Share

6. Tidak ada yang Bisa Menjelaskan

Mahes hanya ingat dia dilecehkan berkali-kali hingga beberapa detik sebelum pingsan dia merasa ada sesuatu yang hangat masuk dalam tubuhnya.

Pagi ini dia membuka mata dalam kondisi sudah berbaring di kamarnya, pakaian pun sudah diganti dengan yang lain. Apa, Yugo yang melakukannya untuk menghilangkan bukti?

Asih, apa dia tahu apa yang terjadi antara Yugo dan Mahes semalam?

"Mahes!" Junior pulang paginya ini sudah siang gadis itu belum juga keluar dari kamar. "Oi, bungsu pengganti gue, bangun, Kebo!"

Mahes berbaring, seluruh tubuhnya terasa sakit apalagi hatinya. Kalau dia ceritakan apa yang terjadi, apa yang Yugo lakukan padanya apa ada orang yang akan percaya padanya?

"Mahes, Kebo!" Junior masih memanggil. "Astaga lo kebo banget, deh. Ini udah jam tujuh belum bangun juga."

Mahes menutup telinga, saat ini mendengar suara laki-laki siapa pun itu membuat dadanya seperti ditusuk ratusan jarum.

Pintu dibuka, kebetulan tidak dikunci. Junior cuma bisa geleng-geleng lihat Mahes masih menutup diri dalam selimut.

"Astaga, lo lagi program hibernasi apa gimana?" Junior mendekati adik angkatnya. Dia tarik selimut yang dipakai menampakkan Mahes yang meringkuk kemudian dengan keisengannya Junior memaksa agar Mahes bangun.

"Udah siang, Kebo! Lo bisa kena--"

Junior tidak bisa melanjutkan kata-katanya ketika melihat Mahes pucat wajahnya. Wajahnya juga ada sedikit memar bekas pukulan. Tiga hari dia tidak di rumah baru kembali pagi ini melihat Mahes jadi korban penyiksaan begini tentu sangat mengejutkan.

"Lo kenapa?"

Mahes menggeleng. Dia tidak berani bicara apa-apa. Saat ini tidak siapa pun yang dia punya. Mahes sebatang kara, jika mengatakan Yugo yang melakukan ini padanya apa akan ada orang yang percaya?

Perempuan lugu, miskin, dan tidak selevel dengan mereka, jika mengatakan dirinya dilecehkan Yugo orang-orang mungkin akan berpikir bahwa Mahes yang menggoda. Ketakutan gadis polos itu akhirnya membuat dia tutup mulut.

Junior memegang wajah Mahes. "Lo dirundung di sekolah apa gimana?"

"Aku jatuh." Mahes menjawab lirih. Beberapa detik kemudian air matanya hampir jatuh.

"Gue bakal laporin ini ke papa, kalau ada yang nyiksa lo di sekolah kita bakal ambil tindakan!"

"Nggak ada yang nyiksa aku di sekolah."

"Ya, terus siapa yang bikin lo kayak gini?"

Junior khawatir. Dia sejak awal ada Mahes di rumah ini sudah senang, membuatnya janji akan jadi keluarga yang baik. Apalagi Sudibja bilang ibunya Mahes yang berjasa membantu agar bisnis papanya bisa sebesar ini.

"Lo jangan nangis gini, gue marah bukan apa-apa. Gue cuma khawatir lo kenapa."

"Tinggalin aja aku sendiri, tolong."

Junior kehabisan cara untuk memaksa Mahes agar mau bicara. Pemuda itu turun untuk bicara dengan Asih. Pembantu itu yang ada di rumah ini sepanjang hari, pasti dia tahu apa yang terjadi selama Junior tidak d di rumah.

Sayangnya, ketika Junior tanya Asih juga mengatakan tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi pada Mahes. Dia juga kelihatan menghindar saat Junior ajak bicara.

"Masa, Bi Asih nggak tahu apa yang terjadi pada Mahes?"

"Bibi nggak tahu, Den. Beneran."

Junior yang mengikuti Asih sampai dapur memicingkan mata. Dia curiga kalau Asih bohong padanya. "Bi Asih pasti tahu sesuatu, kenapa nggak mau bilang?"

