Share

Ketidaksopanan

6:56 WIB 

 

Terlihat lumayan banyak anak-anak dengan seragam SMA mereka yang berlari cepat untuk masuk ke dalam lingkungan kampus. Beberapa dari mereka tampak begitu terburu-buru, karena mungkin takut dihukum. Namun, beberapa dari mereka tampak sangat santai, seolah waktu tengah berjalan 2 kali lebih lambat. 

 

Sosok Lisa, Galih dan si lelaki putih sudah siap menjaga di sisi kanan dan kiri gerbang kampus sembari memperhatikan aktivitas riwuh yang tengah berlangsung. Seperti apa yang sudah disampaikan pada sosialisasi rapat panitia sebelumnya, para petugas yang memegang tugas keamanan, harus memasang wajah yang kelihatan sangar. Itu semua dilakukan guna memberi efek pada para calon mahasiswa baru agar tidak bertindak seenaknya selama masa ospek berlangsung. Misalnya, tidak menjaga ketenangan, tidak mengikuti aturan yang diterapkan, sesukanya memperlakukan para senior dan membuat kericuhan. 

 

Para panitia keamanan juga memiliki wewenang untuk memberi hukuman pada siapa saja calon mahasiswa baru yang melakukan hal-hal yang telah disebutkan sebelumnya. Intinya, segala hal yang mengganggu ketertiban dan ke-efektifan acara, mereka bertugas untuk menanganinya. 

 

Sesungguhnya, tak hanya Lisa, Galih dan si lelaki saja yang dibebani tugas tersebut. Panitia keamanan berjumlah delapan orang, namun ditempatkan di titik yang berbeda-beda. Mereka terbagi menjadi tiga kelompok dengan kewajiban yang juga berbeda-beda. Ada yang bertugas untuk memberikan hukuman, ada yang bertugas untuk mencatat pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan para calon mahasiswa baru, lalu nanti memberikan datanya pada pimpinan kampus untuk sekiranya diselidiki, perlukah untuk ditindaklanjuti. Kemudian kelompok yang terakhir menjaga gerbang depan sesudah dan saat kegiatan ospek berakhir. Kesamaan tugas dari tiga kelompok tersebut terdapat pada patroli selama ospek berlangsung. 

 

“Ayo, cepat, jangan lelet!” teriak Lisa dengan alisnya yang menukik tajam. Sungguh, ia kelihatan sangat berbeda dengan sosoknya beberapa menit lalu, yaitu periang dan penuh semangat. 

 

“Gerbang akan kami tutup satu menit lagi!” sahut Galih dari sisi kanan. Ia terlihat yang paling berbeda. Jika melihat tampang dan tampilannya sekarang, siapa pun tak akan menyangka kalau Galih aslinya merupakan sosok senior yang ramah dan menyenangkan. Kerutan sangar di wajahnya tampak begitu tebal. Wajahnya yang manis pun luntur, tertutup dengan bayang mematikan yang sengaja ia pasang untuk alibi tegasnya. 

 

6:59:50 

 

“1, 2, 3, 4, 5, lari semuanya!” Si lelaki putih ikut berteriak sembari memandangi pergelangan tangannya yang sengaja ia pasangkan jam hari ini. Jujur saja, padahal lelaki putih itu merupakan sosok yang sangat tampan. Kini, sosok tampan itu mengeluarkan auranya yang sangat-sangat mengerikan. Rahangnya yang tajam dan tingginya yang menjulang, membuatnya kelihatan yang paling menakutkan. 

 

“10!” Entah keajaiban atau bagaimana, tetapi para calon mahasiswa baru itu mendadak dianugerahi kekuatan super. Bak karakter superhero the flash, mereka semua berhasil menginjakkan kaki di halaman dalam kampus dengan kecepatan kilat yang bahkan tak mampu ditangkap pergerakannya oleh satu kedipan mata. Kalau saja tidak ingat tugas dan sosialisasi beberapa waktu lalu, Lisa pasti sudah tertawa terbahak-bahak melihatnya. 

 

“Masuk barisan!” perintah Galih seraya tangannya memberi isyarat pada para calon mahasiswa baru di dekatnya untuk pergi mendatangi anak-anak lain yang tampak mulai membentuk barisan oleh arahan panitia keamanan lainnya. 

 

“Cek, cek, temen-temen semuanya, tolong ikuti arahan kakak-kakak yang baik, ya, biar kegiatan cepet mulainya, terima kasih.” Suara berkesan bas yang terdengar ramah keluar dari depan. 

 

“Bang, kak, gerbang gak usah ditutup, kan?” tanya si lelaki berkulit putih sambil bergantian memandang Galih di sampingnya dan Lisa di seberangnya. 

 

“Gak usah, setau gue ada senior-senior yang dapet jadwal sidang skripsi hari ini,” jawab Galih. 

 

“Merinding gue denger kata skripsi,” ujar si lelaki sambil menggidikkan bahunya ngeri. Melihatnya, Lisa dari seberang tampak menahan tawa. Ia berusaha mempertahankan tampang tegas dan datarnya. 

