Share

4. Memulai Pengalaman Liar

last update Last Updated: 2024-02-06 18:26:40

“Dia tampan Elena.” Nazarina memiringkan badan, berkata dengan setengah berbisik.

“Diamlah! Aku bisa melihatnya dengan mataku sendiri.” Elena merasa sebal.

“Dia juga masih muda. Kutebak umurnya baru 19 tahunan.” Nazarina semakin menjadi-jadi, seakan tak mengindahkan kekesalan sahabatnya.

Elena memberikan tatapan garang. Nazarina langsung mengatupkan bibir, menyatukan jari telunjuk dan jempol, kemudian menggeser dari kiri ke kanan mulutnya, seolah sedang memasang resleting di sana.

“Kenalkan, aku Billy. Billy Harper. Kita sudah bertemu tadi di dalam.” Pemuda itu memperkenalkan diri dengan ramah.

“Maaf, aku tak tertarik untuk mengetahui namamu. Dan sebenarnya aku juga tidak berharap kita bertemu lagi.” Elena berkata dingin. Masih terbayang jelas liukan tubuh Billy yang tadi sempat membuatnya nyaris muntah.

“Apakah dia memang selalu seperti ini?” Billy bertanya pada Nazarina.

“Iya. Makanya kemarin dia sempat lama melajang.” Nazarina menjawab sambil meletakkan tangan di samping bibir, seolah berbisik.

“Aku mendengarnya, Nazarin!” Elena dongkol karena sahabatnya itu seakan tak tahu diri. Bukankah sampai sekarang pun, justru dia yang masih melajang?

Billy tertawa. “Tapi wanita seperti ini yang memang sungguh sangat menarik.”

“Namanya Elena Davis.” Nazarina menyebutkan nama seenaknya, membuat mata Elena melotot.

“Apa maumu?” tanya Elena, berusaha memangkas waktu agar tak terlalu lama melihat Billy.

Harus diakui, Billy memang sangat tampan. Apalagi setelah memakai pakaian yang lengkap seperti sekarang. Cukup membuat Elena terpukau, sebenarnya.

“Langsung saja. Aku ingin berterima kasih karena telah memberiku uang tip yang besar.”

“Tak masalah. Ambil saja karena aku ikhlas.” Elena memotong kalimat Billy dengan cepat.

“Masalahnya, aku merasa tak enak kalau menerima uang sebesar itu tapi tak melakukan apa-apa. Kalau hanya sekedar menari, uang yang kudapatkan tak perlu sebanyak itu. Uang yang kau berikan bisa untuk tiga kali bayaran buat memuaskanmu di ranjang.”

“Sudah kubilang aku ikhlas dan tak memikirkannya. Jadi, permisi... Ayo kita pulang, Nazarin.” Elena menarik lengan sahabatnya.

“Jangan bilang kalau kau masih perawan.”

Kalimat Billy membuat Elena menghentikan langkahnya. Status perawan memang sangat memalukan di usianya yang sudah tak lagi muda.

“Siapa bilang? A-aku sudah tak perawan.” Elena menyanggah. Apa yang ia katakan memang tak sepenuhnya salah, karena dia memang sudah tak suci lagi.

“Kalau begitu, berarti kau tak pernah menikmatinya. Mungkin saja kau terpaksa saat melakukan hal ‘itu’. Iya kan?”

Billy berjalan mendekati Elena dan berbisik di telinganya.

“Mau aku beritahu betapa nikmatnya berhubungan badan atas dasar perasaan suka sama suka? Aku akan mengembalikan semua uangmu kalau memang tak berhasil memberimu kepuasan. Ayolah, kuberi satu kali pelayanan gratis. Apa kau tak penasaran dengan rasanya?”

Suara Billy yang mendesah lembut di telinga Elena membuat wanita itu meneguk ludah. Apalagi dilihat dari dekat, Billy memang sangat mempesona.

“A-aku sudah menikah.” Elena tergagap. Ingin menolak, tapi sayang melewatkan kesempatan.

