Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 289. Impossible

Share

Bab 289. Impossible

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-03-20 23:42:47
Axel mempersilakan Cassandra masuk ke dalam rumah. Mereka berjalan beriringan. Cassandra bersikap biasa sedangkan Axel sedikit salah tingkah. Sesekali Axel mencuri pandang. Ketika pandangannya beradu dengan Cassandra, ia tersenyum dan memalingkan wajah malu-malu.

"Kita ke ruang makan aja. Di sana ada Alea. Kamu sekalian ikut makan," ajak Axel ketika hendak masuk ruang makan.

"Enggak ah, Xel. Aku udah kenyang. Aku tunggu kalian selesai makan di sini aja, ya?" pinta Cassandra pada lelaki yang telah lama dicintai.

"Beneran nih, kamu enggak mau makan? Kali aja mau nyuapin aku," ucap Axel diakhiri melipat bibir. Cassandra mengulum senyum tersipu malu.

"Jangan gitulah ... Kalau kamu kayak gitu, aku kan jadi pengen cepet-cepet kamu halalin," canda Cassandra membuat wajahnya merona merah.

Kedua mata Axel membeliak, lalu tertawa renyah. "Ya udah kamu tunggu di sini dah! Dari pada aku disuruh nikahin kamu sekarang, mana sangguuupp... Hahhahaha.... " derai tawa Axel diiringi Cassand
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 290. Harus Tahu

    Axel bergegas menuju kamar. Mengambil beberapa lembar kertas yang berisi riwayat chat antara Hanif dan Friska. Bahkan di chat itu pula terdapat foto mesum wanita selingkuhannya. "Ma, aku dan kak Axel enggak bohong. Kami juga enggak nuduh sembarangan. Om Hanif memang terbukti berselingkuh," tandas Alea tegas. Cassandra yang duduk di samping Alea, mengusap punggung gadis itu agar lebih tenang. Bianca yang duduk di sofa lain, mengembuskan napas, memandang lurus ke depan. Hatinya tetap yakin jika Hanif tidak mungkin berselingkuh. "Emangnya kalian dapat bukti dari mana kalau Hanif selingkuh? Kalian lihat sendiri?" tanya Bianca seolah menantang Alea dan Cassandra. Cassandra hanya diam. Dia pun belum melihat bukti perselingkuhan Hanif yang dikatakan si kembar itu. "Ini, Ma! Mama bisa lihat riwayat chat WA om Hanif dengan wanita bernama Friska," ujar Axel yang sudah berdiri di samping Bianca. Wanita yang tak kunjung diberi keturunan itu mengerutkan kening, melihat riwayat chat yang sud

    Last Updated : 2025-03-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 291. Akan Hancur

    Usai mandi, Nida bergegas ke rumah keluarga Hanif. Ia ingin menunjukan bukti perselingkuhan antara Hanif dengan mantan kekasihnya dulu. Kali ini Nida tidak mau disudutkan dan disalahkan atas kehancuran rumah tangganya. Bukan Nida yang salah tapi Hanif. Tiba di halaman rumah ibu Ros, Nida mematikan mesin mobil. Rumah yang pernah direnovasi menggunakan uang Nida. Uang tabungannya. Saat itu, ibu Ros berkata padanya ingin merenovasi rumah. Ia ingin Nida membantu tanpa sepengetahuan Hanif. Nida pun menyetujui. Dia pikir, ibu Ros akan berbaik hati padanya. Sikapnya akan baik dan perhatian. Ternyata tidak. Setelah renovasi rumah selesai, sikap ibu Ros dan kedua adik Hanif tetaplah sama. Tetap menganggap Nida wanita yang pelit, yang tidak bisa memberikan keturunan untuk Hanif. Mengingat semua itu, Nida menarik napas panjang, beristighfar, berusaha tetap ikhlas. Nida keluar dari mobil, melenggang ke depan pintu rumah. Di dalam tas, terdapat print-an bukti riwayat chat antara Hanif dengan

