Share

Kekejaman Naina

Author: Sayonk
last update Huling Na-update: 2024-09-11 11:51:00

Naina menurunkan kopernya. Dia menatap sekeliling kamarnya, ia menatap foto pernikahannya. Rasanya waktu berlalu begitu cepat dan ia masih ingin merasakan kenikmatan pernikahannya. Langkahnya yang terasa berat, setiap melangkah ia merasa menginjak sebuah duri. Ia mengusap pipinya yang terus basah. Sejenak ia menghentikan langkahnya dan menatap pintu di sebrang sana. 

"Selamat tinggal Mas, semoga kau bahagia."Dengan rasa perih dan sakit, dia terus melangkah tanpa menoleh ke belakang. 

"Nyonya Naina." Bibi Rohya memeluk Naina. Dia merasa cemas pada Naina. "Nyonya mau tinggal dimana?" Tanya Bi Rohya. Ia ingin menawarkan tempat tinggal kampung halamannya.

Naina menggelengkan kepalanya. Ia tidak tau harus kemana, kedua orang tuanya sudah meninggal. Ia hanya seorang diri. Ia baru ingat kalau ia pernah memiliki sebuah rumah di bandung. "Yang jelas aku tidak akan tinggal di sini Bi."

"Nyonya tolong kabari Bibi." Bi Rohya tidak tega meninggalkan Naina sendirian. "Jika ada sesuatu hubungi bibi dan tolong jaga kesehatannya."

Naina mengangguk dan tersenyum. "Tentu saja Bi, aku pergi dulu."Naina melanjutkan langkah kakinya. Dia mengendarai mobilnya dan hari ini ia menemui kedua orang tuanya dan nenek Andreas. 

Naina menaruh bunga di atas makam kedua orang tuanya. Sebelahnya ada makam nenek Andreas. Air matanya tak bisa ia tahan, ia menangis di atas tanah sang ibu. Begitu sulit dirinya dan kehidupannya, ia sangat mencintai Andreas namun cintanya menurut Andreas tak lebih besar dari cinta Amira.

"Maafkan Naina Nek. Naina tidak bisa mempertahankan rumah tangga Naina. Naina kalah Nek." Dia menghapus air matanya dan kembali melanjutkan langkah kakinya. Ia menarik dalam nafasnya. "Naina, kau harus kuat." 

Pada malan harinya.

Andreas baru saja pulang. Dia duduk di sofa, setelah bertengkar dengan Naina, dia memilih pergi. Selama berumah tangga dengan Naina, dia tidak pernah bertengkar. Terkadang dia yang emosi karena klien atau proyek, tapi Naina selalu menenangkannya. 

"Sedang apa dia?" Tanya Andreas. Tiba-tiba ia teringat Naina. Tidak biasanya Naina tidak menyambutnya. Dia melupakan apa yang telah terjadi sebelum sebuah kertas yang menjadi saksi putusnya pernikahan mereka.

"Aku ingin melihat Amira."Andreas menuju ke kamar Amira dan mengetuknya. Terdengar suara langkah kaki yang terburu-buru. 

Krek

"Mas." Amira langsung memeluk Andreas. Dia menangis tersedu-sedu di pelukan Andreas. "Aku ingin pergi saja dari sini, tapi aku takut untuk pergi. Aku tidak sanggup lagi berpisah dengan mu."

"Ada apa?" Tanya Andreas melerai pelukannya. "Kita masuk dulu dan kamu ceritakan pada ku." Ia baru saja datang dan di suguhkan dengan isak tangis Amira.

"Mas, Naina begitu tega pada ku. Dia bilang kepergiannya kali ini akan membuat mu sedih dan aku tidak akan pernah bahagia. Bahkan dia mengatakan bahwa aku tidak akan pernah bisa memiliki anak dengan mu." Dia teringat dengan kepergian Naina, sebenarnya ia tau bahwa Naina sudah pergi. Hanya saja, ia tidak ingin mengantar kepergiannya atau mengatakan pada Andreas.

Andreas mengusap punggung Amira. "Kamu tenang saja. Apa yang di katakan oleh Naina tidak akan terjadi." Ia menenangkan Amira. Ia sudah berjanji tidak akan membuat Amira bersedih.

"Mas aku ingin mengatakan sesuatu. Sebenarnya aku tidak memiliki rahim, aku takut kamu meninggalkan ku. Lebih baik aku tidak perlu hidup lagi." Air mata Amira begitu deras, seakan ia tak akan sanggup menampung kesakitan di dalam hatinya. 

