bengong?" senggol Bianca pada gadis yang duduk di kelas tiga SMA itu. Nida tersenyum simpul, lalu menoleh pada Evan dan berbisik di telinga Bianca. "Aku takut kalau diaminkan, nanti tante Gita jahat lagi. Mending doanya diganti aja sih, Kak ...." k

    Huling Na-update : 2025-01-25
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 128A. Kepikiran

    "Van, gimana keadaan mamahmu?" tanya Yuda, begitu sampai di rumah sakit pukul sebelas malam. Evan memeluk tubuh papahnya. Ia menangis tersedu-sedu. Meskipun Gita sikapnya beberapa hari berubah, tetapi sebelumnya Gita sosok ibu yang baik, penyayang dan perhatian pada anaknya. "Ma-Mamah mengalami pendarahan otak, Pah." Jawaban Evan terdengar bergetar. Yuda melepas pelukan. Mengajak Evan duduk di kursi tunggu. Tubuh Yuda sangat pegal melakukan perjalanan yang sangat jauh. Beruntung, masalah di Surabaya cepat selesai. Anak pemilik tanah itu langsung menyetujui harga tambahan yang diajukan Daniel hingga masalah mereka langsung terselesaikan. "Van, Papah ingin menemui mamahmu dulu.""Iya, Pah."Dengan langkah gontai, Yuda menuju ruangan ICU Gita. Wanita itu sedari tadi belum sadarkan diri. Yuda membuka pintu ruangan, menatap sendu seorang wanita yang berbaring di ranjang pasien. "Gita, kamu kenapa begini?" tanya Yuda menggenggam telapak tangan istrinya. Ia benar-benar tidak menyangka ka

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 128B. Tidak Akan Tertukar

    Namira menghentikan gerakan tangan, menoleh ke belakang. "Kepikiran gimana?" tanya Namira memandang wajah Nida. "Kepikiran kalau dia udah sadarkan diri. Bagaimana jadinya kalau tante Gita misalnya mengalami kelumpuhan atau terkena stroke?" gumam Nida pada wanita yang tengah mengandung benih Daniel. Namira sudah menghangatkan lauk pauk dan menata di atas meja makan. Dibantu Nida yang membawakan beberapa lauk pauk yang hangat. "Kamu doakan saja, semoga Tante Gita cepet sehat lagi. Enggak usah mikir ke arah sana," ujar Namira pada gadis yang duduk di sebelahnya. "Aku kok jadi mikir, apa ini teguran untuk tante Gita ya, Kak?" tanya Nida yang merasa miris akan kondisi Gita saat ini. Namira menggelengkan kepala. "Aku gak tau, Nida. Bisa aja sih. Kita berdoa yang baik-baik aja untuk tante Gita." Namira tidak ingin berkata buruk tentang orang yang sedang mengalami koma walaupun Gita pernah berbuat buruk padanya dan pada Nida. "Kak, emang Om Daniel mau melaporkan kasus ini ke polisi?" t

    Huling Na-update : 2025-01-26
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 129A. Cinta Tak Bisa Dipaksa

    "Bu, minum obatnya dulu, ya? Kalau Mas Ferry tau, Ibu gak pernah mau minum obat lagi, nanti marah sama saya," bujuk Tina entah sudah keberapa kalinya. Gauri benar-benar hilang semangat. Tina semakin mencemaskan keadaannya. Sejak pulang dari pengadilan, mereka memang ke rumah sakit tapi sejak itu pula Gauri tak mau minum obat. Harapan hidupnya seolah telah padam. Tidak punya semangat dalam diri. Ia merasa kalau tidak ada orang yang perhatian dan peduli lagi padanya kecuali Tina. Tetapi, bagi seorang Gauri, dia selalu merasa tidak ada orang yang peduli lagi. Maksud hati Gauri, ingin diperhatikan Ferry lagi dan ingin dipedulikan Daniel lagi. Sejak di pengadilan itu pula, nomor handphone Daniel sudah tidak dapat dihubungi. Kerinduan yang baru beberapa waktu menyergap hatinya, harus tak terlabuhkan. Saat ini, jika boleh jujur, Gauri amat sangat merindukan Daniel. Hati dan pikirannya telah tersihir oleh pesona seorang pria matang bernama Daniel Bragastara. Di mata Gauri, Daniel semakin tu

