Home / Romansa / Benih Papa Sahabatku / Bab 316. Semoga Betah

Share

Bab 316. Semoga Betah

Author: Syatizha
last update Last Updated: 2025-04-04 23:42:36

"Silakan minum dulu," ujar Nida saat mereka sudah berada di dalam rumah.

"Terima kasih, Non."

Tina menunggu Nida ke ruangan lain. Dia pikir, Nida mau mengganti pakaian ternyata menyuguhkan minuman segar untuk istri Ferry itu. Tina sempat berpikir, kenapa rumah sebesar ini tidak ada security atau tidak ada asisten rumah tangga.

"Jadi, Mbak yakin mau kerja di rumah saya?" tanya Nida setelah Tina meletakkan jus jeruk di tempat semula.

"Sangat yakin, Non. Insya Allah saya akan bekerja dengan baik," jawab Tina tanpa keraguan sedikitpun. Paling tidak, jika Tina bekerja di rumah ini, dia ada kegiatan lain yang dapat menghasilkan uang. Tina ingin sekali anak semata wayangnya kuliah di kedokteran. Ia tahu, jika kuliah kedokteran memerlukan banyak biaya. Oleh karenanya, Tina tidak boleh berpangku tangan di rumah, membiarkan suaminya saja yang bekerja. Gaji Ferry sebagai karyawan cafe hanya mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari. Sulit bagi mereka dapat menabung banyak.

"Lalu, kapan Mbak bisa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 317. Kerja Apa?

    Sepulang dari rumah Nida, wajah Tina sangat sumringah. Keluarga Bragastara memang orang-orang yang baik dan ramah. Tina teringat almarhumah Gauri dan almarhum Daniel. Dua orang yang pernah merasakan cinta di masa lalu dan berakhir dipisahkan karena tahta dan harta. Mereka memendam cinta hingga keduanya jatuh cinta pada orang lain. Namun, pertemuan yang tak disangka, membuat Daniel dan Gauri sempat merasakan cinta yang pernah terpendam. Beruntung, Daniel tidak terjerat akan cinta masa lalunya. Ia tetap setia pada istrinya bernama Namira Rashid. Kini, sudah bertahun-tahun telah berlalu, Tina dipertemukan kembali dengan keturunan Bragastara. Bahkan keluarga itulah yang memberikan Tina dan Ferry pekerjaan. Tiba di rumah, Rina anak semata wayang Ferry dan Tina menunggu di kursi teras depan rumah. Rina amat mencemaskan keadaan ibunya yang tak memberi kabar. "Assalamualaikum," ucap Tina yang dijawab oleh gadis berusia belasan tahun itu. "Waalaikumsalam. Ya Allah, Ibu ... Sebetulnya Ibu da

    Last Updated : 2025-04-05
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 318. Pindah

    Ferry dan Tina terkejut mendengar pertanyaan anak mereka. Keduanya saling melempar pandang. Tina menelan saliva sebelum menjawab. Kenapa Rina berpikiran jika dirinya akan bekerja di perusahaan. "Rina, kamu kan tau, kalau pendidikan Ibu keperawatan bukan pembisnis. Bukan yang bekerja di kantoran begitu," jawab Tina lembut. Kening Rina mengkerut, ia tampak berpikir. "Kalau bukan kerja di kantoran, terus Ibu kerja di mana? Kerja sebagai apa?"Ferry menghela napas berat. Sepahit apapun kenyataan atau sebuah kejujuran, harus disampaikan. "Rina, Ibumu kerja di rumah non Nida sebagai asisten rumah tangga."Kedua mata Rina membeliak. Terkejut, mendengar jawaban ayahnya. "Asisten rumah tangga? Maksudnya jadi ... ja-jadi pembantu?"Suara Rina bergetar menyampaikan pertanyaan itu. Sungguh, jika itu benar, Rina tak menyangka sama sekali jika ibunya rela menjadi pembantu di rumah Nida. "Iya, Nak. Ibu jadi pembantu di rumah non Nida.""Ya Allah, Buuuuu ...." Tangisan Rina pecah. "Rina, maafka