Andreas mengepalkan kedua tangannya. Dia merasa tidak mengenal Naina. Wanita itu baik, ia rasanya tidak sanggup untuk mempercayainya, tapi Amira tidak mungkin berbohong. "Aku tidak akan meninggalkan mu. Kau tentu tau bahwa aku selalu mencintai mu. Sekalipun kau tidak memiliki rahim, aku akan menikah dengan mu dan kau tidak perlu khawatir."

"Tolong buktikan pada Naina bahwa kamu bisa membahagiakan ku." Amira menyeringai, dengan begini tidak akan ada drama kepergian Naina. Andreas pasti akan melupakan sepenuhnya tentang Naina. Kini dia akan menjadi satu-satunya di hati Andreas.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Naina Meninggal

    Naina menggunakan sebuah gaun berwarna hitam dengan taburan mutiara. Satu bahunya terlihat jelas dan rambutnya di gerai. Ia memolesi wajahnya dengan riasan tipis. Malam ini ia akan menghadiri pesta sebagai pasangan sementara Andreas. Tadinya ia tidak ingin ikut, tapi Giselle memaksanya ikut untuk menemaninya. "Hah, sudah."Naina tampil begitu memukau hingga Andreas tidak bisa mengkedipkan kedua matanya. Giselle pun tak kalah cantiknya, anak kecil itu begitu mirip dengan Naina. "Ayah." Sapa Giselle karena Ayahnya menatap bundanya begitu dalam hingga tak berkedip. "Issh, Giselle juga cantik."Andreas tertawa, ia melupakan suatu hal bahwa dua wanita bisa saja cemburu sekalipun memiliki hubungan darah. "Giselle yang tercantik.""Aku tau Ayah, sangat tau. Ayah hanya menyenangkan aku." Andreas mencium Giselle. Air matanya mengalir bahagia. Ia berharap waktu berpihak padanya. Keesokan harinya.Setelah mengetahui kabar bahwa Naina berada di Swiis bersama dengan Andreas. Kemarahan Amira se

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Cemburu

    Antonio merasa canggung dengan ucapan Naina padanya. Ia milirik Andreas, ia merasa kasihan pada Andreas. "Emm baiklah, aku memiliki urusan dengan mu.""Nanti malam aku akan menemui mu." Hari ini ia tidak memiliki waktu untuk menemani Antonio. Ia harus memiliki banyak waktu bersama dengan Giselle dan Naina. "Emm ... baiklah, aku pergi dulu." Andreas menggendong Giselle. Ia mencium pipinya bertubi-tubi. Rasa senang terpancar di wajahnya. "Sayang katanya mau jalan-jalan. Ayo Daddy akan membawa mu kemana pun yang kamu mau."Giselle mencium balik pipi Andreas. "Aku senang Ayah. Mari kita jalan-jalan." Andreas melangkah keluar dengan menggendong Giselle dan Naina mengekorinya. Para karyawan pun hanya melihat tingkah laku bos mereka. Mereka hanya tau bos mereka menikah dan tidak memiliki anak namun saat ini di hadapan mereka di suguhkan dengan kehadiran seorang anak dan Andreas memandnaginya dengan kasih sayang."Apa dia anak Tuan Andreas?" Tanya seorang karyawan wanita. Dia melihat betap

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Kami Tidak Akan Menikah

    Naina menyuapi Giselle. Putrinya memintanya untuk di suapi, mungkin karena merindukan suapannya. “Sayang ingin nambah lagi?” Tanya Naina. Giselle memakan dengan banyak dan begitu lahap. “Suapan ibu memang sangat enak.”“Naina, Giselle.” Sapa Andreas. Dia membawa beberapa paper bag untuk Naina dan Giselle. “Sedang di suapi Bunda? Suapan Bunda pasti enak.”“Benar Ayah sangat enak. Giselle selalu ingin menambah.” Giselle mengelus perutnya. “Tapi sudah kenyang.”Andreas tertawa lebar, ia melihat Naina yang tertawa. Rasanya ia kembali seperti dulu. “Oh iya Sayang, Naina. Aku ingin mengajak kalian ke Swiss. Sekalian aku mau melihat-lihat perusahaan ku di sana.”Giselle merasa asing dengan namanya dan ia merasa Swiss negara yang indah. “Bunda apa aku bisa ikut kesana?” “Tentu saja Sayang. Kita bisa kesana.” Ia tidak akan pernah menolak keinginan Giselle karena baginya, putrinya sudah cukup melalui penderitaan. “Swiis? Aku sangat senang. Apa malam ini Ayah akan menginap di sini?”Andreas m

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Di abaikan.

