Share

75

Penulis: Elysian
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-26 00:00:05
Jena hampir tersedak oleh minumannya--yang untungnya kali ini ia memesan strawberry mojito alih-alih kopi panas seperti biasanya. Ia menatap Melody tak percaya.

"Gila. Kenapa harus berhenti, Mel? Kamu baru aja memulai lho. Kampus kita ini walaupun swasta, masuknya juga bukan modal duit. Kita lalui beberapa tes."

Melody mendesah kecil. "Keadaan sekarang lagi rumit, Jen."

"Bukannya perusahaan keluargamu sudah membaik ya? Bulan lalu saja sudah mulai merekrut pegawai baru."

"Itu dia, Jen. Kami lengah karena proyek pertama berjalan lancar. Ternyata, proyek kedua mengalami kendala." Melody menopangkan kedua siku di atas meja lalu mengusap wajahnya. "Aku juga gak ngerti gimana bisa keadaan jadi separah ini. Berasa udah melarat banget ini padahal sebelum-sebelumnya gak gini-gini banget."

Jena menatap Melody prihatin. Meski Melody dua tahun lebih tua dari pada dirinya, Melody tetap masih terlalu muda untuk menghadapi semua ini. Jena mungkin tidak paham dunia orang-orang seperti Melody
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   78

    Keesokan hari setelah Leo berangkat kerja, Melody segera bersiap-siap untuk pergi ke resort. Di taksi, Melody kembali mengingat tentang percakapannya dengan Shane melalui pesan kemarin. Melody menatap layar ponselnya. Sampai detik ini, Shane belum membalas pesan terakhir Melody. [Melody: Maksud Mas apa? Kondisi yang seperti apa? Mas tahu aku lagi hamil?] Tentu saja Melody mulai menaruh curiga. Orang-orang yang tahu kalau dirinya hamil hanya Leo, Bu Nani, dan Jena. Leo tidak mungkin memberitahu Shane. Hubungan mereka saja tidak akur. Apa lagi Leo tidak antusias akan kabar kehamilan Melody. Jena juga tidak mungkin menjadi pelaku yang memberitahu Shane tentang kehamilan Melody. Jena tidak saling kenal dengan Shane. Lagi pula, Jena baru mengetahui tentang kehamilan Melody kemarin. Itu berarti, hanya Bu Nani yang memiliki peluang paling besar. Bu Nani dan Shane lumayan saling kenal. Sewaktu masih berstatus sebagai suami Melody, Shane beberapa kali mengunjungi mansion keluarga Melody d

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   77

    "Udah ya, Mel? Sekarang kamu tenangin diri dulu. Aku harus balik ke kantor. Masih ada pekerjaan yang belum selesai. Aku usahain pulang sebelum jam sembilan," ucap Leo seraya mengelus rambut Melody.Sejujurnya, Melody masih belum puas dengan penyelesaian konflik antar mereka, namun ia sadar keadaannya saat ini tidak memungkinkan untuk terus menerus berargumen. Melody telah berjanji pada dirinya untuk lebih hati-hati di kehamilan keduanya. Cukup sekali saja ia kehilangan calon anaknya karena ceroboh.Leo mendaratkan kecupan ringan di kening Melody sebelum meninggalkan kamar. Melody hanya menatap kosong hingga Leo menutup pintu kamar.Getar ponsel mengalihkan perhatiannya. Ia mengambil benda pipih itu dari nakas dan mengecek aplikasi Whazzup-nya. Rupanya ada pesan dari Jena.[Jena: Mel, aku barusan nanya sama senior tentang cuti. Katanya kita baru boleh cuti di semester ketiga.]Melody menghela nafas begitu membaca pesan dari Jena. Melody sudah menduga itu. Mana mungkin kampus memperbole