    Last Updated : 2025-04-05
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 319. Panti Jompo

    Axel dan Alea terkejut melihat Bianca sudah pulang ke rumah lebih dulu. Tatapan wanita itu begitu tajam ke arah mereka. Axel menghela napas berat. Ia sudah menduga akan kena omelan wanita yang telah merawatnya sejak kecil itu."Kalian dari mana? Kenapa jam segini baru pulang?" Pertanyaan berintonasi dingin itu membuat Alea merundukkan kepala. "Kami dari cafe. Tadi aku yang ngajak Lea ke sana."Jawaban Axel tak lantas membuat Bianca berhenti bertanya. "Lea, ingat! Di cafe Axel kamu jangan mau didekati bujangan lapuk itu! Kamu itu enggak pantes deket-deket sama dia!" Tiba-tiba saja Bianca membahas Gilang. Alea tentu saja terkejut. "Maksud Mama bang Gilang?" Alea sekadar memastikan. "Iya. Bujangan lapuk di cafe itu kan cuma si Gilang! Kalau perlu, kamu enggak usah ke cafe-cafe lagi. Nanti kalau kamu kena bujukan rayu si Gilang, kamu bisa jatuh cinta sama dia! Mama enggak mau punya menantu modelan cowok enggak jelas itu!"Sangat sinis, Bianca berbicara. Axel sebagai sahabat Gilang mera

    Last Updated : 2025-04-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 320. Lucknut!

    Pukul jam lima Subuh, mobil box yang dikirim Nida sudah berada di depan gang rumah Ferry. Lelaki itu memindahkan barang-barangnya ke dalam mobil menggunakan sepeda motor lebih dulu karena mobil box tidak bisa masuk ke dalam gang rumah kontrakan Ferry. Setelah semuanya selesai diangkut, Ferry, Tina dan Rina menemui pemilik kontrakan untuk membayar sewa kontrakan bulan ini dan juga berpamitan. "Mas Ferry, kontrakannya enggak usah dibayar saja. Sekarang kan masih awal bulan. Ambil lagi aja uangnya," ucap bu Haji Asih mengembalikan uang pemberian Ferry. "Enggak apa-apa, Bu Haji. Ambil saja. Kami mengucapkan banyak terima kasih karena selama ini Bu Haji sangat pengertian pada kami. Sebelumnya kami sering telat bayar kontrakan, tapi Bu Haji tetap memberi tenggang waktu, enggak mengusir kami. Terima kasih banyak. Semoga kebaikan Bu Haji diganti oleh Allah SWT. Aamiin," tutur Ferry panjang lebar. "Aamiin ya Allah. Sama-sama Mas Ferry, Mbak Tina. Semoga ditempat yang baru, rezeki kalian di

    Last Updated : 2025-04-06
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 321. Sudah Lansia

    Usai menyantap sarapan bersama Nida, Tina dan Rina bergegas merapikan meja makan serta mencuci peralatan dapur. Sedangkan Ferry, membantu memindahkan barang-barangnya dari mobil box ke paviliun. "Mbak Tina, Rina, nanti saja cuci piringnya. Kalian baru sampe, istirahatlah dulu!" tegur Nida, merasa tak enak hati pada ibu dan anak itu. "Enggak apa-apa, Non. Kami senang bisa bekerja di rumah ini," ujar Tina tersenyum bahagia. Sungguh, dirinya sangat beruntung bisa diterima kerja di rumah keluarga Bragastara meskipun sebagai asisten rumah tangga. "Ya sudah kalau itu mau kalian. Saya pamit ke kamar dulu.""Baik, Non."Rencananya hari ini, Nida ingin ke rumah sakit menemui papanya. Selagi libur kerja, Nida ingin menggantikan Shella menjaga dan menemani Yuda. Kasihan Shella, sudah beberapa hari tinggal di rumah sakit. Pukul tujuh pagi, Nida baru keluar kamar lagi. Ia tersenyum melihat Tina sedang menyapu."Mbak Tina?" sapa Nida saat berada di ujung anak tangga. "Iya, Non?" Setengah membu

