Share

5. Positif Hamil

“Aku Cuma minta diberikan perlakuan selembut dan sehangat mungkin,” ucap Elena.

Perlahan ia mendekati Reviano yang masih tegap berdiri. Elena sedikit berjinjit saat mendekatkan bibirnya di telinga Reviano untuk membisikkan sesuatu di sana.

“Bukankah Mommy bilang kalau Dad sangat hebat di ranjang? Aku ingin merasakan semua kenikmatan yang pernah didapatkan Mommy, tanpa terkecuali. Dan itu harus setiap malam. Apakah kau bisa melakukan semuanya untukku, Revi?” ujar Elena dengan nada mendesah yang menggoda nafsu liar kelelakian Reviano.

Tanpa diduga, Reviano menangkap rambut Elena dan melumat bibirnya dengan kasar. Sebentar saja pakaian keduanya telah lepas dan Elena didorong jatuh di atas kasur.

Tanpa memberi kesempatan, Reviano mulai menggarap Elena dengan fantasinya yang liar dan tak terkendali.

“Tunggu dulu, Dad. Biarkan aku bernafas sejenak.”

Elena membuka mulutnya yang ditutupi tangan kekar Reviano. Sementara lelaki itu terus mengerjainya dari belakang.

“Kenapa panggil Dad? Bukankah tadi kau memanggilku Revi?”

Rambut Elena dijambak kasar hingga wajahnya mendongak. Tampak keringat sebesar biji jagung yang sudah membasahi rambut panjangnya juga mengalir di bagian pipi.

Membuat wajah Elena semakin terlihat cantik dengan beberapa helai rambut yang menempel di sana.

“Aku tak bisa bernafas.” Elena berhasil melepaskan pagutan bibir Reviano. “Aku tadi minta diperlakukan selembut dan sehangat mungkin. Tapi kau terlalu kasar,” ujarnya di sela-sela desahannya sendiri.

“Tidak! Bukankah yang kau inginkan adalah semua kenikmatan yang pernah didapatkan Caitlyn tanpa terkecuali? Seperti inilah aku memperlakukannya di ranjang. Ingat, masih ada waktu setiap malam sampai kau benar-benar hamil Elena.” Reviano berkata dengan nafas tersengal, berusaha membagi dengan erangan nafsunya.

Elena memekik saat Reviano menggigit telinganya. Sementara lelaki itu spontan kembali menutup mulutnya dengan tangan yang berkilau karena basah oleh keringat.

“Ternyata kau suka beraksi dalam keadaan lampu menyala terang ya? Berarti kita sama.” Reviano berbisik di telinga Elena. Wanita itu tersenyum.

“Aku hanya ingin melihat ekspresi wajahmu. Kalau dilihat benar-benar, kau sangat tampan Revi.” Elena tertawa kecil.

Reviano mengubah posisi mereka dengan menelentangkan tubuh Elena.

“Bersiaplah. Aku hampir selesai.”

Elena mengangguk dengan rasa lega saat mendengarnya. Meski memang menikmati dan ia telah mencapai puncak hingga beberapa kali, Elena merasa seluruh badannya sakit.

Billy dan Reviano memang sama-sama memberinya kepuasan, hanya berbeda cara. Billy terlalu lembut dan santai, sementara Reviano begitu liar dan kasar. Tapi Elena menyukai keduanya.

Reviano menghempas badannya di samping Elena setelah pelepasan yang baru saja terjadi. Dengan nafas terengah ia menatap langit-langit kamar, sambil mengumpulkan tenaganya kembali.

“Sudah mau pergi?” tanya Elena begitu melihat Reviano bergerak bangun dan memakai pakaiannya.

“Urusanku sudah selesai di sini. Tak ada gunanya aku berlama-lama.”

“Tapi...”

“Aku peringatkan sekali lagi, Elena. Apa yang terjadi di atas ranjang, jangan di bawa keluar kamar. Di sini kita bebas berkata dan berbuat semaunya, tapi di luar aku tetaplah mertuamu. Kuharap kau bisa menjaga sikap, jangan berlebihan. Tetaplah menunduk setiap kali kita bertemu. Jangan hilangkan rasa hormatmu pada Caitlyn dan juga Leon. Mengerti?”

“Aku mengerti, Dad. Selamat malam.”

Elena kembali meletakkan kepala di atas bantal, begitu Reviano menutup pintu kamar. Mungkin karena lelah, dalam sekejap saja ia sudah terlelap.

***

Elena meletakkan testpack di tangannya dengan lemah. Ia hamil. Sungguh sesuatu yang sangat tidak ia harapkan.

Padahal Elena sangat berharap agar dia agak lama mengandung, seperti Caitlyn dulu. Alasannya, karena dia masih ingin tetap merasakan kemesraan dengan Reviano.

Kalau dia telah disahkan berbadan dua, bukankah itu berarti Reviano tak akan lagi datang ke kamarnya setiap malam untuk memberikan kepuasan?

Tidak bisa! Elena tak boleh kehilangan Reviano! Kalau mertuanya itu tak lagi menggaulinya, maka itu berarti dia kembali fokus mengurus sang suami.

Kalau sudah seperti itu, dapat dipastikan untuk seterusnya Elena akan hidup dalam rasa tersiksa karena gairah yang tak mungkin bisa tersalurkan.

Leon suaminya juga tak akan pernah bisa mengimbangi hasratnya. Sedangkan untuk tidur dengan lelaki lain, Elena tak berani. Dia pasti mati kalau sampai diketahui oleh Reviano.