Asih tidak konsentrasi bekerja. Bibirnya sedikit bergetar ketika dia akan mengatakan sesuatu. "Den--"

"Jun!" Yugo memanggil.

Junior menoleh. "Apa?" Dia menyahut sekilas kemudian kembali pada Asih untuk menjelaskan apa yang dia tahu soal Mahes.

"Bibi mau beresin sampah dulu, Den." Asih sibuk membereskan sisa-sisa masak yang masih berserakan.

Junior mendengkus kemudian menuju meja makan. Dia sarapan sendiri karena Yugo pasti sudah makan lebih dulu.

"Lo nginep di rumah dari kapan, Bang?"

"Semalam." Yugo duduk di depan Junior, mengambil dua lembar roti ikut sarapan bersama.

"Tumben lo belum sarapan. Biasanya udah duluan kalau nggak ada mama papa."

Yugo tidak mau bilang apa-apa. "Kamu ke mana aja tiga hari ini?"

"Ada, deh. Gue nggak perlu bilang karena nggak bakal penting juga buat lo."

"Kuliah kamu gimana?"

Junior membanting ringan roti yang dipegang ke piring yang ada di depannya. Jujur kalau sedang makan seperti ini tiba-tiba ditanya urusan pribadi membuat dia agak kesal. "Lo ngapain sibuk dengan urusan gue?"

"Sekolah yang benar atau kalau kamu sudah nggak sanggup lagi untuk kuliah, keluar aja sekalian. Langsung masuk perusahaan, magang jadi staff belajar langsung itu jauh lebih bagus daripada buang-buang waktu nggak jelas kayak gini."

"Lo itu Bang orang yang aktif otak kirinya. Jadi, nggak akan tahu gimana sensasinya bisa kerja dengan bakat yang dimiliki. Lo jago nego dan perhitungan, feeling lo kuat sedangkan gue nggak. Lo kolot banget kayak Mama kalau sampai berpikir semua orang tuh punya kecerdasan yang sama."

"Satu lagi, Bang, yang harus lo pahamin. Gue paling nggak suka kalau sampai disebut pemalas dan keluyuran nggak jelas." Junior belum menunjukkan saja kalau dia punya cedera tulang beberapa kali saat latihan ataupun perform karena percuma dia mengatakannya. Tidak akan ada orang yang bangga bahwa itu adalah tanda usaha, tapi mereka hanya akan mencemooh bahwa apa yang dilakukan sia-sia. "Gue cuma butuh waktu sampai bisa nunjukin kalau apa yang gue lakukan sekarang akan menghasilkan. Nggak cuma lo doang yang karena duduk di perusahaan lantas bisa dibanggain."

Yugo mengepal tangan saat Junior meninggalkan meja makan. Alasan dia membicarakan ini pada adiknya adalah agar dia tidak lagi membahas Mahes.

Jujur saja, kejadian sama langsung di luar kendali.  Yugo tidak pernah tahu kalau bercinta dengan seorang gadis perawan bisa senikmat itu. Dia dikendalikan hawa nafsu, sehingga melecehkan Mahes berkali-kali dalam satu malam sampai gadis itu pingsan.

Saat kesadarannya kembali, dia cuma bisa merutuk dan menyesali diri. Kenapa harus Mahes yang jadi sasarannya?

Harga dirinya benar-benar jatuh karena dia berhubungan badan dengan perempuan kampung yang sama sekali bukan levelnya. Apalagi dilakukan dengan cara pemaksaan seperti itu.

Yugo berhasil membuat Asih bungkam dengan ancamannya. Tinggal nanti bagaimana dia mengurus Mahes agar jangan berani bicara macam-macam. Apa pun akan dilakukannya termasuk memberikan uang. Yang penting gadis itu tidak membuat hidupnya hancur.

Yang jadi masalah berikutnya adalah Junior. Di balik sifatnya yang terkesan liar, bebas, dan tidak mau diatur, adik Yugo tersebut adalah tipe orang yang paling anti dengan adanya ketidakadilan. Juga termasuk orang yang paling berani membongkar kesalahan orang lain. Tidak peduli siapa pun dia.

Yugo harus jaga agar jangan sampai Junior mencari tahu lagi tentang apa yang terjadi pada Mahes!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status