    Last Updated : 2025-04-07
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 322. Tamu Tak Diundang

    Hesti sangat terkejut mendengar tanggapan Bianca atas permintaannya. Tak menyangka jika Bianca berkata demikian. Dia pikir, Bianca dengan senang hati membawanya pulang dari tempat panti jompo."Bu-bukan begitu, Nak. Mama cuma ingin .. sisa hidup Mama bersamamu. Bersama suami dan anak-anakmu." Suara Hesti bergetar. Wanita tua itu pun tak mengetahui jika sebetulnya Bianca belum dikaruniai anak. Ia hanya tahu jika Axel dan Alea adalah cucunya yang dilahirkan Bianca. "Ck, jangan bohong, Ma! Aku tau betul, dari dulu Mama enggak pernah mau tinggal bersamaku kan? Udahlah, Ma! Jangan bikin aku pusing, jangan bikin aku repot lagi! Sekarang lebih baik Mama tinggal di sini. Di sini kan banyak tuh, teman-teman Mama. Tadi aku lihat di luar sana, banyak wanita tua yang kayak Mama." Tanpa memikirkan perasaan Hesti, Bianca berbicara. Sekarang Hesti sudah tua. Tak bisa memarahi anak semata wayangnya itu. Memang, Hesti tak berhak menyalahkan atas sikap Bianca padanya saat ini. Dulu, dia tidak pernah

    Last Updated : 2025-04-07
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 323. Benalu

    "Ada apa, Nida? Kenapa kamu kayak panik gitu?" tanya Shella melihat sikap Nida yang berubah. "Ma, Pa, aku minta maaf, ya? Aku harus pulang sekarang.""Ada apa memangnya?" Kali ini Yuda yang bertanya. "Barusan asisten rumah tanggaku telepon. Katanya di depan gerbang ada Friska. Selingkuhannya mas Hanif.""Apa?" Shella dan Yuda bertanya serempak. "Mau ngapain dia ke rumahmu?" Yuda terlihat sangat geram mendengar wanita yang telah merusak rumah tangga anaknya datang ke rumah. "Aku enggak tau, Pa. Makanya aku sekarang mau pulang dulu. Aku takut dia maksa masuk ke dalam rumah.""Ya udah kamu pulang dulu aja. Hati-hati."Shella dan Yuda berusaha memaklumi. "Aku minta maaf ya. Baru datang pulang lagi. Tapi, nanti kalau urusanku dengan Friska selesai, aku bakal balik ke sini.""Jangan, Nida. Nanti sore kalau dokternya datang, Papa udah diizinkan pulang," kata Yuda menenangkan anak kandungnya. "Baiklah. Nanti kabari aja. Aku pamit sekarang." Nida mencium punggung tangan Yuda dan Shella.

    Last Updated : 2025-04-08
  • Benih Papa Sahabatku   Bab 324. Gatal

    "Kenapa kamu marah-marah?" tanya Nida heran melihat ekspresi Friska. "Gimana aku enggak marah? Mantan suamimu itu udah nyuri uangku!" Kedua mata Friska melotot seperti mau menelan Nida. Nida tersenyum miring. Memundurkan wajah agak ke belakang. "Lho kenapa harus marah? Bukannya kamu cinta banget sama mas Hanif?""Ya emang! Tapi aku enggak suka kalau dia nyuri uangku! Belum lama aku kirim uang ke mamanya sepuluh juta, eh kemarin uangku tiba-tiba hilang. Aku yakin banget, dia yang ngambil!"Tanpa permisi apalagi berucap terima kasih, Friska pergi meninggalkan Nida yang tersenyum sambil menggelengkan kepala. "Aku pikir ke sini mau ngapain? Ternyata ....""Nida!" Baru saja Nida hendak masuk ke dalam mobil, Friska kembali menghampiri. "Apalagi?""Aku minta nomor hapemu dong!" ucap Friska saat berdiri di depan Nida. "Buat apa?""Ck, buat nanya-nanya. Udah deh, cuma minta nomor hape doang masa gak boleh?"Meski Nida tak suka dipaksa, tapi pada akhirnya dia berikan juga nomor handphone-n