“Aku selalu memegang kode etik dalam pekerjaanku. Aku tak pernah buka rahasia, karena bukan Cuma kali ini aku meniduri istri orang.” Billy masih terus menggoda.

Elena memandang Nazarina yang tampak menahan tawa.

“Aku juga tak mungkin cerita. Aku tak mengenal keluarga suamimu.” Nazarina meyakinkan kalau dia adalah teman yang baik dan pengertian.

“Baiklah... Berarti kita sepakat.”

Billy terlihat senang. Ia langsung menarik lengan Elena untuk membawanya ke sebuah hotel terdekat.

“Hei Billy... Lain kali kita yang harus bersenang-senang!” Nazarina berteriak saat mereka mulai semakin menjauh. Billy hanya mengacungkan jempolnya.

***

Elena menyemprotkan parfum ke leher dan lengan. Ia sudah berdandan cantik dan memakai pakaian terbaiknya. Tentu saja, ia juga mengenakan lingerie yang bisa membangkitkan hasrat di balik piyama berbahan satin mengkilap yang dikenakannya.

Jam sudah menunjukkan lewat tengah malam. Kalau tebakannya benar, maka tak lama lagi Reviano pasti akan datang untuk menggaulinya.

Baru saja tadi siang ia kembali ke rumah Leon, setelah lima hari berlibur di tempat orang tuanya. Bisa ia lihat tatapan senang Reviano saat melihatnya datang.

Berbanding terbalik dengan Caitlyn yang justru terkesan menyulitkannya. Wanita itu seperti sengaja menyuruh Elena untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga. Padahal mereka memiliki lebih dari lima orang housemaid.

Caitlyn jelas sekali berubah. Ia tak lagi menyukai Elena. Entah apa alasannya.

Untuk menghilangkan rasa bosan, Elena kembali melayangkan ingatannya pada kejadian beberapa hari yang lalu saat Billy memberikan pelayanan khusus padanya.

Benar apa yang dikatakan pemuda itu, kalau melakukannya secara suka sama suka, memang membuat ketagihan.

Masih bisa ia rasakan, sentuhan basah mulut Billy yang menyapu hampir setiap jengkal tubuhnya.

Elena bahkan sampai tak memikirkan rasa malu lagi, saat mendesah kuat setiap kali ia mencapai puncaknya.

Hanya saja ada yang membuat Elena terkejut setelah selesai melakukan hubungan intim dengan Billy.

Mereka tidak memakai pengaman, saking lupa diri karena kenikmatannya.

Suara ketukan di pintu membuyarkan pikiran kotor di kepala Elena. Spontan ia berdiri merapikan penampilan.

Malam ini, ia ingin mencoba mendapatkan kepuasan dari Reviano. Bukankah dia diperlakukan seenaknya hanya karena mempertahankan garis keturunan keluarga Lawrence?

Maka biarkanlah setidaknya ia bisa menikmati apa yang menjadi aib baginya.

“Kau belum tidur?” suara berat Reviano terdengar heran saat melihat wajah Elena yang segar.

“Belum. Aku menunggumu, Dad. Karena kupikir kau pasti akan datang lagi.”

Reviano memandangi Elena dari ujung rambut hingga ke ujung kaki. “Kau berdandan,” gumamnya.

“Memang. Aku sengaja.” Elena kini seakan bukan lagi seorang wanita yang polos. Ia mulai berani bicara tanpa rasa malu.

“Kenapa?”

“Entahlah. Mungkin aku hanya ingin terlihat--- menarik?”

“Dengar Elena, aku melakukan ini bukan karena punya perasaan terhadapmu. Ingat, hubungan kita hanya sebatas tujuan untuk mendapatkan keturunan buat menjadi penerus keluarga Lawrence.” Reviano seakan memastikan kalau menantunya tak salah kaprah akan perbuatan mereka.

“Aku tahu. Dad sudah mengatakannya dengan jelas saat pertama kali merenggut keperawananku tempo hari.”

Reviano terdiam mendengar jawaban telak Elena yang seolah-olah menjabarkan kesalahannya.