 

“Gue sama Lisa semester depan mulai sibuk skripsi, nih.” – Galih 

 

“Nanti gue doain biar lo sama Kak Lisa lancar skripsinya.” Lelaki itu tersenyum cerah. Melihatnya, Galih segera memukul lengannya pelan. 

 

“Heh, inget, tegas, sangar, nakutin. Lo kalo senyum gitu bukannya ditakutin, malah diincer sama ciwi-ciwi nanti.”

 

“Yaelah, bang, senyum sedetik doang gak haram kali. Santai, gak ada camaba yang liat juga.” 

 

“Yeh, serah lo, deh...” Galih tampak menggelengkan kepalanya pelan. 

 

7:02 WIB 

 

Tap tap tap 

 

“Eh, tunggu!” Suara lantang Lisa menggelegar, memasuki gendang telinga Galih dan si lelaki berkulit putih. Keduanya kemudian mengalihkan pandangan ke sisi depan gerbang kampus. Terlihat sesosok gadis berambut panjang dengan seragam SMA putih hijaunya tengah menunduk, menatap jalanan setapak abu-abu di bawahnya. Sudah sangat dipastikan kalau gadis itu telat. 

 

"Kamu telat dua menit, gak boleh masuk,” ucap Lisa yang kini nadanya beralih lebih tenang, namun masih dalam lingkup tegasnya. 

 

“Siapa nama kamu? Biar kami laporkan ke panitia keamanan kelompok dua.” Alih-alih menjawab, gadis itu tampak terdiam. Kepalanya pun tak sama sekali terangkat. Tangannya juga saling meremas satu sama lain. Ketakutan yang ia pancarkan cukup kuat terlihat. 

 

“Hei, saya tanya, dijawab!” Gadis itu tersentak kaget, namun tak kunjung menjawab dan mengangkat pandangannya. Bahunya kini mulai kelihatan bergetar kecil. 

 

...

 

...

 

...

 

“Ck, kamu gak tahu sopan santun, ya! Biar saya liat name tag kamu!” Lisa kembali dengan suaranya yang meninggi. Ia menarik paksa name tag merah yang gadis itu gantung di lehernya. 

 

“Sara Melody... Galih, kasih laporan ke Ganesha sekarang! Bilang kalo camaba Sara Melody dari fakultas FIABIKOM telat dan gak bisa menghargai senior!” pinta Lisa sesaat setelah dirinya selesai dengan kegiatannya membaca tulisan yang terpampang dalam name tag si gadis. 

 

Galih yang mendengar permintaan Lisa pun mengangguk paham. Ia segera membalikkan tubuhnya untuk kemudian berniat berjalan mencari Ganesha, salah satu anggota dari tim pengawas yang bertugas untuk mencatat nama-nama calon mahasiswa baru yang membuat onar. Namun, belum saja kaki Galih melangkah pergi, si lelaki berkulit putih menghentikannya. 

 

“Bang, tunggu. Kak, biarin dia masuk,” katanya sembari matanya menatap lurus sosok gemetar si gadis. Mendengarnya, baik Lisa maupun Galih, keduanya menatapinya terkejut. 

 

“Dia telat, dia juga gak sopan, kita ngelanggar aturan dan kesepakatan panitia kalo kita biarin dia masuk,” tolak Lisa tak habis pikir. Galih pun hanya memandangi sosok si lelaki dengan pandangan herannya. 

 

Tampak si lelaki yang kini terdiam. Tatapan matanya masih terpacu pada sosok si gadis yang kini tampak sangat gemetaran bahu sempitnya. 

 

“Sara, lo boleh masuk. Nanti langsung gabung ke barisan, ya.” Lelaki itu tampak tak peduli dengan tolakan yang baru saja Lisa lontarkan padanya. Ia mendekati sosok si gadis yang masih menundukkan kepalanya dengan tampangnya yang ramah. Ditepuknya pundak gadis itu pelan. Senyumnya merekah teduh sembari dirinya mencoba untuk menyalurkan energi positif padanya. 

 

“Gak bisa gitu, dong! Lo bayangin kalo nanti ada yang telat lagi. Apa semuanya mau lo biarin masuk?” protes Lisa masih tak setuju. 

 

“Sara Melody pengecualian, kak,” jawab si lelaki kembali dengan pandangan tegasnya. Ia menatap mata Lisa dengan pendiriannya, bahwa gadis bernama Sara itu boleh masuk. 

 

“Kalo kita kena hukuman gimana? Kita gak bisa ngasih pengistimewaan sama –“ 

 

“Gue yang tanggung jawab nanti. Gue yang kasih dia izin masuk. Lo berdua gak usah khawatir.” 

 

“Gue gak setuju. Kita di sini tim, lo gak bisa bertindak seenaknya gitu.” Galih akhirnya buka suara. Ia ada di pihak Lisa, karena baginya si lelaki berkulit putih itu tak masuk akal tindakannya. 

 

“Sara, lo masuk sekarang, ya.” 

 

“Leon!” 

 

“Seandainya lo dokter, terus pasien lo sekarat, apa lo bakal suntikkin pasien lo racun, bang?”

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status