    Last Updated : 2025-03-21
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 292. Menuduh

    Ketiga wanita yang duduk bersebrangan dengan Nida terkejut. Mereka saling pandang satu sama lain, lalu pandangannya tertuju pada dua lembar kertas yang ada di atas meja. Hanifa, si Bungsu mengambil kertas itu. Haifa dan ibu Ros pun melihat dua lembar kertas yang disebut Nida sebagai bukti perselingkuhan Hanif. Ibu Ros mendongak, menatap nyalang Nida. "Nida, jangan sembarangan Menuduh! Hanif enggak mungkin berselingkuh! Pasti ini hoax!" Ibu Ros pura-pura mengelak. Hanifa dan Haifa yang tidak mengetahui kalau Hanif dan Friska telah bertemu lagi terkejut. Kedua adik Hanif itu mengenal Friska tapi tidak terlalu dekat. "Ma, ini Mbak Friska yang dulu mantan pacarnya mas Hanif?" tanya Haifa yang menunjuk foto wanita yang ada di riwayat chat WA kakakaknya. "Kayaknya bener deh, ini Mbak Friska yang dulu ninggalin mas Hanif. Aku masih inget Mbak," timpal Hanifa membenarkan dugaan kakak keduanya. "Diam kalian! Itu emang Friska tapi enggak mungkin mereka chat seperti itu." Lagi, ibu

    Last Updated : 2025-03-22
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 293. Bertanya Langsung

    Evan sudah menerka maksud istrinya. Belakangan Bianca tidak menyukai Nida. Pasti Bianca berpikir buruk pada adiknya itu. "Ya mau gimana lagi? Bisa jadi kan?" jawab Bianca tanpa beban. Melengoskan wajah, tak ingin membalas tatapan Evan yang sinis. Evan sampai menggelengkan kepala. "Keterlaluan kamu, Bi. Kamu kenal Nida dari dia masih remaja! Nida itu adikku! Anak kandung dari adik papamu! Tega sekali kamu menuduhnya demikian cuma karena dia melakukan satu kesalahan membongkar rahasia kita!" Evan tak dapat menahan emosi. Ia meluapkan begitu saja. Tak peduli nantinya Bianca akan marah padanya atau tidak. Bianca tak menyangka Evan sangat marah. Kedua mata Bianca membeliak. "Kamu ngebentak aku cuma karena Nida?" Suara Bianca rendah namun sarat penekanan. Evan tetap menunjukkan raut wajah marah. "Iya. Karena kamu udah keterlaluan! Aku yakin, Nida enggak mungkin selingkuh! Lagi pula, buat apa kamu telepon si Hanif? Mau ikut campur urusan rumah tangga mereka? Ngapain? Jangan memperkeruh

    Last Updated : 2025-03-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 294. Katakan Padaku!

    "Pa, jangan!" sergah Nida tak ingin papanya bertanya langsung pada Hanif. Ia khawatir jika nantinya Hanif bersikap atau berucap buruk tentangnya di depan Yuda. Nida tak ingin papanya itu sakit hati. "Kenapa? Papa ini orang tuamu, Nida. Papa harus tau, kenapa Hanif sampai menceraikanmu. Ada apa? Apa karena kamu belum memberinya anak? Apa karena kamu sibuk bekerja?" Berbagai dugaan dilontarkan Yuda. Nida tak langsung menjawab, hanya merunduk. Melihat Nida tak jua menjawab, Shella memegang bahu suaminya. "Mas, mungkin Nida butuh waktu untuk bercerita pada kita. Mungkin saat ini dia belum siap. Kita biarkan Nida sendiri dulu."Biar bagaimana pun, Shella sudah mengenal sifat Nida. Meski Nida anak sambungnya, tetapi hubungan Shella dengan Nida cukup dekat. Sedikit banyak, Shella telah mengenal watak Nida. Yuda menarik napas panjang. Ia sangat penasaran penyebab perceraian anak kandungnya itu. Namun, yang dikatakan Shella ada benarnya. "Baiklah. Papa enggak akan memaksa. Tapi, Papa engga