    Huling Na-update : 2025-01-27
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 129B. Permintaan

    Pintu kamar Gauri terbuka, terlihat sosok lelaki berpakaian rapi, berwajah tampan yang sudah siap berangkat kerja. Dia adalah Ferry Darmantyo. Sekarang Ferry kerja di salah satu cafe milik teman kuliahnya."Tina, aku udah mentransfer sejumlah uang gajimu selama tiga bulan. Aku minta maaf, telat bayar," ujar Ferry setelah masuk ke dalam kamar. "Ya Allah, Mas ... padahal gak usah dibayar. Saya ikhlas merawat Ibu. Ibu Gauri udah saya anggap seperti ibu sendiri apalagi sekarang saya hidup cuma sebatang kara. Udah dikasih makan di sini juga, udah makasih banget," ucap Tina apa adanya. Gauri tersenyum bahagia melihat ketulusan yang terpancar dari kedua mata gadis itu. "Ferry, kalau Tina jadi istrimu, kamu gak perlu membayarnya. Menikah saja dengan Tina, Ferry. Toh, Hesti dalam beberapa tahun ada di penjara. Sukur-sukur kamu mau menceraikannya," celetuk Gauri membuat Tina salah tingkah. Wajahnya bersemu merah karena malu. Ia tidak tahu harus menanggapi bagaimana?"Ibu bicara apa sih? Sama

    Huling Na-update : 2025-01-27

Pinakabagong kabanata

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 387. Bawel

    "Dasar ceroboh nih anak! Makanya sebelum berangkat pastiin dulu, ada yang ketinggalan enggak?""Idih, malah dia yang marah. Lagian semalam Kakak enggak bilang suruh bawa itu. Kakak cuma suruh aku bawa seragam dan tas. Sepatu juga untung aku inget. Ya udah, kamu aja yang balik ke rumah. Ambil sana pakaian dalammu!" ucap Alea kesal pada kakaknya yang menyalahkan. Bukannya minta maaf, justru marah-marah tidak jelas. "Ck, adik nyebelin!" Axel menuju salah satu kamar yang ada di rumah Nida. Terpaksa, ia mengenakan pakaian dalam semalam. Tidak ganti. Paling juga, di jalan nanti kalau ada toko underware yang buka, ia akan beli. "Ada apa, Lea?" tanya Nida pada gadis yang duduk kembali di kursi semula. "Enggak ada apa-apa, Tante. Ah biasa, kak Axel kan emang rese! Enggak boleh banget aku menikmati sarapan di rumah Tante. Aku lanjut lagi sarapannya ya, Tan?" tanya Alea sembari menggigit roti tawar panggang yang diberi selai cokelat. "Habisin saja, Lea.""Siaaapp!"Di ruang makan, hanya ada

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 386. Pakaian Dalam

    "Rina, tumben jam segini kamu udah di dapur?" sapa Tina pada anak semata wayangnya yang sedang memanggang roti tawar untuk Nida dan yang lainnya. "Kok tumben sih, Bu? Aku kan udah biasa bangun jam segini," timpal Rina cemberut. "Maksud Ibu, kamu ada di dapur tumben jam segini? Biasanya kan jam enam baru bantuin Ibu," jelas Tina sambil menyusun piring di atas meja makan. Rina tak menanggapi. Ia terdiam, fokus memanggang roti tawar yang sering dijadikan menu sarapan Nida. Tidak berselang lama, suara bel terdengar. Rina dan ibunya saling memandang satu sama lain. Mereka merasa aneh, ada orang yang datang bertamu di pagi buta. "Bu, Ibu saja yang bukain pintunya. Aku takut mas Rangga lagi yang datang," ucap Rina sebelum ibunya menyuruh. "Ya sudah, Ibu yang bukain pintu."Wanita yang tak lain istri sah Ferry itu berjalan cepat ke pintu depan. Suara bel kembali terdengar. Sebelum membuka pintu, Tina menghela napas panjang. Lalu ...."Assalamualikum, Ibu Tina."Tina bernapas lega karena