Elena melanjutkan kalimat. “Tapi, tidak ada salahnya kan, kalau aku hanya berusaha untuk menikmati semuanya? Apa Dad tidak merasa kalau kalian hanya menilaiku sebagai mesin pembuat anak demi lahirnya anggota baru keluarga Lawrence? Meski mungkin aku dibeli dengan saham ataupun aset, tapi tetap saja itu tak sebanding dengan kelangsungan keturunan kalian jangka panjang. Benar kan kataku?”

“Lalu apa maumu?” tanya Reviano.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    34. Leon Yang Bahagia

    “Selamat Nyonya, bayi Anda perempuan. Dia sehat dan sangat cantik.” Seorang perawat wanita menyerahkan bayi yang telah dibersihkan dan tampak tidur nyenyak dalam balutan selimut bayi yang hangat.Elena mengulurkan kedua tangan dan menyambut dengan perasaan bahagia. Ia tak menyangka bisa melewati proses persalinan secara normal dan melahirkan bayi yang sehat pula.‘Kau cantik sekali.’ Gumamnya dalam hati sambil terus mengelus pipi gebu dan putih putrinya itu.“Anda sekarang akan dipindahkan ke ruangan lain agar lebih tenang dan memudahkan sanak famili yang mau menjenguk. Di mana suami Anda, Nyonya?” perawat wanita bernama Daisy itu heran karena sejak masuk ruang bersalin, tak terlihat sama sekali keberadaan suami Elena.Wanita itu hanya sendirian tanpa ada seorang pun yang mendampingi.“Sepertinya masih di rumah untuk mengambil beberapa perlengkapan bayi. Karena ternyata aku melahirkan lebih cepat dari perkirakan, kami belum sempat mempersiapkan semuanya.” Elena menjilati bibirnya yang

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    33. Tanda-Tanda Melahirkan

    Billy terus tertawa, seakan mengejek Elena. Membuat wanita itu memandang Billy dengan tatapan sebal.“Aku tak punya maksud apa-apa bertanya seperti itu. Apakah salah, kalau aku hanya sedang berusaha untuk beramah-tamah padamu, Nona Elena? Kau terlalu mengambil serius semua ucapanku. Padahal aku hanya ingin tahu berapa usia kandunganmu.” Billy terus saja membuat Elena gerah dengan nada kalimatnya yang ambigu.“Kalau begitu kau tak usah beramah-tamah apalagi ingin tahu apa pun tentang aku, karena itu adalah sesuatu yang sangat tak menyenangkan bagiku,” cetus Elena.“Baiklah kalau begitu. Lebih baik aku sekarang masuk ke dalam, karena ada keperluan dengan Nyonya Caitlyn.”“Untuk apa kau menemuinya?” pertanyaan Elena membuat Billy tersenyum dan langkahnya terhenti seketika.“Sekarang sepertinya Anda yang ingin tahu tentang urusanku, Nona Elena,” sindir Billy.Elena berdehem. “Aku hanya tak mau urusan kalian berdua itu bisa menggangguku di kemudian hari,” jawabnya pendek.“Bagaimana urusan

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    32. Tugas Billy

    “Sejauh mana kau mengenal Elena? Selain Nazarina, apakah ada orang lain yang mungkin bisa aku gunakan untuk menyulitkannya?”“Aku tak begitu mengenal Elena, Nyonya. Sudah kubilang kalau kami hanya pernah bertemu beberapa kali.” Billy membetulkan rambutnya yang agak berantakan. Mungkin karena sudah menjadi kebiasaan karena sejak dulu ia memang selalu perfeksionis dalam hal penampilan. Tak pernah sekalipun membiarkan visualnya berantakan.“Tapi kau bilang menyukai Elena. Apakah ada sesuatu yang membuatmu terkesan dengan wanita yang jauh lebih tua? Atau mungkin, kalian dulu pernah melakukan cinta satu malam?” Caitlyn lagi-lagi memancing jawaban Billy. Padahal pertanyaannya itu sudah berulang kali ia ajukan.Billy tertawa kecil. “Nyonya, apakah benar perasaanku, kalau Anda masih begitu penasaran dengan hubungan kami? Bukankah sudah aku katakan dengan jelas, walau aku setuju bekerja padamu untuk menyulitkan Elena, tapi pertanyaan seperti itu tak akan pernah kujawab.”“Baiklah...” Caitlyn m