    Last Updated : 2025-03-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 295. Tidak Tersimpan

    Ferry sangat bahagia dan nyaman kerja di cafe. Dia bekerja dari pagi sampai jam lima sore. Setelahnya, diperbolehkan pulang sembari membawa beberapa lauk pauk yang ada di cafe. Semua itu atas perintah Axel. "Pak Gilang, apa ini enggak menimbulkan kecemburuan sosial dengan karyawan lain?" Ferry tak enak hati karena setiap hari, Gilang selalu menyuruh Ferry membawa lauk pauk untuk di rumah. "Enggaklah. Pak Ferry lihat sendiri. Karyawan lain enjoy-enjoy aja kan? Kita ini keluarga. Bukan cuma sebatas atasan dan bawahan. Tuh lihat, yang lain juga boleh membawa makanan dari cafe." Gilang menunjuk karyawan lain yang membungkus lauk pauk sekadaranya dengan pandangan mata. Ferry menganggukkan kepala. Melihat plastik kresek di tangan. "Kalau begitu, saya ucapkan terima kasih banyak, Pak Gilang. Istri dan anak saya sangat menyukai makanan di sini," ujar Ferry berkata jujur. Gilang tersenyum sembari menepuk pundak Ferry. "Alhamdulillah, sukurlah kalau mereka suka." "Iya, Pak Gilang."

    Last Updated : 2025-03-23
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 296. Memangnya Aku Siapa?

    Rina serba salah. Apakah membalas pesan Axel atau membiarkannya. Di lubuk hatinya paling dalam, Rina bersedih dan kecewa. Ternyata Axel tak menyimpan nomor kontaknya padahal waktu itu mereka sempat berbalas pesan. Tiba-tiba handphone Rina berdering. Keningnya mengkerut, Axel menelepon. Namun, ia tetap meragu. Tak diangkat, dibiarkannya berdering. Rina memilih keluar kamar, menyantap makan malam bersama ibunya. "Kamu kenapa, Rin? Cemberut begitu?" telisik Tina melihat mimik wajah putrinya yang berubah drastis. Sebelum masuk kamar, Rina masih sumringah. Sekarang tiba-tiba muram? "Enggak apa-apa, Bu."Tina tak pantas percaya akan jawaban gadis yang tengah menyendok nasi dan lauk pauk ke atas piring. "Kamu enggak bisa bohongi Ibu. Ya sudah kalau kamu enggak mau cerita," tutup Tina tak ingin memaksa anaknya untuk bercerita. Meski hatinya sangat yakin kalau ada sesuatu yang mengganggu pikiran Rina. Selesai makan malam, Rina kembali lagi ke kamar. Tina hanya menghela napas berat melihat

    Last Updated : 2025-03-24
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 297. Amoral

    Axel menggelengkan kepala mendengar pertanyaan Rina. "Oke aku minta maaf. Tadi tuh maksudnya bercanda. Emang kamu kata siapa, kalau cafe itu milik aku?" telisik Axel mengalihkan pembicaraan. Rina menghela napas berat. "Ayahku yang bilang." "Oh, om Ferry. Gimana ayahmu kerja di cafe? Betah enggak?" "Alhamdulillah betah." "Syukurlah. Kalau ada apa-apa, nanti kabarin aku aja. Oke?" "Iya, Xel. Terima kasih." "Assalamu'alaikum." "Waalaikumsalam." Panggilan telepon terputus. Senyum tipis terlihat jelas di wajah Rina. Kini hatinya lega ternyata Axel sudah menyimpan nomor kontaknya. Rina pikir, chat Axel tadi benar kalau Axel tidak tahu dirinya yang mengirim pesan. Hanya saja, harapan Rina yang ingin dijemput berangkat sekolah dengan Axel tidak terwujud. Padahal Rina sudah berharap Axel akan mengantar ke sekolahnya lagi. "Mikir apa sih aku? Kayaknya enggak mungkin juga Axel mau berangkat sekolah bareng aku lagi. Duh Rina ... Please jangan cinta duluan sama cowok ... Malu-m