    Last Updated : 2025-04-09

Latest chapter

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 387. Bawel

    "Dasar ceroboh nih anak! Makanya sebelum berangkat pastiin dulu, ada yang ketinggalan enggak?""Idih, malah dia yang marah. Lagian semalam Kakak enggak bilang suruh bawa itu. Kakak cuma suruh aku bawa seragam dan tas. Sepatu juga untung aku inget. Ya udah, kamu aja yang balik ke rumah. Ambil sana pakaian dalammu!" ucap Alea kesal pada kakaknya yang menyalahkan. Bukannya minta maaf, justru marah-marah tidak jelas. "Ck, adik nyebelin!" Axel menuju salah satu kamar yang ada di rumah Nida. Terpaksa, ia mengenakan pakaian dalam semalam. Tidak ganti. Paling juga, di jalan nanti kalau ada toko underware yang buka, ia akan beli. "Ada apa, Lea?" tanya Nida pada gadis yang duduk kembali di kursi semula. "Enggak ada apa-apa, Tante. Ah biasa, kak Axel kan emang rese! Enggak boleh banget aku menikmati sarapan di rumah Tante. Aku lanjut lagi sarapannya ya, Tan?" tanya Alea sembari menggigit roti tawar panggang yang diberi selai cokelat. "Habisin saja, Lea.""Siaaapp!"Di ruang makan, hanya ada

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 386. Pakaian Dalam

    "Rina, tumben jam segini kamu udah di dapur?" sapa Tina pada anak semata wayangnya yang sedang memanggang roti tawar untuk Nida dan yang lainnya. "Kok tumben sih, Bu? Aku kan udah biasa bangun jam segini," timpal Rina cemberut. "Maksud Ibu, kamu ada di dapur tumben jam segini? Biasanya kan jam enam baru bantuin Ibu," jelas Tina sambil menyusun piring di atas meja makan. Rina tak menanggapi. Ia terdiam, fokus memanggang roti tawar yang sering dijadikan menu sarapan Nida. Tidak berselang lama, suara bel terdengar. Rina dan ibunya saling memandang satu sama lain. Mereka merasa aneh, ada orang yang datang bertamu di pagi buta. "Bu, Ibu saja yang bukain pintunya. Aku takut mas Rangga lagi yang datang," ucap Rina sebelum ibunya menyuruh. "Ya sudah, Ibu yang bukain pintu."Wanita yang tak lain istri sah Ferry itu berjalan cepat ke pintu depan. Suara bel kembali terdengar. Sebelum membuka pintu, Tina menghela napas panjang. Lalu ...."Assalamualikum, Ibu Tina."Tina bernapas lega karena

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 385. Berangkat Pagi

    "Lea, benar enggak? Itu nomor baru Cassandra?" tanya Axel tak sabar. Bibirnya tak henti menyunggingkan senyum. Sangat berharap kalau Cassandra-lah yang menghubungi Alea. Alea bimbang, menjawab pertanyaan kakaknya. 'Ya Allah, gimana ini? Apa aku harus jujur atau harus ....?'Satu pesan singkat masuk lagi. Alea terkejut, langsung membacanya. "Alea, kok enggak dibalas? Apa kamu marah padaku?" Alea dengan cekatan membalas pesan Cassandra. "Sebentar, aku lagi teleponan sama kak Axel."Pesan sudah terkirim. "Alea! Eh, kamu denger aku enggak? Alea!""Iya, iya, aku denger! Bawel banget!" sungut Alea kesal. Alea jadi menyesal memberitahu pesan singkat dari nomor baru. "Habisnya dari tadi dipanggil diem aja. Tadi nomor baru siapa?""Temenku. Udah ya, Kak. Aku ngantuk. Besok pagi-pagi kan aku harus jemput Kakak di rumah tante Nida. Aku cuma bawa baju seragam dan tas Kakak aja 'kan?" Alea sengaja mengalihkan pembicaraan lain. Dia tak mau keceplosan kalau yang menghubunginya adalah Cassandr