Dan kejadian dia pernah melakukan cinta satu malam dengan Billy adalah sesuatu yang sangat ia sesali hingga kini. Elena berharap, rahasia itu akan terpendam selamanya.

“Apa belum ada tanda-tanda kehamilan padamu, Elena? Ini sudah hampir 5 bulan sejak kau menikah dengan Leon.” Suara Caitlyn terdengar protes secara halus.

“Be-belum, Mommy. Aku masih mendapatkan menstruasi setiap bulan.” Elena berbohong. Untuk sementara ia akan menyembunyikan kehamilannya sebisa mungkin.

Waktu yang singkat sebelum perutnya membesar, bisa ia gunakan untuk menarik perhatian dan cinta Reviano.

Elena akan memastikan agar hubungannya dengan sang mertua tak hanya sebatas berhubungan badan, tapi juga ada ikatan perasaan yang terjalin kuat di antara mereka.

Harapan Elena, dengan rasa cinta yang ada, Reviano akan tetap bisa memberinya kenikmatan meski tak setiap malam.

Biarlah kalau memang dia menjadi tak memikirkan perasaan Caitlyn sebagai ibu mertua. Tak mungkin wanita seperti Elena sanggup menjalani hari-hari tanpa belaian lelaki seumur hidupnya.

Elena tak keberatan kalau menjadi egois!

“Hah....! Benarkah itu?” nada suara Caitlyn seperti tak percaya dengan kata-kata Elena. “Kenapa lama sekali?”

Caitlyn mendesah kecewa. “Kuharap kau segera mengandung agar semua ini cepat selesai,” katanya lagi.

“Biarkan dia, Honey. Bukan kita yang punya kuasa untuk menyimpan bayi di rahimnya. Dulu kau pun butuh waktu lima tahun hingga kita bisa mendapatkan Leon.” Reviano seakan tak terima Elena dipojokkan.

“Yeah--- mungkin kau memang berharap agar dia baru mengandung lima tahun lagi. Bukankah itu menguntungkan juga bagimu? Iya kan, Honey?” Caitlyn menyindir pedas.

“Aku tak mengerti apa maksudmu. Jadi kuharap kau bisa diam,” sahut Reviano dengan wajah dingin.

Sementara Elena, seakan menarik sebuah benang merah. Hal yang selama ini ia ragukan sepertinya telah memberi kepastian.

Caitlyn pasti tahu soal ini. Soal kedatangan Reviano ke kamarnya dan juga apa yang mereka lakukan.

Pasti! Karena mustahil seorang istri tak pernah curiga ketika mendapati sang suami selalu menghilang dan tak pernah ada di kamar mereka setiap malam. Apalagi hal itu terjadi secara terus-menerus selama hampir tiga bulan belakangan.

“Baiklah. Semoga saja tak ada yang sedang memanfaatkan kesempatan.”

“Caitlyn...!” Reviano menegur. Dan Caitlyn langsung bungkam.

***

“Aku ke kamar mandi dulu. Tolong jangan pergi sebelum aku keluar dari sana.” Elena memberi pesan pada Reviano yang kini sedang berbaring dengan nafas terengah-engah, setelah baru saja mereka selesai bercinta.

“Kenapa?”

“Sebentar saja. Aku tak akan lama.” Elena memaksa.

Dia ingin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum memulai usaha dalam merebut cinta Reviano. Elena ingin mereka bermesraan meski hanya sekejap saja.

Setelah mandi dan memakai piyama, Elena kembali ke kamar. Alangkah terkejutnya ia, sampai-sampai seluruh tubuhnya bergetar ketika melihat Reviano sedang memegang hasil testpack dua garis di tangannya.

Benda itu memang ia simpan di laci nakas.

Bodoh! Seharusnya barang sialan itu sudah dia buang sejak awal. Bagaimana ini? Apa yang harus ia lakukan? Tak ada sedikit pun alasan yang terpikir di otaknya sekarang.

“Elena Davis, bisakah kau menjelaskan barang apa yang sekarang ada di tanganku? Apa maksudmu menyembunyikan ini? Kau berniat untuk membohongiku?”

Reviano bertanya dengan nada suara dan tatapan yang sama-sama tajam, seakan ingin mengoyak tubuh Elena sampai hancur.

“Bagaimana Dad bisa menemukannya? Kenapa membuka laci lemariku sembarangan?” Elena marah karena merasa Reviano melanggar hak privasinya.

Bukankah menggeledah isi lemari adalah suatu hal yang tidak dibenarkan? Meskipun ia memang menyimpan sesuatu yang salah di dalam sana, siapa pun tak berhak mengobrak-abrik barang-barangnya.

“Memangnya kenapa? Kau mungkin bisa mengelabui Caitlyn, tapi tidak denganku. Aku tahu kau berbohong soal menstruasi setiap bulannya. Bagaimana mungkin, sedangkan hampir setiap malam kita selalu bercinta? Dan dugaanku benar kan, kau ternyata telah hamil. Tapi tak mau mengakuinya.”

Reviano mendekati Elena dengan tatapan mata elangnya yang tajam. Wanita itu sampai ikut memundurkan langkah hingga punggungnya menabrak dinding.

“Katakan, apa maksudmu tak mengakui kehamilan ini? Apa mungkin kau berniat untuk menggugurkan anakku diam-diam?” Reviano mencekik leher Elena dan mengangkatnya ke atas hanya dengan satu tangan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status