    Last Updated : 2025-03-24

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 387. Bawel

    "Dasar ceroboh nih anak! Makanya sebelum berangkat pastiin dulu, ada yang ketinggalan enggak?""Idih, malah dia yang marah. Lagian semalam Kakak enggak bilang suruh bawa itu. Kakak cuma suruh aku bawa seragam dan tas. Sepatu juga untung aku inget. Ya udah, kamu aja yang balik ke rumah. Ambil sana pakaian dalammu!" ucap Alea kesal pada kakaknya yang menyalahkan. Bukannya minta maaf, justru marah-marah tidak jelas. "Ck, adik nyebelin!" Axel menuju salah satu kamar yang ada di rumah Nida. Terpaksa, ia mengenakan pakaian dalam semalam. Tidak ganti. Paling juga, di jalan nanti kalau ada toko underware yang buka, ia akan beli. "Ada apa, Lea?" tanya Nida pada gadis yang duduk kembali di kursi semula. "Enggak ada apa-apa, Tante. Ah biasa, kak Axel kan emang rese! Enggak boleh banget aku menikmati sarapan di rumah Tante. Aku lanjut lagi sarapannya ya, Tan?" tanya Alea sembari menggigit roti tawar panggang yang diberi selai cokelat. "Habisin saja, Lea.""Siaaapp!"Di ruang makan, hanya ada

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 386. Pakaian Dalam

    "Rina, tumben jam segini kamu udah di dapur?" sapa Tina pada anak semata wayangnya yang sedang memanggang roti tawar untuk Nida dan yang lainnya. "Kok tumben sih, Bu? Aku kan udah biasa bangun jam segini," timpal Rina cemberut. "Maksud Ibu, kamu ada di dapur tumben jam segini? Biasanya kan jam enam baru bantuin Ibu," jelas Tina sambil menyusun piring di atas meja makan. Rina tak menanggapi. Ia terdiam, fokus memanggang roti tawar yang sering dijadikan menu sarapan Nida. Tidak berselang lama, suara bel terdengar. Rina dan ibunya saling memandang satu sama lain. Mereka merasa aneh, ada orang yang datang bertamu di pagi buta. "Bu, Ibu saja yang bukain pintunya. Aku takut mas Rangga lagi yang datang," ucap Rina sebelum ibunya menyuruh. "Ya sudah, Ibu yang bukain pintu."Wanita yang tak lain istri sah Ferry itu berjalan cepat ke pintu depan. Suara bel kembali terdengar. Sebelum membuka pintu, Tina menghela napas panjang. Lalu ...."Assalamualikum, Ibu Tina."Tina bernapas lega karena

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 385. Berangkat Pagi

    "Lea, benar enggak? Itu nomor baru Cassandra?" tanya Axel tak sabar. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Sangat berharap kalau Cassandra-lah yang menghubungi Alea. Alea bimbang, menjawab pertanyaan kakaknya. 'Ya Allah, gimana ini? Apa aku harus jujur atau harus ....?'Satu pesan singkat masuk lagi. Alea terkejut, langsung membacanya. "Alea, kok enggak dibalas? Apa kamu marah padaku?" Alea dengan cekatan membalas pesan Cassandra. "Sebentar, aku lagi teleponan sama kak Axel."Pesan sudah terkirim. "Alea! Eh, kamu denger aku enggak? Alea!""Iya, iya, aku denger! Bawel banget!" sungut Alea kesal. Alea jadi menyesal memberitahu pesan singkat dari nomor baru. "Habisnya dari tadi dipanggil diem aja. Tadi nomor baru siapa?""Temenku. Udah ya, Kak. Aku ngantuk. Besok pagi-pagi kan aku harus jemput Kakak di rumah tante Nida. Aku cuma bawa baju seragam dan tas Kakak aja 'kan?" Alea sengaja mengalihkan pembicaraan lain. Dia tak mau keceplosan kalau yang menghubunginya adalah Cassandr