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 385. Berangkat Pagi

    "Lea, benar enggak? Itu nomor baru Cassandra?" tanya Axel tak sabar. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Sangat berharap kalau Cassandra-lah yang menghubungi Alea. Alea bimbang, menjawab pertanyaan kakaknya. 'Ya Allah, gimana ini? Apa aku harus jujur atau harus ....?'Satu pesan singkat masuk lagi. Alea terkejut, langsung membacanya. "Alea, kok enggak dibalas? Apa kamu marah padaku?" Alea dengan cekatan membalas pesan Cassandra. "Sebentar, aku lagi teleponan sama kak Axel."Pesan sudah terkirim. "Alea! Eh, kamu denger aku enggak? Alea!""Iya, iya, aku denger! Bawel banget!" sungut Alea kesal. Alea jadi menyesal memberitahu pesan singkat dari nomor baru. "Habisnya dari tadi dipanggil diem aja. Tadi nomor baru siapa?""Temenku. Udah ya, Kak. Aku ngantuk. Besok pagi-pagi kan aku harus jemput Kakak di rumah tante Nida. Aku cuma bawa baju seragam dan tas Kakak aja 'kan?" Alea sengaja mengalihkan pembicaraan lain. Dia tak mau keceplosan kalau yang menghubunginya adalah Cassandr

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 384 Nomor Baru

    Perkataan Rina membuat ibunya terdiam membisu. Tak lagi berkata-kata. Yang dikatakan Rina ada benarnya. Masalah jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Jika demikian, bagaimana kalau Rina ternyata jodohnya Axel? Mereka sepersekian menit terdiam. Bergelut dengan pikiran masing-masing. "Bu, aku istirahat dulu. Ibu juga jangan tidur terlalu malam," ucap Rina beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih terpaku di ruang tamu. Di balik pintu kamar, air mata Rina tak mampu tertahankan. Ia menangis tersedu, tubuhnya luruh di atas lantai. Kedua lutut ditekuk, wajah ditenggelamkan antara kedua lututnya. Rina menangis, meratapi cinta pertamanya yang tak kunjung mendapat balasan dari lelaki yang dicintai. Mungkin itu yang terbaik ketimbang ketika mereka sudah saling mencintai justru harus terpisahkan. "Ya Allah, Engkau yang menitipkan perasaan ini padaku. Jika nantinya perasaan ini membuat jatuh ke lubang penyesalan, aku mohon hapuskan ya Allah. Hapuskan ... huhuhuhu ...." Sementar

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 383. Bertepuk Sebelah Tangan

    Melihat Alea terpaku di tempat, Evan heran dan bertanya, "Kenapa kamu malah bengong, Lea?" Sikap Alea salah tingkah. Berdehem dan tersenyum kaku. Ia kembali duduk di tempat semula. Kepalanya melongok ke dalam. Memastikan tidak ada Bianca di sana. "Pa, hm ... maaf ya sebelumnya. Tapi, Papa jangan marah."Evan mengerutkan kening mendengar kalimat yang meluncur dari mulut gadis berusia belasan tahun itu. "Memangnya ada apa, Lea?" telisik Evan dengan intonasi suara rendah. Evan yakin ada yang disembunyikan oleh Alea. "Sebenarnya malam ini kak Axel enggak ada di rumah, Pa." Sangat pelan, Alea berucap. Namun, Evan masih bisa mendengarnya. Kepala Evan mundur sedikit karena terkejut. "Di mana dia? Di cafe?" cecar Evan. Alea terdiam. Walau hatinya percaya Evan tidak akan memberitahu Bianca, akan tetapi Alea sedikit ragu memberitahu. Sungguh, ia khawatir Evan keceplosan. Evan sangat mencintai Bianca. Jika Bianca mendesak, pasti Evan akan menjawab tentang keberadaan Axel yang sebenarnya. A

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 382. Bimbang

    Hari ini Bianca pulang agak malam. Jam tujuh malam baru tiba di rumah. Nida yang biasanya membantu, kini bekerja di lokasi proyek. Nida ada di kantor hanya pagi sampai jam sebelas siang saja. Setelahnya di lokasi proyek. "Kalau Nida stand by di kantor, aku enggak akan pulang malam begini. Ada-ada aja tuh orang. Segala pengen kerja di lokasi padahal kerjaan itu lebih pusing. Kenapa pula enggak diserahin ke mandor saja?" gerutu Bianca ketika melepas sepatu di dalam kamar. Beruntung, Evan suami yang penyabar dan setia. Ia membantu Bianca menyelesaikan pekerjaannya. "Nida kan udah ngasih tau alasannya, aku juga tadi ngebantuin kamu nyelesain kerjaan. Yang dilakukan Nida juga untuk kepentingan perusahaan, Sayang," sanggah Evan pada istrinya yang selalu saja terkesan menyalahkan Nida. "Kamu emang bantuin aku tapi enggak secepat pekerjaan Nida. Udahlah, aku capek! Aku mau mandi dulu, habis itu tidur! Pusing kalau bicara sama kamu," ucap Bianca kesal. Intonasi suaranya sarat akan emosi. Ev