    Andreas mengepalkan tangan kanannya, wajahnya terlihat gelisah. Selama ini ia yakin bahwa Giselle sudah menerimanya tanpa ada rasa curiga atau kesalahpahaman namun ternyata pikirannya salah. “Giselle maafkan Ayah. Ayah bersumpah bahwa Ayah menyayangi mu.”Giselle tersenyum tipis, ia sangat ragu dengan ucapan ayahnya tersebut. “Ayah, Giselle tidak percaya pada Ayah. Ayah selalu mengatakan hal yang sama, tapi tidak sesuai dengan perkataan Ayah. Giselle mau tidur, Giselle lelah.”BipGiselle memutuskan panggilannya tanpa menunggu Andreas. Ia yakin ayahnya pasti akan mengelak jika ia mengatakannya. Naina menoleh dan kembali ke arah Giselle dan memeluk Giselle. Ia benar-benar telah gagal menjadi ibu yang baik untuk Giselle. “Giselle maafkan Bunda yang tidak bisa memberikan keluarga yang utuh untuk mu.”Naina mengusap air matanya. Ia sangat merasa bersalah pada Giselle. Giselle mengusap air mata Giselle. Semua yang terjadi bukan kesalahan ibunya. “Bunda tidak salah apa-apa. Kita akan bahag

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Andreas Meninggalkan Rumah

    "Papa jahat! Papa tidak sayang pada Ayna." Teriak Ayna kemudian berlari ke kamarnya untuk menemui Amira. Amira menatap Ayna. Ia masih memiliki harapan selama Ayna bersamanya. Ia bisa mengekang Andreas hanya membuat Ayna yang menentang Andreas. "Ayna kita di perlakukan seperti ini karena wanita itu." “Benar Ma.” Ayna begitu benci pada wanita itu yang telah merusak kebahagiannya. Suatu saat nanti ia akan membalasnya. “Ayna akan membuat Giselle merasakannya.”Amira memeluk Ayna. “Kita bisa menjalaninya Sayang. Kita pergi bukan berarti kita mengalah pada wanita itu. Rumah ini, rumah kita. Bukan kita yang pergi, tapi mereka.” “Amira aku sudah membelikan rumah untuk mu dan Ayna kau ingin ikut dengan Papa atau Mama?” Tanya Andreas. Amira tidak mungkin melepaskan Ayna karena anak ini adalah kuncinya. “Biar aku saja yang merawat Ayna.” Dengan begitu ia masih bisa mengekang Andreas. “Aku akan ikut dengan Mama, Pa.” Ayna mengangkat wajahnya. “Tapi Pa biarkan kami tinggal di sini. Sekalipun

  • Benih Rahasia Mantan Suami   Papa Ingin Hidup Bahagia

    "Apa?!" Amira melebarkan kedua matanya. Seakan kedua kedua bola matanya akan keluar. Detak jantungnya berdetak lebih cepat di iringi rasa panas, bahkan kedua telinganya mendengarkan detak jantungnya itu. "Ini tidak mungkin. Kita tidak bisa bercerai. Kau tidak bisa meninggalkan ku." Andreas menyilangkan kakinya, ia muak dengan kebohongan Amira. "Apa kamu pikir aku betah dengan semua kebohongan mu Amira?" Amira menggeram, ia berlutu di kaki Andreas. "Aku mohon Andreas jangan membuang ku. Kasihan Ayna, dia membutuhkan kehadiran kita. Aku sudah setuju membawa Naina ke sini. Kita bisa hidup bersama." Andreas mendekatkan wajahnya ke wajah Amira. "Setelah semua kejadian di masa lalu. Apa kamu pikir aku akan mempercayai mu Amira?" Ia menoleh ke arah lain. "Aku tidak tau apa yang akan kamu rencanakan kebelakangnya. Jadi aku tidak akan mengambil resiko." "Ayna tidak akan setuju Andreas." Ia berusaha menghancurkan kebekuan hati Andreas agar mencair begitu menyebut nama Ayna. "Aku men

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status