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 384 Nomor Baru

    Perkataan Rina membuat ibunya terdiam membisu. Tak lagi berkata-kata. Yang dikatakan Rina ada benarnya. Masalah jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Jika demikian, bagaimana kalau Rina ternyata jodohnya Axel? Mereka sepersekian menit terdiam. Bergelut dengan pikiran masing-masing. "Bu, aku istirahat dulu. Ibu juga jangan tidur terlalu malam," ucap Rina beranjak pergi meninggalkan ibunya yang masih terpaku di ruang tamu. Di balik pintu kamar, air mata Rina tak mampu tertahankan. Ia menangis tersedu, tubuhnya luruh di atas lantai. Kedua lutut ditekuk, wajah ditenggelamkan antara kedua lututnya. Rina menangis, meratapi cinta pertamanya yang tak kunjung mendapat balasan dari lelaki yang dicintai. Mungkin itu yang terbaik ketimbang ketika mereka sudah saling mencintai justru harus terpisahkan. "Ya Allah, Engkau yang menitipkan perasaan ini padaku. Jika nantinya perasaan ini membuat jatuh ke lubang penyesalan, aku mohon hapuskan ya Allah. Hapuskan ... huhuhuhu ...." Sementar

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 383. Bertepuk Sebelah Tangan

    Melihat Alea terpaku di tempat, Evan heran dan bertanya, "Kenapa kamu malah bengong, Lea?" Sikap Alea salah tingkah. Berdehem dan tersenyum kaku. Ia kembali duduk di tempat semula. Kepalanya melongok ke dalam. Memastikan tidak ada Bianca di sana. "Pa, hm ... maaf ya sebelumnya. Tapi, Papa jangan marah."Evan mengerutkan kening mendengar kalimat yang meluncur dari mulut gadis berusia belasan tahun itu. "Memangnya ada apa, Lea?" telisik Evan dengan intonasi suara rendah. Evan yakin ada yang disembunyikan oleh Alea. "Sebenarnya malam ini kak Axel enggak ada di rumah, Pa." Sangat pelan, Alea berucap. Namun, Evan masih bisa mendengarnya. Kepala Evan mundur sedikit karena terkejut. "Di mana dia? Di cafe?" cecar Evan. Alea terdiam. Walau hatinya percaya Evan tidak akan memberitahu Bianca, akan tetapi Alea sedikit ragu memberitahu. Sungguh, ia khawatir Evan keceplosan. Evan sangat mencintai Bianca. Jika Bianca mendesak, pasti Evan akan menjawab tentang keberadaan Axel yang sebenarnya. A

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 382. Bimbang

    Hari ini Bianca pulang agak malam. Jam tujuh malam baru tiba di rumah. Nida yang biasanya membantu, kini bekerja di lokasi proyek. Nida ada di kantor hanya pagi sampai jam sebelas siang saja. Setelahnya di lokasi proyek. "Kalau Nida stand by di kantor, aku enggak akan pulang malam begini. Ada-ada aja tuh orang. Segala pengen kerja di lokasi padahal kerjaan itu lebih pusing. Kenapa pula enggak diserahin ke mandor saja?" gerutu Bianca ketika melepas sepatu di dalam kamar. Beruntung, Evan suami yang penyabar dan setia. Ia membantu Bianca menyelesaikan pekerjaannya. "Nida kan udah ngasih tau alasannya, aku juga tadi ngebantuin kamu nyelesain kerjaan. Yang dilakukan Nida juga untuk kepentingan perusahaan, Sayang," sanggah Evan pada istrinya yang selalu saja terkesan menyalahkan Nida. "Kamu emang bantuin aku tapi enggak secepat pekerjaan Nida. Udahlah, aku capek! Aku mau mandi dulu, habis itu tidur! Pusing kalau bicara sama kamu," ucap Bianca kesal. Intonasi suaranya sarat akan emosi. Ev