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 381. Entah

    "Kamu enggak takut dimarahin kak Bianca kalau nginap di sini?" tanya Nida ketika Axel mengutarakan maksudnya ingin menginap di rumahnya. Mereka malam ini duduk di samping rumah dekat kolam ikan. Beraneka jenis ikan koi terlihat cantik di dalam kolam. "Enggak takut sama sekali. Biarin ajalah. Sekarang aku dan Lea udah biasa dimarahin mama," jawab Axel santai. Pandangannya tertuju ke depan. Pikirannya entah ada di mana. Nida menoleh, memerhatikan keponakannya dari samping. Nida mengubah posisi duduk, lebih menghadap Axel. "Kamu kenapa, Xel? Lagi ada masalah?" telisik Nida penasaran. Axel menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan. Tampak berpikir, tidak langsung menjawab. Tiap hari Axel berusaha menutupi rasa rindu dan gelisah pada Cassandra, cinta pertamanya. Hampir satu Minggu mereka tak saling komunikasi. Bagi Axel, satu Minggu bagai sewindu. Sangat menyiksa. "Bukan masalah sama orang lain tapi masalah sama diri sendiri," ucap Axel. Setelahnya mengangkat secangkir

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 380. Sangat Baik

    "Terima kasih, Xel. Tante mau ke kamar dulu." Semua orang tahu dari sorot mata Nida terdapat kesedihan. Axel menghela napas berat, pandangannya beralih pada Haifa yang tengah memeluk anak semata wayangnya. "Mbak Haifa?" Panggilan Axel membuat Haifa mendongak. "Iya, Axel." Haifa mengenal Axel hanya saja mereka tidak terlalu akrab. "Kenapa Mbak memilih tinggal di sini? Tante Nida dengan om Hanif udah cerai?" tanya Axel tanpa berbasa-basi. Ia tahu, mungkin Haifa agak tersinggung dengan pertanyaan. "Mbak Haifa maaf, sebaiknya Mbak istirahat dulu. Mbak Haifa pasti capek 'kan?"Terpaksa, Rina menyela obrolan antara Axel dan Haifa. Rina hanya tak mau Axel terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. "Iya nih. Mbak capek banget. Mbak Tina, terima kasih banyak udah jagaian Rafa. Maaf ya, kalau Rafa nakal," ujar Haifa tak enak hati pada Tina yang seharian sudah menjaga anak semata wayangnya. "Alhamdulillah Rafa baik. Enggak nakal," timpal Tina tersenyum ramah. "Hm ... kal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 379. Diusir

    "Siapa yang datang, Rin?"Pertanyaan Axel dari dalam rumah mengalihkan pandangan Rina. Ia menoleh ke belakang. "I-Ini ada orang yang namanya mas Rangga. Katanya pengen ketemu mbak Nida," jawab Rina agak kaku karena merasa risih dengan tatapan Rangga. Rina bernapas lega setelah Axel menghadapi lelaki yang baru dilihatnya. "Iya. Namaku Rangga. Mbak Nida udah pulang kan?""Belum. Tante Nida belum pulang."Rina bergegas masuk ke dalam. Membiarkan Axel yang menemui lelaki itu. Tiba di dapur, Rina langsung menghubungi Nida, membertahu tentang kedatangan Rangga. Hati Rina berfirasat jika lelaki itu bukan orang baik. "Kalau begitu, aku akan menunggunya.""Eh, Anda ini emangnya siapa?" tanya Axel datar. Rangga mendelik, mengulurkan sebelah tangan. "Aku Rangga, suaminya Haifa."Uluran tangan Rangga tidak disambut Axel. Kening Axel justru mengkerut. "Haifa? Haifa adik kandung om Hanif?" Dugaan Axel membuat Rangga tersenyum. "Betul sekali." Sangat antusias, Rangga menjawab dugaan bocah bela

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status