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 384 Nomor Baru

    Perkataan Rina membuat ibunya terdiam membisu. Tak lagi berkata-kata. Yang dikatakan Rina ada benarnya. Masalah jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Jika demikian, bagaimana kalau Rina ternyata jodohnya Axel? Mereka sepersekian menit terdiam. Bergelut dengan pikiran masing-masing. "Bu, aku istirahat dulu. Ibu juga jangan tidur terlalu malam," ucap Rina beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih terpaku di ruang tamu. Di balik pintu kamar, air mata Rina tak mampu tertahankan. Ia menangis tersedu, tubuhnya luruh di atas lantai. Kedua lutut ditekuk, wajah ditenggelamkan antara kedua lututnya. Rina menangis, meratapi cinta pertamanya yang tak kunjung mendapat balasan dari lelaki yang dicintai. Mungkin itu yang terbaik ketimbang ketika mereka sudah saling mencintai justru harus terpisahkan. "Ya Allah, Engkau yang menitipkan perasaan ini padaku. Jika nantinya perasaan ini membuat jatuh ke lubang penyesalan, aku mohon hapuskan ya Allah. Hapuskan ... huhuhuhu ...." Sementar

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 383. Bertepuk Sebelah Tangan

    Melihat Alea terpaku di tempat, Evan heran dan bertanya, "Kenapa kamu malah bengong, Lea?" Sikap Alea salah tingkah. Berdehem dan tersenyum kaku. Ia kembali duduk di tempat semula. Kepalanya melongok ke dalam. Memastikan tidak ada Bianca di sana. "Pa, hm ... maaf ya sebelumnya. Tapi, Papa jangan marah."Evan mengerutkan kening mendengar kalimat yang meluncur dari mulut gadis berusia belasan tahun itu. "Memangnya ada apa, Lea?" telisik Evan dengan intonasi suara rendah. Evan yakin ada yang disembunyikan oleh Alea. "Sebenarnya malam ini kak Axel enggak ada di rumah, Pa." Sangat pelan, Alea berucap. Namun, Evan masih bisa mendengarnya. Kepala Evan mundur sedikit karena terkejut. "Di mana dia? Di cafe?" cecar Evan. Alea terdiam. Walau hatinya percaya Evan tidak akan memberitahu Bianca, akan tetapi Alea sedikit ragu memberitahu. Sungguh, ia khawatir Evan keceplosan. Evan sangat mencintai Bianca. Jika Bianca mendesak, pasti Evan akan menjawab tentang keberadaan Axel yang sebenarnya. A

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 382. Bimbang

    Hari ini Bianca pulang agak malam. Jam tujuh malam baru tiba di rumah. Nida yang biasanya membantu, kini bekerja di lokasi proyek. Nida ada di kantor hanya pagi sampai jam sebelas siang saja. Setelahnya di lokasi proyek. "Kalau Nida stand by di kantor, aku enggak akan pulang malam begini. Ada-ada aja tuh orang. Segala pengen kerja di lokasi padahal kerjaan itu lebih pusing. Kenapa pula enggak diserahin ke mandor saja?" gerutu Bianca ketika melepas sepatu di dalam kamar. Beruntung, Evan suami yang penyabar dan setia. Ia membantu Bianca menyelesaikan pekerjaannya. "Nida kan udah ngasih tau alasannya, aku juga tadi ngebantuin kamu nyelesain kerjaan. Yang dilakukan Nida juga untuk kepentingan perusahaan, Sayang," sanggah Evan pada istrinya yang selalu saja terkesan menyalahkan Nida. "Kamu emang bantuin aku tapi enggak secepat pekerjaan Nida. Udahlah, aku capek! Aku mau mandi dulu, habis itu tidur! Pusing kalau bicara sama kamu," ucap Bianca kesal. Intonasi suaranya sarat akan emosi. Ev