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 381. Entah

    "Kamu enggak takut dimarahin kak Bianca kalau nginap di sini?" tanya Nida ketika Axel mengutarakan maksudnya ingin menginap di rumahnya. Mereka malam ini duduk di samping rumah dekat kolam ikan. Beraneka jenis ikan koi terlihat cantik di dalam kolam. "Enggak takut sama sekali. Biarin ajalah. Sekarang aku dan Lea udah biasa dimarahin mama," jawab Axel santai. Pandangannya tertuju ke depan. Pikirannya entah ada di mana. Nida menoleh, memerhatikan keponakannya dari samping. Nida mengubah posisi duduk, lebih menghadap Axel. "Kamu kenapa, Xel? Lagi ada masalah?" telisik Nida penasaran. Axel menoleh sejenak, lalu mengalihkan pandangan lurus ke depan. Tampak berpikir, tidak langsung menjawab. Tiap hari Axel berusaha menutupi rasa rindu dan gelisah pada Cassandra, cinta pertamanya. Hampir satu Minggu mereka tak saling komunikasi. Bagi Axel, satu Minggu bagai sewindu. Sangat menyiksa. "Bukan masalah sama orang lain tapi masalah sama diri sendiri," ucap Axel. Setelahnya mengangkat secangkir

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 380. Sangat Baik

    "Terima kasih, Xel. Tante mau ke kamar dulu." Semua orang tahu dari sorot mata Nida terdapat kesedihan. Axel menghela napas berat, pandangannya beralih pada Haifa yang tengah memeluk anak semata wayangnya. "Mbak Haifa?" Panggilan Axel membuat Haifa mendongak. "Iya, Axel." Haifa mengenal Axel hanya saja mereka tidak terlalu akrab. "Kenapa Mbak memilih tinggal di sini? Tante Nida dengan om Hanif udah cerai?" tanya Axel tanpa berbasa-basi. Ia tahu, mungkin Haifa agak tersinggung dengan pertanyaan. "Mbak Haifa maaf, sebaiknya Mbak istirahat dulu. Mbak Haifa pasti capek 'kan?"Terpaksa, Rina menyela obrolan antara Axel dan Haifa. Rina hanya tak mau Axel terlalu ikut campur dalam masalah rumah tangga orang lain. "Iya nih. Mbak capek banget. Mbak Tina, terima kasih banyak udah jagaian Rafa. Maaf ya, kalau Rafa nakal," ujar Haifa tak enak hati pada Tina yang seharian sudah menjaga anak semata wayangnya. "Alhamdulillah Rafa baik. Enggak nakal," timpal Tina tersenyum ramah. "Hm ... kal

  • Benih Papa Sahabatku   Bab 379. Diusir

    "Siapa yang datang, Rin?"Pertanyaan Axel dari dalam rumah mengalihkan pandangan Rina. Ia menoleh ke belakang. "I-Ini ada orang yang namanya mas Rangga. Katanya pengen ketemu mbak Nida," jawab Rina agak kaku karena merasa risih dengan tatapan Rangga. Rina bernapas lega setelah Axel menghadapi lelaki yang baru dilihatnya. "Iya. Namaku Rangga. Mbak Nida udah pulang kan?""Belum. Tante Nida belum pulang."Rina bergegas masuk ke dalam. Membiarkan Axel yang menemui lelaki itu. Tiba di dapur, Rina langsung menghubungi Nida, membertahu tentang kedatangan Rangga. Hati Rina berfirasat jika lelaki itu bukan orang baik. "Kalau begitu, aku akan menunggunya.""Eh, Anda ini emangnya siapa?" tanya Axel datar. Rangga mendelik, mengulurkan sebelah tangan. "Aku Rangga, suaminya Haifa."Uluran tangan Rangga tidak disambut Axel. Kening Axel justru mengkerut. "Haifa? Haifa adik kandung om Hanif?" Dugaan Axel membuat Rangga tersenyum. "Betul sekali." Sangat antusias, Rangga menjawab dugaan bocah bela

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status