Ken menghela napas lega setelah menyadari jika Yudha sudah kembali sadar. Bibirnya bergetar tak sanggup berucap. Kondisi Yudha begitu memprihatinkan. Sekujur tubuh kaptennya itu penuh dengan luka. Tak terhitung sudah jumlah pukulan yang diterima Yudha. Termasuk saat berusaha melindunginya. "Kapten, apa Anda mendengarku?" bisik Ken.Yudha mengerjap menyesuaikan cahaya yang masuk ke matanya. Ruangan tempatnya berada terasa dingin dan gelap. Namun, cahaya masih bisa menembus lewat ventilasi kotor yang penuh debu dan lumut. "Apa mereka memukulimu lagi?" tanya Yudha."Dua kali," jawab Ken seperti anak kecil yang baru saja mengadu. Dua jarinya diacungkan membentuk huruf V lalu menunjuk pipi kirinya yang tampak lecet. Yudha mengangguk dan berusaha mengatur napasnya. Ia memang sengaja meminta Ken pura-pura pingsan agar tidak menerima banyak serangan. Cukup musuh fokus padanya saja.Bagaimanapun, Yudha tidak ingin mengambil resiko penembak jitu dalam timnya harus terluka parah. Apalagi ini
Gendang telinga Tari terasa bengkak karena sejak tadi mendengar ocehan Lusiana. Kini, rasanya gendang telinganya itu sebentar lagi akan pecah.SelingkuhTudingan itu berhasil menghantam Tari dan rasa percaya dirinya. Ia sadar sepenuhnya jika di sini tidak ada Yudha. Tidak ada yang akan membelanya. Proses bayi tabung yang dijalaninya memang bertepatan dengan waktu keberangkatan Yudha. Tidak mungkin juga ia akan hamil dalam sehari setelah prosedur itu selesai. Semua tentu butuh waktu dan proses. Bibir Tari bergetar ingin mengatakan sesuatu. Namun, lidahnya kelu. Otaknya pun berusaha menyusun kalimat yang sekiranya bisa menjadi pembelaan. Akan tetapi, semakin Tari berpikir, ia justru merasa semakin terpojokkan. Menjelaskan kenyataan tentang proses bayi tabung itu hanya akan mengundang masalah baru.Belum tentu juga Lusiana dan keluarga Giriandra akan mengerti. Kalaupun mereka menerima fakta kalau dirinya melakukan prosedur bayi tabung, maka hal ini akan menjadi sumber masalah baru bag
Pagi ini Rudi tampak begitu bersemangat. Raut wajahnya memancarkan kebahagiaan. Hal itu jelas mengundang rasa penasaran Lusiana. Keysa yang turut menikmati sarapan pagi pun ikut terheran-heran melihat senyum papanya tak surut. Padahal, seingat gadis itu selama beberapa waktu ini papanya selalu tampak murung. Penyebabnya tidak lain karena belum ada kabar pasti tentang Yudha. "Papa kayaknya bahagia banget?" tanya Keyla. "Iya, papa dapat kabar yang luar biasa," jawab Rudi sebelum menyesap kopinya. Lusiana menoleh lalu bertanya, "Sudah ada kabar tentang Yudha? Anak itu sudah ketemu?" "Ini memang kabar terkait Yudha. Tapi bukan kabar keberadaannya. Komandan Pasha bilang kalau hasil penelusuran tim, mereka menemukan jejak khas tim Alfa. Jadi kemungkinan besar kalau Yudha dan Ken memang masih hidup," jelas Rudi. "Terus?" Seakan belum puas dengan jawaban suaminya, Lusiana menatap penuh tuntutan. Masih dengan senyum yang terlukis di wajahnya, Rudi menjawab, "Yudha memenuhi janjiny
Tari memegangi kepalanya yang pening. Sudah dua hari ini tubuhnya tidak bersahabat sama sekali. Bawaannya lemas dan hanya ingin terus berbaring. Akan tetapi, Tari sadar jika hal itu akan baik untuk kesehatannya. Peredaran darahnya harus lancar. Karena itulah ia terus menyibukkan diri dengan aktivitas di dalam rumah. Kemarin sore saat ditawari kudapan di acara aqiqah itu, Tari merasa tergiur untuk mencobanya. Bagaimanapun, itu adalah kudapan yang sudah cukup langka dan tidak banyak orang yang bisa membuatnya. Akan tetapi, semakin lama aroma kuah serabi yang bercampur durian itu membuatnya tiba-tiba mual. Batinnya berperang antara ingin dan merasa pusing. Sampai akhirnya ia tidak sadarkan diri.Kali ini Ibu Danyon mau mengabulkan permintaannya untuk tidak memberitahu siapapun tentang kondisinya, termasuk pada keluarga Giriandra. Tari beralasan jika ia ingin memberikan kejutan itu disaat yang tepat. Itu hanya alasan karena Tari dilema.Tari bahagia karena ia akhirnya bisa hamil sepert
Sejak mendengar kabar tentang hilangnya Yudha, keluarga Giriandra seakan kehilangan separuh hidup. Tiap hari Arbian dan Rudi akan mampir ke batalion untuk menanyakan perkembangan kabar Tim Alfa. Letkol Pasha yang merupakan pimpinan batalion pun merasakan hal yang serupa. Keponakannya Ken juga belum ada kabar sejak terjadi serangan terakhir. Yudha dan Ken seakan hilang ditelan bumi. Serka Hilman dan Sertu Fatur yang berhasil bergabung dengan pasukan utama terus berbagi kabar. Selain fokus bertahan dengan serangan musuh, sebagian dari mereka fokus mencari keberadaan Yudha dan Ken.Sore ini, Tari sedang membersihkan rumah dan merapikan isi lemari. Sengaja menyibukkan diri karena tidak tahu harus melakukan apa lagi. Pagi tadi ia sempat menanyakan kabar Yudha dan Tim Alfa pada Ibu Danyon. Namun, wanita itu juga sama, sedang menunggu kabar dan tim pendukung yang dikirim ke wilayah operasi."Aku kangen kamu, Mas," gumam Tari sembari mengusap seragam loreng Yudha yang baru saja selesai ia s
Kedatangan Lusiana ke batalion tempat Yudha bertugas dengan niat untuk berbaikan dengan putranya, justru terbalas dengan kekecewaan. Tadinya Lusiana pikir, putranya sedang bertugas di dalam kota seperti berita terakhir yang didengarnya. Namun, alangkah terkejutnya ia saat mengetahui jika putranya itu sedang tugas di perbatasan. Memang tak ada informasi yang jelas di mana lokasi perbatasan yang dimaksud dalam operasi tugas yang dijalani Tim Alfa. Tari sendiri hanya tahu jika daerah itu adalah daerah perbatasan negara. Bisa saja batas utara, selatan, timur ataupun barat. "Kamu kenapa tidak bilang kalau Yudha lagi tugas?" desis Lusiana saat memeluk menantunya. Sengaja ia tunjukkan kepedulian pada menantunya di hadapan Ibu Danyon. Jangan sampai wanita berseragam hijau polos itu tahu kalau Yudha sama sekali tidak mengabarinya perihal tugas dinas di perbatasan. Bisa ketahuan jika hubungan mereka tidak baik-baik saja."Ibu Lusiana ini benar-benar mertua idaman. Putranya sedang bertugas, t