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 381. Entah

    "Kamu enggak takut dimarahin kak Bianca kalau nginap di sini?" tanya Nida ketika Axel mengutarakan maksudnya ingin menginap di rumahnya. Mereka malam ini duduk di samping rumah dekat kolam ikan. Beraneka jenis ikan koi terlihat cantik di dalam kolam. "Enggak takut sama sekali. Biarin ajalah. Sekarang aku dan Lea udah biasa dimarahin mama," jawab Axel santai. Pandangannya tertuju ke depan. Pikirannya entah ada di mana. Nida menoleh, memerhatikan keponakannya dari samping. Nida mengubah posisi duduk, lebih menghadap Axel. "Kamu kenapa, Xel? Lagi ada masalah?" telisik Nida penasaran. Axel menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan. Tampak berpikir, tidak langsung menjawab. Tiap hari Axel berusaha menutupi rasa rindu dan gelisah pada Cassandra, cinta pertamanya. Hampir satu Minggu mereka tak saling komunikasi. Bagi Axel, satu Minggu bagai sewindu. Sangat menyiksa. "Bukan masalah sama orang lain tapi masalah sama diri sendiri," ucap Axel. Setelahnya mengangkat secangkir

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 380. Sangat Baik

    "Terima kasih, Xel. Tante mau ke kamar dulu." Semua orang tahu dari sorot mata Nida terdapat kesedihan. Axel menghela napas berat, pandangannya beralih pada Haifa yang tengah memeluk anak semata wayangnya. "Mbak Haifa?" Panggilan Axel membuat Haifa mendongak. "Iya, Axel." Haifa mengenal Axel hanya saja mereka tidak terlalu akrab. "Kenapa Mbak memilih tinggal di sini? Tante Nida dengan om Hanif udah cerai?" tanya Axel tanpa berbasa-basi. Ia tahu, mungkin Haifa agak tersinggung dengan pertanyaan. "Mbak Haifa maaf, sebaiknya Mbak istirahat dulu. Mbak Haifa pasti capek 'kan?"Terpaksa, Rina menyela obrolan antara Axel dan Haifa. Rina hanya tak mau Axel terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. "Iya nih. Mbak capek banget. Mbak Tina, terima kasih banyak udah jagaian Rafa. Maaf ya, kalau Rafa nakal," ujar Haifa tak enak hati pada Tina yang seharian sudah menjaga anak semata wayangnya. "Alhamdulillah Rafa baik. Enggak nakal," timpal Tina tersenyum ramah. "Hm ... kal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 379. Diusir

    "Siapa yang datang, Rin?"Pertanyaan Axel dari dalam rumah mengalihkan pandangan Rina. Ia menoleh ke belakang. "I-Ini ada orang yang namanya mas Rangga. Katanya pengen ketemu mbak Nida," jawab Rina agak kaku karena merasa risih dengan tatapan Rangga. Rina bernapas lega setelah Axel menghadapi lelaki yang baru dilihatnya. "Iya. Namaku Rangga. Mbak Nida udah pulang kan?""Belum. Tante Nida belum pulang."Rina bergegas masuk ke dalam. Membiarkan Axel yang menemui lelaki itu. Tiba di dapur, Rina langsung menghubungi Nida, membertahu tentang kedatangan Rangga. Hati Rina berfirasat jika lelaki itu bukan orang baik. "Kalau begitu, aku akan menunggunya.""Eh, Anda ini emangnya siapa?" tanya Axel datar. Rangga mendelik, mengulurkan sebelah tangan. "Aku Rangga, suaminya Haifa."Uluran tangan Rangga tidak disambut Axel. Kening Axel justru mengkerut. "Haifa? Haifa adik kandung om Hanif?" Dugaan Axel membuat Rangga tersenyum. "Betul sekali." Sangat antusias, Rangga menjawab dugaan bocah bela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status