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   76

    Melody memasuki mansion dalam keadaan basah kuyup. Tadi di jalan tiba-tiba turun hujan deras. Jena hendak berhenti untuk berteduh, tapi Melody bersikeras untuk mereka tetap jalan karena toh, mereka sudah terlanjur basah. Melody menganggap kehujanan di jalan itu seru alih-alih hal yang harus dihindari. "Ya ampun, Nona. Kenapa basah begini?" Bu Nani tergesa-gesa menghampiri Melody."Tadi kehujanan, Bu. Gak apa-apa kok.""Nona 'kan lagi hamil. Kalau sampai demam bagaimana?""Gak akan demam, Bu. Aku dulu 'kan sering main hujan."Bu Nani menghela nafas pelan. Dia tahu sejak kecil, Melody paling suka main hujan. Meskipun kerap kali dimarahi oleh orang tuanya tiap kali bermain di bawah hujan, Melody tetap melakukannya."Saya ambilin handuk dulu, Nona."Melody segera menahan tangan Bu Nani. "Gak usah, Bu. Aku langsung ke kamar aja untuk ganti baju. Nanti Bu Nani ke kamar untuk ambil baju basahku ya?""Baik, Nona. Kalau gitu sambil nunggu, saya buatin susu hamil untuk Nona dulu ya."Melody me

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   75

    Jena hampir tersedak oleh minumannya--yang untungnya kali ini ia memesan strawberry mojito alih-alih kopi panas seperti biasanya. Ia menatap Melody tak percaya. "Gila. Kenapa harus berhenti, Mel? Kamu baru aja memulai lho. Kampus kita ini walaupun swasta, masuknya juga bukan modal duit. Kita lalui beberapa tes." Melody mendesah kecil. "Keadaan sekarang lagi rumit, Jen." "Bukannya perusahaan keluargamu sudah membaik ya? Bulan lalu saja sudah mulai merekrut pegawai baru." "Itu dia, Jen. Kami lengah karena proyek pertama berjalan lancar. Ternyata, proyek kedua mengalami kendala." Melody menopangkan kedua siku di atas meja lalu mengusap wajahnya. "Aku juga gak ngerti gimana bisa keadaan jadi separah ini. Berasa udah melarat banget ini padahal sebelum-sebelumnya gak gini-gini banget." Jena menatap Melody prihatin. Meski Melody dua tahun lebih tua dari pada dirinya, Melody tetap masih terlalu muda untuk menghadapi semua ini. Jena mungkin tidak paham dunia orang-orang seperti Melody

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   74

    Melody melewatkan minggu pertama liburan akhir semester dengan morning sickness. Leo yang sedari awal tidak menginginkan kehamilan Melody menjadi semakin sibuk dengan urusan perusahaan terutama ketika proyek kedua telah dimulai. Untungnya ada Bu Nani yang selalu mengurusi Melody mulai dari memasakkan makanan yang Melody inginkan hingga menemani melakukan pemeriksaan ke dokter. Kandungan Melody dinyatakan baik-baik saja. Dokter hanya menyarankan Melody untuk tidak stress berlebih dan mengkonsumsi makanan yang bergizi baik bagi dirinya dan bayi dalam kandungannya. Melody menghabiskan banyak waktu di kamarnya. Bahkan sekadar berdiri pun sulit baginya. Padahal ia bertekad ingin menerapkan pola hidup sehat selama kehamilannya seperti bangun pagi, jalan-jalan ringan di taman mansion, dan membaca buku atau artikel mengenai kehamilan dan parenting. Sayangnya, semua itu hanya ada dalam rencananya saja. Bahkan jika dia bisa menelan sesendok makanan untuk sarapan pun rasanya sudah bersyukur.

  • Beri Kesempatan Untuk Pernikahan Kita   73

    Setelah Leo pergi, Melody masih terduduk di ruang utama mansion. Dia menatap telepon rumah yang terletak tak jauh dari sofa. Tangannya hampir saja meraih gagang telepon, namun ia segera menepis keinginannya itu. Ia kembali menarik tangannya dan menggeleng pelan. "Apa sih yang aku pikirkan? Memangnya Mama masih peduli?" gumamnya pada diri sendiri. Melody mengelus perutnya. Normalnya, pasangan suami istri pasti akan sangat bahagia atas sebuah kehamilan. Kecuali jika mungkin ekonomi mereka belum memungkinkan untuk memiliki anak, atau jika kehamilan itu berbahaya bagi sang ibu. Kedua hal itu tidak terjadi padanya, tetapi kenapa Leo tidak menginginkan anak ini? Suara langkah kaki yang mendekat menyadarkan Melody dari lamunannya. Dia menoleh ke arah pintu dapur. Bu Nani muncul dari sana. Begitu melihat Melody, wajah Bu Nani langsung memancarkan kekhawatiran. Wanita paruh baya itu buru-buru berjalan ke arah Melody. "Ya ampun, Nona. Ada apa? Kenapa pucat seperti itu?" tanya Bu Nani

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status