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    31. Rencana Antara Billy Dan Caitlyn

    Reviano memandangi Billy dari atas hingga ke bawah. Sedangkan Elena diam-diam mencuri pandang sambil sesekali menunduk karena khawatir.Bagaimana bisa Billy menjadi asisten Reviano? Apakah ini semua adalah rancangan licik Caitlyn? Mengingat yang merekomendasikan Billy adalah wanita itu.Hanya saja pertanyaannya, bagaimana mereka bisa saling mengenal? Dari sekian miliar manusia di muka bumi ini, mengapa Caitlyn harus membawa Billy masuk ke dalam lingkaran hidup mereka?Elena tak tenang, meski status Billy hanya sebagai pekerja, tetap saja posisinya bisa terancam kalau sampai pria itu mengatakan hal yang pernah mereka lakukan.“Sebenarnya aku tak memerlukan asisten atau apa pun itu. Aku lebih nyaman sendiri,” ujar Reviano, setelah sempat memindai dengan cermat penampilan Billy.“Tolong berikan saya kesempatan, Tuan Rev. Saya membutuhkan pekerjaan ini. Tuan tak akan kecewa dengan kinerja saya,” ucap Billy yakin.“Datang saja ke kantorku. Aku akan meminta Marion untuk memberimu posisi yan

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    30. Gairah Panas Di Kamar Caitlyn

    Caitlyn seketika mematung di hadapan Elena karena keterkejutan yang tak terduga. Dia merasa kecolongan dengan apa yang kini telah diketahui oleh menantunya itu.Bagaimana mungkin Elena bisa tahu kalau ia telah membayar Nazarina untuk menguntit suaminya?Apakah semudah itu Nazarina mengakui?Dan soal pertemuannya dengan Evan di hotel Argeous, bagaimana bisa terendus?“Temanmu yang tua itu telah mengadu ya padamu? Huh, padahal aku sudah membayarnya dengan uang yang banyak,” ujarnya sinis.“Dia tak mengadu sama sekali. Tapi aku yang terlalu beruntung sehingga bisa mendapatkan petunjuk atas apa yang telah terjadi. Jadi, apakah kau akan meminta uangmu dikembalikan? Tapi ini terbongkar bukan karena kesalahannya. Jadi kuharap kau tak akan menyusahkan Nazarina lagi. Kecuali kalau kau ingin Revi tahu soal ini,” ancam Elena.“Baiklah, jadi.... Karena kau merasa telah memiliki kelemahanku, sekarang kau yang berhak mengancam?” Caitlyn memandang Elena dengan tajam, berusaha menunjukkan kalau ia ta

  • Benih Penerus Keturunan Mertua Di Rahimku    29. Perang Dingin

    Marion menyerahkan lembaran kertas pada Reviano.“Nomor itu terdaftar atas nama Andrew Nelson. Alamatnya tercatat di desa Archenwill.”“Berarti kita sudah mengantongi nama dan tempat tinggalnya. Lantas, hal apa yang mengejutkan, Marion?”“Masalahnya, setelah kami selidiki dengan lebih detail melalui data kependudukan dan aktivitas terakhirnya, nama Andrew Nelson dengan alamat dan nomor ponsel yang sama ternyata sudah meninggal beberapa tahun lalu.”Reviano seperti tak percaya dengan apa yang ia dengar. “Tak masuk akal! Tak mungkin yang menelepon waktu itu adalah hantu gentayangan.” Reviano bersungut-sungut. Ia memang tak percaya takhayul sama sekali.Kalau memang ada hal seperti ini, pasti akan ada penjelasannya secara logis dan masuk akal.“Memang tak mungkin, Tuan Rev. Bisa saja yang memakai nomor itu sekarang adalah anak atau ahli waris yang tak mengganti data pemakai barunya.”

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status