Share

4. Ternoda Karena Sebuah Kesalahan

Lenguhan wanita itu terdengar jelas.

"Ah, iya terus Sayang ...." Dengan rintihan tertahan dia meminta agar dipuaskan.

"Kamu nakal, ya. Hemh ....."

"Nggak nakal, Beb." Suaranya sangat menggoda, terdengar sensual. "Kamu yang bikin aku ketagihan."

"Yugo nggak bisa, 'kan, bikin kamu begini?"

"CK! Ngapain bahas Yugo di saat aku lagi gini?" Dia terdengar kesal. "Yugo tuh lemah. Aku ajak dia masa nggak mau. Bilangnya nanti nunggu nikah aja. Ya, kali aku ajak enak nggak mau! Apa coba, namanya kalau dia bukan gay?"

"Ya, mana tahu dia laki-laki baik." Lelaki itu berujar tidak jelas karena dia mulai mencecapi leher jenjang sang wanita.

"Ya kalau dia nggak nafsu sama cewek, aku yang sengsara nanti kalau dijadiin istri dia. Lagian, dia nyebelin karena nurut banget ke mamanya yang kayak Mak Lampir itu!"

"Udah ah, nggak usah ngomong terus. Mending lanjut." Wanita yang telah polos tanpa apa pun melingkarkan tangan di leher lelaki yang berada di atasnya.

Sang laki-laki pada akhirnya membuat wanita yang berada di bawahnya merintih penuh kenikmatan dalam beberapa menit kemudian.

Permainan mereka belum selesai, Yugo keluar dari lemari memergoki keduanya yang seperti hewan bergumul.

"Yugo?" Eveline nama perempuan itu terlonjak kaget. "Kke-napa kamu ada di sini?"

"Go, gue bisa jelasin." Albert laki-laki yang menjamah Eveline barusan tidak lain adalah sahabat Yugo sendiri. Mereka satu perkumpulan yang sering bersama.

"Berengsek!" Yugo menghajar laki-laki yang mengkhianatinya, tapi saat melihat mereka berdua sama-sama polos dan menikmati, Yugo tahu bahwa dia yang tolol selama ini.

Ya, laki-laki itu sering dengar kalau Eveline dan Albert sering bersama. Tapi, tidak pernah percaya karena mereka adalah orang yang dipercaya.

Hari ini Yugo, mengikuti saran orang yang mengenal mereka agar membuat karangan kalau dia haru ke luar negeri baru kembali minggu depan.

Yugo yang memang tahu sandi apartemen Eveline diam-diam datang, menunggu. Saat terdengar Eveline datang dia bersembunyi di dalam lemari.

Tadinya, Yugo berharap bahwa semua omongan itu bohong hingga dia bisa memberi kejutan dengan cincin tunangan yang disiapkan.

Nyatanya, dari pintu masuk saja mereka berdua telah berpagut bibir, melucuti pakaian tanpa ragu dan memuaskan diri di ranjang.

Eveline memakai bajunya asal kemudian bersujud di depan Yugo.

"Yugo, aku minta maaf. Aku salah nggak seharusnya aku begini."

Yugo yang jijik dengan keduanya malah menendang Eveline hingga terjungkal. "Wanita murahan, jangan pernah sentuh seujung kuku pun bagian tubuhku!"

"Yugo!" Eveline memanggil, tidak lagi dihiraukan.

*

Yugo mengamuk di mobil, dia memukul setir hingga tangannya sakit sendiri.

Berengsek! Semua orang berengsek! Selama ini dia telah berusaha menjadi orang baik, ternyata ada banyak orang tidak tahu diri yang justru memanfaatkan kebaikannya.

Dalam keadaan pusing, Yugo pergi ke bar memesan minuman, mabuk untuk melupakan masalah. Selesainya dia pulang ke rumah orang tuanya dalam keadaan setengah mabuk.

Sayangnya, sedang tidak ada orang. Junior seperti biasa sedang tidak pulang ke rumah, sementara Amarta dan Sudibja ada urusan di Eropa baru pulang minggu depan.

Mahes yang membukakan pintu ketika Yugo datang. Ini pukul sebelas malam, suasana rumah sedang sepi. Selain satpam penghuni yang lain sudah tidur.

"Mana mama sama papa?" Yugo sempoyongan ketika bertanya.

"Ibu sama bapak pergi, Kak."

"Kak?" Yugo tertawa getir. "Sejak kapan kamu aku anggap adik, hah!"

Mahes tertegun, dia juga tidak merasa dianggap adik. Hanya saja panggilan tadi adalah bentuk sopan santunnya.

Yugo berjalan, dia mau duduk di sofa. Tapi, belum sampai tubuhnya malah limbung lalu jatuh di lantai

Mahes yang melihatnya segera menolong. Dia heran kenapa Yugo bisa sempoyongan seperti ini, dari tubuhnya tercium mau alcohol yang sangat menyengat.

Tubuh mungil gadis itu kemudian memapah Yugo agar bisa duduk di sofa. Baru juga berhasil mendudukannya, Yugo muntah. Dia memang tidak terbiasa minum alkohol sehingga baru segini saja tubuhnya sudah terasa seperti tidak bisa dikendalikan.

Mahes kaget dengan apa yang terjadi, sampai bingung harus apa. Mau membangunkan Asih takutnya sudah pada istirahat, nanti mengganggu. Dengan amat sangat terpaksa dia menyiapkan kain pel membersihkan sisa muntah di lantai.

Baju Yugo kotor, dia merasa bau tidak enak segera membukanya.

"Ambil handuk!" Dia menyuruh Mahes karena mau membersihkan sisa muntah di badannya.

Mahes ke belakang mengambil handuk kecil dan baskom berisi air hangat. Dia taruh di meja. Ternyata, Yugo tertidur.

"Kak, ini air dengan handuknya." Mahes takut kalau dia tinggalkan begitu saja, Yugo bisa masuk angin dan dia yang disalahkan.

"Kak ...." Mahes membangunkan dengan menyentuh lengan Yugo.

Yugo membuka mata karena sentuhan itu, seketika kata-kata Eveline berputar di benaknya. Dia yang tidak sadar, kini mencengkeram erat tangan Mahes.

"Kamu pikir aku nggak bisa melakukan apa yang bajingan itu lakukan ke kamu!"

"A-pa?" Mahes melangkah mundur, takut Yugo menyakitinya.

"Kamu lihat sendiri kalau aku bisa juga!" Dia menyeret Mahes masuk ke kamar tamu yang kosong, melemparkannya ke tempat tidur.

Mahes bangun, hendak lari. Tapi, Yugo menangkapnya kemudian mengunci pintu, dia kembali melemparkan Mahes ke tempat tidur.

"Bi Asih!" Mahes berteriak, Yugo membekap mulutnya. Lantaran berisik dia mengambil kain kemudian mengikat mulut Mahes.

Mahes ingin teriak, tapi suaranya hanya bisa tertahan. Yugo menyentuhnya, dia memberontak.

"Kamu bisa mau dengan laki-laki yang nggak ada apa-apanya denganku, tapi pasrah dengan laki-laki berengsek kayak Albert!" Yugo yang tidak sadar bahwa di hadapannya bukan Eveline malah menampar Mahes berkali-kali hingga gadis itu lemas.

Yugo tertawa. Di matanya saat ini Eveline sedang pasrah padanya.

"Tunggu, aku akan buat kamu tahu kalau aku lebih gagah dari si Berengsek itu!"

Yugo melucuti pakaiannya, kemudian membuka lebar kaki Mahes.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status